18

346 66 86
                                    

Maaf untuk semua typo!
.
.

Siap !??
Oke..
Selamat membaca :)

.

.

.

.

Jungkook telak mendiami Sohyun setelah hari itu. Sudah satu minggu ini Sohyun berusaha menjelaskan semuanya. Tapi Jungkook seolah menghindar. Mereka masih tidur di kamar dan ranjang yang sama, tapi kehadiran Sohyun seolah tak di anggap ada oleh pria itu.

Jungkook selalu pulang lebih awal dari kantor, kemudian berdiam diri di dalam kamar dengan laptop di atas pangkuan. Seperti saat ini, Sohyun kembali mendekat. Tanpa bicara, hanya duduk diam di sebelah sang suami yang fokus dengan laptop.

Suara keybord laptop yang di tekan cepat oleh Jungkook terdengar nyaring di ruangan itu. Sohyun masih diam, lalu memberanikan diri untuk menyelipkan tangan kanannya di lengan pria itu. Kepalanya bersandar di bahu kekar sang pria. 

Jungkook hanya diam, tidak menolak perlakuan sang isteri. Walaupun perasaan kecewa itu masih melekat di hatinya. Tapi dia tetap tidak bisa jauh dari Sohyun.

"Desa mati...kau pernah mendengar itu ?" Tanya Sohyun pelan dengan tatapan mata fokus pada layar segi empat di depannya. "Menurutmu mengapa orang meninggalkan desa tersebut ? Padahal dulu mereka menyanjung desa itu karena memiliki pemandangan gunung dan bukit yang indah. Apa mereka bosan melihat pemandangan itu lalu memilih pergi ke desa lain yang memiliki pemandangan lebih dari sekedar gunung dan bukit ? Atau memang.... Desa itu tidak berguna selain pemandangannya saja yang indah ?"

Jungkook terdiam, tangannya otomatis berhenti mengetik saat mendengar pertanyaan panjang sang isteri.

"Jika kau salah satu penduduknya, apa kau juga akan pergi meninggalkan desa itu ?" Lanjut Sohyun.

Seperti berbicara dengan tembok, tidak ada satupun balasan yang Sohyun terima. Wanita itu menghela nafasnya pelan, "Aku...." Jika desa mati itu adalah aku. Apa kau akan tetap di sisiku ? Pertanyaan itu hanya tertahan di kerongkongan. "Aku akan siapkan makan malam." Kalimat itu akhirnya yang keluar dari mulut Sohyun.

.

.

.

Sudah satu minggu lebih Sohyun tidak melihat Taehyung, yang menjemput Jiah selalu saja Nayeon. Jujur saja, dia khawatir dengan pria itu. Apa luka yang dia dapatkan karena pukulan Jungkook sangat parah ? Kenapa pria itu belum muncul juga sampai saat ini.

"Nayeon-ssi.."

"Eoh! Sohyun-ssi ? Ada apa ?" Balas Nayeon ramah.

"Ku lihat akhir-akhir ini kau selalu menjemput Jiah. Apa Taehyung sangat sibuk ?"

"Eum.. dia sangaatt sibuk. Pasiennya banyak sekali. Kau tahu ? Mereka semua ingin di periksa oleh Kak Taehyung hanya karena dia tampan."

Ucapan Nayeon membuat Sohyun tersenyum tipis.

"Kata Kak Taehyung begitu." Lanjutnya. Membuat senyuman Sohyun langsung luntur dan mereka berdua kompak merotasi bola mata malas.

Ya, Nayeon sangat kesal. Dia tengah sibuk mempersiapkan pernikahannya. Tapi sang kakak sepupu malah semakin menambah kesibukannya. 

"Dia percaya diri sekali 'kan ? Pria tua menyebalkan!" Kata Nayeon lagi seolah belum puas menghibakan sang sepupu.

Sohyun terkekeh pelan, lalu mereka kembali melanjutkan obrolan tentang persiapan pernikahan dan gaun Nayeon.

If You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang