Happy Reading
Hinata berjalan di trotoar sambil merentangkan tangannya, di sebelahnya ada sakusa yang bersiaga jika tiba tiba hinata jatuh.
"Memang tim itachiyama ingin bertanding dengan siapa?" tanya hinata.
"Bukan bertanding, hanya saja kita ingin mengumpulkan beberapa rekaman tim unggul" sakusa tersenyum di balik maskernya.
"Shoyou-kun" panggil sakusa, hinata menoleh.
"Bisakah kau pakai maskermu dengan benar"
"Hah?" hinata terhenti, ia tidak begitu mendengarkan sakusa tadi, hinata terlalu asik menjaga keseimbangannya.Sakusa menghentikan pergerakan hinata, lalu ia sedikit berjinjit dan memasangkan masker hinata dengan benar.
"Kau harus memakai masker dengan benar" sakusa mencium punggung tangan hinata walaupun terhalang oleh masker, itu mampu membuat pipi hinata memerah dengan sendirinya.
"Apakah karasuno masih jauh?" Tanya sakusa dengan keringat yang membanjiri tubuhnya.
Pria yang semasa hidupnya tidak pernah berkeringat, kecuali saat latihan voli. Pria itu mau tidak mau harus tetap kuat, karna di sampingnya ada hinata, apapun itu akan ia tempuh jika bersama hinata, sejauh apapun.
"NAh yang itu namanya awan" ucap hinata sambil menunjuk awan putih, ia menghiraukan pertanyaan sakusa barusan.
Siapapun bisa tolong sakusa? Dia sedang gemas dengan tingkah hinata, nampaknya virus hinata masih terus menyerang tubuhnya dan tanpa di sadari itu membuat pipi sakusa merona.
"Nahh terus abis ini belok kanan" hinata terus mengoceh, pria kecil yang dari lahir tidak berhenti mengoceh itu, terus menerus membicarakan hal hal random dengan sakusa, baik itu di tanggapi atau tidak.
Mereka sampai di karasuno, sekolah menengah atas itu terlihat sangat sepi dikarenakan libur nasional, tapi mereka masih bisa menemukan tukang sapu dan satpam di area sekolah.
Mereka memasuki ruangan ganti tim voly, sakusa hanya bisa diam mematung melihat hinata bergerak kesana kemari dengan keringat yang keluar di tubuhnya. Sakusa menelan silvanya dengan susah payah, ia ingin memeluk tubuh munggil itu, membawanya kedalam dekapan dan menghujani wajah hinata dengan ciuman.
"Sakusa-san? Sakusa-san" ucap hinata.
Sakusa membuka matanya dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah saat ia memeluk tiang penyangga dengan erat, tunggu? Apa ia baru saja memeluk tiang penyangga yang ia anggap sebagai hinata?
"Hmppppzzz..." Hinata menahan tawanya, sakusa menatap hinata dengan wajah polosnya yang membuat hinata tak tahan untuk menahan tawanya yang seketika pecah.
"Hahahhahhaha... Sakusa-san kau itu... hahhahaha" hinata tertawa kencang sambil berguling guling di atas lantai, posisinya tadi memang ia sedang duduk.
Ntahlah sakusa harus malu atau senang, malu karna dirinya salah memeluk dan senang karna bisa melihat hinata tertawa bahagia sampai berguling guling seperti itu.
Deg...
Tungguu..
Ada yang tidak beres dengan sakusa, ia.. Ia ingin sekali memeluk hinata sekarang juga, tubuh hinata yang berkeringat benar benar membuatnya kehilangan jati diri.
"Shoyou-kun" sakusa mendekat ke arah hinata yang masih berguling guling sambil tertawa. Hinata membalikan tubuhnya untuk menatap sakusa dan ia terkejut bukan main saat sakusa ada di atasnya, menatapnya dengan senyuman tipis di bibirnya.
Pria itu sedang tidak menggunakan masker, jadi hinata bisa dengan mudah melihat pahatan surgawi milik pria yang ada di atasnya. Hidung mancung, dengan mata yang sedikit sayu, rahangnya terbentuk dengan indah juga bentuk bibirnya, rambutnya yang keriting sedikit menghalangi penglihatan hinata.
Tangan kecil itu bergerak untuk menyelipkan rambut sakusa yang menghalangi pahatan wajahnya, tangannya menyentuh rahang sakusa dengan lembut, lalu meraba setiap inci dari wajah pria di atasnya.
"Tampan" satu kalimat itu mencelos dari bibir mungil hinata, dengan cepat ia membungkam mulutnya sendiri. Sakusa hanya bisa tersenyum tipis, hinata sangat menggemaskan.. Sungguh!
"Tidak kah kau berpikir jika dirimu terlalu menarik shoyou-kun?" Sakusa memajukan wajahnya, lalu mencium bibir ranum itu dengan perlahan.
Hinata terdiam memaku, tubuhnya sama sekali tidak bisa bergerak, ia tahu jika sakusa sama sekali tidak mengunci pergerakannya, namun mengapa ia enggan pergi dari sini? Atau enggan memberontak atas perlakuan sakusa padanya.
Sakusa terdiam, ia sedikit menjauhkan wajahnya, melihat wajah hinata yang memerah seperti kepiting rebus juga badannya yang kaku. Gemas, hanya kata itu yang bisa sakusa jabarkan.
"Apakah aku boleh mencium mu shoyou-kun?" Ucap sakusa dengan seringai iblisnya.
Hening...
Hinata sedang berpikir dan sakusa sedang menunggu persetujuan si kecil, hinata tidak tahu jika yang ia lakukan sekarang ini adalah kesalahan atau bukan? yang jelas ia ingin, ia ingin sakusa menyentuhnya lagi.
Hinata mengangguk.
"Arigatou" ucapnya pelan sebari menyatukan kembali bibir mereka dan kali ini hinata juga bergerak, walaupun hinata tidak pandai berciuman ia di tuntun oleh sakusa.
Sakusa memiringkan kepalanya, membuka akses udara untuk bisa di hirup oleh hinata. Ia mengecap bibir atas hinata yang ntah mengapa rasanya semanis cerry, mengigit kecil kecil bibir tipis itu.
Sakusa menarik tengkuk leher hinata, memasukan lidahnya pada mulut hinata yang terbuka, menghitung deretan gigi kecil hinata. Bibirnya terus menyesap bibir bawah dan atas hinata secara bergantian, bibir hinata semanis cerry sakusa sangat menyukainya.
"Eunghh.. Sakusa-san" hinata mendorong pelan dada sakusa, ia hampir mati kehabisan oksigen jika terus berciuman selama itu.
Sakusa memundurkan tubuhnya, ia kembali mengamati makhluk kecil di hadapannya ini. Napas keduanya sama sama memburu dengan sedikit rona merah yang menghiasi pipi keduanya.
"Bibir mu sangat manis hinata"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
deadly virus hinata || sakuhina
Novela JuvenilIni gawat! Sakusa terkena virus mematikan jika berada di dekat hinata. 致命的なウイルスひなた #bxb #sakuhina #haikyuu