🧊ꌚꏂꀷꀤꈤꁅꀤꈤ ꏂꌚ🌻
|_______☀︎︎_______|
|_____☀︎︎_____|
|___☀︎︎___|
|_☀︎︎_|
❦︎
❤︎
Lagi, Seonghwa kembali duduk di depan cermin, memperhatikan garis hitam di bawah mata yang semakin jelas terlihat. Seonghwa menggigit bibir bawahnya dengan pelan, matanya berkaca.Sepulang sekolah kemarin ia merasa menjadi remaja paling bahagia di dunia, ia pada akhirnya tahu bagaimana perasaannya terhadap Hongjoong. Bibirnya selalu mengulas senyum dan semburat merah tak mau pergi dari pipinya.
Namun, semakin Seonghwa memikirkannya, semakin takut Seonghwa dibuatnya. Kilas balik sekitar dua bulan lalu saat pertama kali Seonghwa mengajak Hongjoong berkenalan terus berputar di benaknya.
Apa tujuannya saat itu?
Ya, menjadi teman Hongjoong.
Hanya teman, tetapi tanpa sadar Seonghwa memberikan perhatian yang berlebih, ia kelewat nyaman dan semakin dekat dengan Hongjoong, bahkan sudah melewati batas wajar pertemanan.
Seonghwa mencintai Hongjoong, tetapi bukan berarti sebaliknya, kan?
Hongjoong memang memberikan perhatian berlebih juga kepada Seonghwa, tetapi bukankah itu karena Seonghwa memperlihatkannya terlebih dahulu pada Hongjoong?
Hongjoong hanya mengcopynya, meniru apa yang Seonghwa lakukan terhadap dirinya, sebagai timbal balik atas apa yang Seonghwa lakukan untuknya, maka Hongjoongpun tergerak untuk melakukan hal yang sama.
Bertahun-tahun Hongjoong tak memiliki teman, ingat? Dan sejak kenal dengan Seonghwa, ia diberikan perhatian yang belum pernah Hongjoong rasakan sebelumnya.
Seonghwa yakin, Hongjoong tidak akan berpikir berlebihan karena ia pasti menganggap itu wajar dilakukan seorang teman, mungkin? Karena Seonghwa adalah teman pertamanya, Hongjoong tentu percaya dengan semua yang dilakukan Seonghwa tanpa berpikir kalau semua interaksi mereka lebih terlihat seperti sepasang kekasih dibanding hanya sekedar teman.
Dan dari semua pemikiran itu, rasa takut akhirnya memenuhi setiap rongga dalam dada Seonghwa, membuatnya sulit bernapas dan dadanya terasa sangat sakit. Ia takut, ia takut jika Hongjoong mengetahui perasaannya, Hongjoong akan memberi jarak, ia takut Hongjoong akan menjauh.
Semakin larutnya malam, semakin berlebihan pula pemikiran Seonghwa, membuat ia kembali tidak bisa tidur dengan nyenyak, membuatnya harus kembali berkutat dengan eye serum mask yang sangat tidak enak dipakai, dan juga, ia harus bersiap akan merasakan matanya perih luar biasa saat tertiup angin.
Helaan napas kembali terdengar dari belah bibir Seonghwa, sebelah tangannya tergerak untuk mengambil ponsel yang tak jauh dari jangkauan, menghubungi seseorang.
Setelah selesai dengan segala urusannya di kamar, Seonghwa turun untuk sarapan. Sesampainya di dapur, Seonghwa tentu disambut omelan sayang dari Kakak satu-satunya yang ia miliki.
"Ya ampun Seonghwa, kamu memakai benda mengerikan itu lagi di bawah matamu," todong Suzy, spatula yang sebelumnya digunakan untuk mengaduk nasi goreng kini terarah dengan lurus, tepat menuding wajah Seonghwa.
Seonghwa sendiri hanya terkekeh pelan. "Ehehe (ˆ́▿ˆ̀")> semalam Seonghwa mengerjakan tugas sampai larut, keasyikan sendiri sampai lupa waktu hehehe (。> ᗜ <。)"
Tidak percaya, Suzy mematikan kompor dan berjalan cepat pada Seonghwa, jemari lentiknya dengan lembut mengusap tiap permukaan wajah Seonghwa yang sedikit pucat. "Kamu yakin? Wajahmu agak pucat, Seonghwa. Istirahat di rumah saja ya?"
Inginnya memang begitu, hari ini Seonghwa sedang tidak ingin bertemu Hongjoong, tetapi Seonghwa juga tidak mau membuat Kak Suzy khawatir, jika Seonghwa mengiyakan, Kakaknya pasti tidak akan tenang bekerja, dan pulang cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]Sedingin Es? . JoongHwa
Fanfiction[SUDAH TERBIT] Cuma cerita picisan drama remaja😌 tentang Seonghwa yang berusaha mengajak Hongjoong untuk berteman. Iya,, pasaran 😌 InsyaAllah ringan kek kapas. "Hai Hongjoong, namaku Seonghwa!" - sh " ... " - hj "Hongjoong! Kamu sudah mengerjakan...