"Kenapa harus minta maaf sih?" Tanya Beomgyu, menatap Mark dengan tatapan kesal.
"Karena hyung yang salah Gyu. Coba kalau Hyung dapat pekerjaan dan gak nganggur kayak gini. Keluarga kita pasti gak akan kepisah kayak gini, karena masalah ekonomi. Kalau--"
"Ini bukan salah hyung!" Ujar Beomgyu. Menyelak ucapan Mark karena sudah tidak tahan dengan Mark, yang selalu menyalahkan dirinya sendiri.
"Hyung udah berusaha semaksimal mungkin. Walaupun hyung tidak kerja, hyung juga punya penghasilan. Hyung bisa bayarin hutang Eomma, hyung juga bisa beli baju sekolah kami." Ujar Beomgyu.
"Tapi Gyu---"
"Gyu benar Hyung. Hyung tidak bisa menyalahkan diri hyung sendiri. Hyung udah berusaha semaksimal mungkin. Hyung itu bukan tulang punggung keluarga ini. Masih ada Appa. Appa yang seharusnya memenuhi kebutuhan kami, bukan hyung." Ujar Jeno, yang membela Mark.
"Tapi--"
"Sudah. Jangan saling menyalahkan satu sama lain. Memang ini sudah takdirnya. Keluarga kita yang sedang mengalami keterpurukan, dan memang belum bisa bangkit dari keterpurukan itu. Mungkin dengan pisahnya mereka berdua, jadi jalan yang terbaik untuk mereka berdua." Ucap Sungchan yang akhirnya membuka suaranya.
"Terbaik apanya? Kalau terbaik, mereka tidak mungkin berpisah!" Sunggut Beomgyu, tidak setuju dengan ucapan Sungchan.
"Tentu saja yang terbaik Noona. Memangnya kau mau melihat mereka berdua bertengkar setiap harinya? Kau tidak lelah mendengar Eomma yang selalu mengoceh tiap harinya, karena Appa yang tidak bisa memberikan nafkah, seperti yang Eomma mau?" Tanya Sungchan.
"Kau tau? Yang terbaik bukan selalu saling ada dan memiliki. Kadang yang terbaik bisa juga saling melepaskan, agar keduanya tidak akan merasakan sakit lagi." Sambung Sungchan.
"Mereka egois Chan! Mereka selalu membicarakan perpisahan antara mereka berdua, tanpa memikirkan kita. Mereka meminta pendapat kita tentang perceraian mereka berdua, tapi mereka tidak pernah memikirkan pendapat yang kita berikan." Ujar Beomgyu.
"Kita yang egois Gyu." Ujar Mark.
"Egois bagaimana Hyung? Gyu itu benar! Mereka egois! Mereka tidak memikirkan kami yang selaku anak mereka! Kami sudah katakan bukan, kalau kami tidak menyukai perpisahan? Lantas kenapa mereka masih kekeh untuk berpisah?!" Sunggut Jeno, yang tidak setuju dengan ucapan Mark.
"Mereka tidak egosi Jeno. Mereka memikirkan kita. Kalau mereka tidak memikirkan kita? Sudah dari lama mereka mengakhiri hubungan ini. Kau tau? Karena kita, mereka bertahan dan malah menyakiti diri mereka sendiri." Ujar Mark.
"Eomma yang menyakiti pikirannya sendiri, karena selalu memikirkan kita. Nanti kita makan apa? Bagaimana uang jajan sekolah kita dan hal lainnya. Serta Appa yang juga menyakiti dirinya serta mentalnya sendiri. Semua tekanan yang Eomma berikan kepada Appa. Mereka sama-sama tertekan." Sambung Mark, memberikan pengertian kepada adik-adiknya.
"Dan kau juga Hyung. Jangan menyakiti dirimu sendiri karena ini. Kau tidak gagal hyung. Kau bukan beban keluarga. Kau memang tidak kerja. Tapi kau mampu mempunyai penghasilan sendiri yang ternyata mampu membelikan keperluan sekolah kami, membayarkan hutangnya Eomma, serta arisan yang Eomma mainkan. Jadi, jangan pernah merasa bersalah atas ini semua." Ujar Sungchan.
"Noona, Hyung. Jadi, setelah satu minggu ini, kita akan berpisah?" Tanya David, yang daritadi hanya diam.
Bukan, bukan karena David tidak mengerti pembicaraan kedua orang tuanya. David mengerti, sangat malah. Ia tau kalau orang tuanya akan berpisah. David diam karena David masih syok akan ucapan Appanya. Bukan hanya syok, David juga tidak tau harus memberikan respon seperti apa.
"Iya David. Setelah satu minggu ini, David akan berpisah dengan Gyu Noona, serta Sungchan Hyung." Ujar Mark, menjawab pertanyaan David.
"David tidak mau pisah." Ujar David, yang akhirnya mengeluarkan air matanya.
David itu sangat anti mengeluarkan air matanya. Jatuh, tertabrak, berkelahi, di marahi, dan masih banyak yang David rasakan, namun David tidak pernah mengeluarkan air matanya. Bahkan untuk menonton film sedih pun David enggan mengeluarkan air matanya.
Dan baru kali ini David menangis karena perpisahan yang akan terjadi di dalam keluarganya.
"Tapi kita harus Dave." Ujar Mark, yang membuat David tambah menangis.
"David tidak mau, David tidak suka." Ujar David, yang terus mengulang ucapan yang sama.
"See? Kalian lihat sendiri bukan? Adik kita yang tidak pernah menangis dan merengek apapun, jadi menangis masalah ini." Ujar Beomgyu. Terlihat sekali ada kilatan marah dan kecewa di mata Beomgyu.
"Hyung tau kalian semua marah dan kecewa karena keputusan ini. Tapi kalian tidak bisa menyalahkan Eomma atau Appa karena perpisahan ini. Coba kalian menempatkan diri kalian di posisi mereka. Pasti kalian juga merasakan berat, sama apa yang di rasakan mereka."
"Coba kalian menempatkan posisi kalian di posisi Eomma. Pasti berat. Kalian akan mikir bagaimana caranya kalian cari uang, di saat suami kalian tidak bekerja, agar anak kalian bisa hidup makmur dan tentram. Bisa makan dan sekolah dengan hikmat dan semua kebutuhan terpenuhi."
"Dan coba kalian posisikan diri kalian di posisi Appa. Pasti berat juga. Kalian akan di hadapi rentetan tanggung jawab. Sementara usia kalian sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Jangankan Appa, Hyung saja yang masih muda, lulusan sma, nilai juga tidak jelek banget, masih susah mencari pekerjaan. Apalagi Appa yang notabennya sudah menyentuh kepala 4." Ujar Mark, menasehati adik-adiknya.
"Hyung tau kalian berat menjalani ini. Kita yang dari dulu tidak pernah terpisah satu sama lain, di paksakan harus terpisah karena keputusan orang tua kita. Tapi memang itu yang harus kita terima."
"Kita tidak mau kan melihat mereka terus bertengkar, dan membantin masing-masing? Kalian tau kan umur mereka tidak lagi muda? Kalian juga lihat sendiri bukan? Eomma yang selalu pusing setiap harinya, dan juga Appa yang selalu sakit batuk serta pinggangnya. Kalian tidak mau kan kehilangan mereka berdua untuk selamanya, karena keegoisan kalian?" Tanya Mark, yang langsung mendapatkan gelengan kepala dari keempat adiknya.
"Berpisah bukanlah akhir dari segalanya. Kita memang berpisah, namun kita masih bisa bertemu bukan?" Ujar Mark.
"Nanti kita juga masih bisa kontakan. Kalau Mark hyung sudah mendapatkan kerja, serta Jeno Hyung, dan David libur sekolah? Hyung janji akan ke sana menjenguk kalian berdua, serta Appa." Ujar Mark, menatap Beomgyu dan Sungchan secara bergantian.
"Begitu juga dengan kalian. Kali saja dengan perpisahan ini Appa bisa bangkit seperti dulu, dan kalian bisa kemari ketika liburan. Menjenguk kami bertiga, serta Eomma." Ujar Mark.
"Cha! Daripada kita kecewa dan marah berkepanjangan. Lebih baik kita mencoba ikhlas dengan segala sesuatu yang telah terjadi. Yang terpeting saat ini, kita harus menghabiskan satu minggu kita dengan bahagia, sebelum perpisahan terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVORCE - JAEYONG, MARKHYUCK, NOREN, SUNGTARO, TAEGYU
FanfictionINI CERITA KHUSUS JUNG FAMILY! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA DENGAN FAMILY ATAU CERITA INI? DILARANG UNTUK KOMEN NEGATIF BAIK DIKOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA BAGI PARA MEMBER, JUNG JAEHYUN, LEE TAEYONG, MARK LEE, LEE JENO, CHOI BEOMGYU, JUN...