"Permisi nona, apakah nona di dalam?" Tanya seorang pelayan yang kebetulan melewati kamar Zenith.
"Eh...kamarnya kosong." Ucap pelayan itu saat membuka sedikit pintu kamarnya dan menutupnya kembali sambil berpikir ia mendengar sebuah teriakan tadi.
Buku tersebut terbuka kemudian muncul suatu cahaya yang membuat Zenith masuk kedalamnya. Zenith berasa di ruangan hitam dan sangat gelap yang kemudiang sebuah pecahan ingatan-ingatan asing muncul satu demi satu. Ingatan yang membuat Zenith merasa sangat amat bersalah. Atmosfir dalam ruangan itu seperti mengutuknya. Kata demi kata hujatan seperti 'Cih, aku benci sekali Zenith' dan 'Aku tuh gak suka dia, diak kek gak ngapa-ngapain tapi ngeselin tauk!'. Zenith merasa sangat bingung apa yang terjadi kepadanya, bukannya masuk ke sebuah buku indah ajaib seperti cerita-cerita novel justru ia masuk kedalam buku yang memberikan penuh penekanan bahwa ia tidak layak menikmati hidup sekarang. Whuss~~ dalam sekejap semua ingatan-ingatan Zenith tadi hilang dengan suatu tiupan angin kencang namun tangisannya masih terus menetes tanpa henti.
Sebuah suara muncul dan bertanya kepada Zenith yang dirinya sendiri sebenarnya tidak tau kenapa terduduk dan menangis
"Bagaimana perasaanmu Zenith, apa yang kau ingat dan rasakan? Ingatlah kalau kau memang pernah melukai putri secara tidak langsung di kehidupan lain sehingga kau harus menebus semuanya di kehidupan kali ini!" Ucap sebuah suara yang menggema di ruangan itu."A-apa yang kulakukan di kehidupan lain wahai tuan suara yang bergema, mengapa diriku merasa sangat bersalah akan tetapi ku tak mengetahuinya? Kumohon ijinkan aku mengetahuinya wahai tuan." Ucap Zenith terhadap suara asing itu.
"Di sini sebenarnya kamu memang bukan dirimu yang asli dan kau hanya dipengaruhi oleh sebuah sihir hitam, oleh karenanya ini bukan 100% kesalahanmu....tapi seperti yang kamu tahu bahwa setiap kesalahan harus ditebus bukan?" Ucap suara asing itu lagi.
"I-iyaa aku tau, tapi cara apa yang bisa kugunakan sebagai penebusanku.. aku janji akan melakukannya." Ucap Zenith dengan percaya diri.
"Huhh kau benar-benar seyakin itukah?? Lady aku ingin bertanya bagaiman jika penebusannya adalah...kamu, ah bukan maksudku orang yang kamu sukai akan selalu menyukai orang lain bagaimana?" Tanya kembali suara asing itu kepada Zenith.
"Eh..a-apa..itukan bukan tebusan akan tetapi semacam kutukan. A-a-ku tidak tau." Jawab Zenith kembali ke suara asing itu.
"Ahhh iya iya nah itu maksudku 'KUTUKAN' pintar juga kau anak muda hahaha, maklumi umurku sudah ribuan tahu dan yah oke kita kembali ke intinya lagi..jadi memang benar yang kumaksud adalah kamu mendapatkan 'KUTUKAN' tepatnya karena ayahmu dahulu menggunakan bantuan sihir hitam yang cukup berlebihan di kehidupan lain." Ucap suara asing itu dengan penekanan dan menakuti Zenith pada kata kutuksn.
"Hoo tentu saja kau tidak perlu khawatir bahwa kutukanmu ini berat karena sebenarnya kutukan ini sudah terbagi setengah dengan kutukan ayahmu yang akan mat-- ah bukan lupakan yang penting ayahmu juga punya kutukannya sendiri yang tentunya lebih berat dari kamu." Tambah suara asing itu lagi.
"Jadii...alasan Izekel tidak menyukaiku itu karena hal atau 'kutukan' itu ya.." Jawab Zenith dengan muka sedih kepada suara asing itu.
"Ya, benar sekali dan sepertinya waktu obrolan kita sudah habis kembali ke duniamu lagi akan kuberitahu lain kali dan hati-hati saat sebuah ingatan muncul mungkin kamu akan mengalami sesuatu." Ucapan terakhir dari suara asing itu yang kemudian mengembalikan Zenith kembali kekamarnya sebelum ketahuan menghilang dari kerajaan.
Saat Zenith bangun dan ternyata sejak dia mengambil buku itu bukunya hanya ia letakan di meja kemudian ia tertidur. Izekel mendadak datang dan mengetuk pintu ke kamar Zenith. Setelah mengetuk pintu dan di ijinkan masuk oleh Zenith, Izekel pun masuk.
"Kamu sudah 3 hari tidak bangun Zenith." Ucap Izekel kepadanya yang membuat Zenith sangat terkejut.
"Hahh 3 hari?? Aku hanya tidur siang sambil membaca buku saja tadi.." Jawab Zenith dengan polos tanpa mengetahui apapun.
"Zenith...bersiaplah kalau kau sudah merasa baikan karena acara pertunangan kita akan dilaksanakan besok." Ucap Izekel dengan ekpresi sedikit terpaksa namun dengan nama lembut.
"HAHH K-kita tunangann?? Tu-tunggu apaa inii??" Teriak Zenih dengan terkejut.
Ternyata semua yang ia lalui sejak tadi hanyalah mimpi saja. Ia terbangun lagi dari mimpinya dan ternyata benar buku itu ada tepat didepan dirinya. Zenith yang kemudian menyadari bahwa semua mimpinya itu berhubungan dengan buku ini, memutuskan untuk mengunci buku itu sementara di dalam laci agar ia tidak bingung membedakan mana kenyataan dan mimpi.
"Apa yang kualami tadi...apakah yang pertama tadi itu asli atau kedua juga asli?? Hah yang mana sebenarnya?" Ucap Zenith dalam hatinya yang bimbang sendiri.
Tok-tok-tok...suara pintu kamar Zenith diketuk. Kemudian seorang pelayan mengatakan bahwa tuan putri Athanasia ingin menemui Zenith di ruangan atau kamar putri. Zenith yang mengetahuinya segera bersiap-siap dan bergegas ke kamar putri. Sesampainya di kama putri, Zenith mengetuk pintunya dan mengijinkannya masuk. Putri Athanasia mengajak Zenith untuk berbicara tentang hasil keputusan rapat tadi, walaupun dengan sedih tidak bisa menemui ayahnya saat pesta tapi Zenith menyetujuinya karena putri mengatakan akan memberi Zenith kejutan kecil.
"Zenithh hmmm menurutmu...aku pilih Lukas atau Izekel ya?" Tanya Athanasia untuk membuat suasana mencari setelah tadi membicarakan keputusan rapat.
"Emm..menutku.." Ucap Zenith dengan ragu.
Konbawaaa, come back with me again!
Thanks dah baca and menurut kalian Zenith bakal jawab apa nih kalau Athy nanya gitu hehehe. Hope you enjoy!
Sorry up nya mau tadi siang tapi author ada acara jadi baru sore hehe.
Up saat 40 vote aja ok •~•
Jane di chapter berikutnya~☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Patience
RomanceZenith Margarita seorang gadis bermata hijau yang segar dan berusia 14 tahun. Setelah satu tahun diasingkan ke suatu tempat diluar ibu kota kekaisaran Obelia sekarang adalah saatnya untuk dia dan ayahnya di ijinkan untuk pergi bersama anggota-anggot...