Surat yang diberikan oleh Jeremy membuat Zenith menjadi sedikit lebih ceria. Ia kemudian memutuskan untuk menutup pintu balkon kamarnya dan kembali melanjutkan tidurnya.Ke esokan paginya, Zenith memutuskan untuk mengurung diri sementara di kamarnya. Sambil ia merenungkan maksud dari mimpi anehnya itu. Kecemasannya memang sudah sedikit berkurang karena surat dari Jeremy, tapi itu saja tetap tidak dapat membuat Zenith menghilangkan ketakutannya.
-Di sisi lain-
"Putri, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Iya, tanyakan saja Lilly."
"Aku dengar dari para pelayan lain, kalau nona Margarita sejak pagi mengurung dirinya dikamar. Apakah tuan Putri, tidak mencoba menghiburnya?" Tanya Lilly dengan lembut sambil melanjutkan jahitannya.
"Ehh?! Pantas saja tadi pagi saat kutanyakan ke seorang pelayan, katanya ia meminta untuk sarapannya dibawa ke kamarnya saja."
"Iya putri. Bahkan setau saya, nona Margarita juga lupa sempat menolak makan siang."
"Terima kasih Lilly. Aku pergi dulu ya, Lilly!!!" Ucap Athanasia segera keluar dari ruangannya.-Kamar Zenith-
'Tok-tok-tok'"Zenithh, boleh aku masuk?" Tanya Athanasia didepan pintu setelah mengetuknya.
"Ah boleh Athy." Dalam sekejap ketukan itu memecah lamunan Zenith.
"Haii, haii. Ada apa ini Zen? Apa yang sebenarnya kamu lakukan sampai lupa jam makan siang?" Tanya Athy dengan cemas.
"Tidak Athy, aku hanya masih kenyang tadi." Jawab Zenith pelan.
"Ayo sekarang kita makan bareng aja!" Ucap Athy riang.Athy segera memanggil pelayannya untuk membawakan makanan ke kamar Zenith. Mereka berdua memutuskan makan bersama. Serta Zenith memberanikan diri untuk sedikit memberitahu tentang mimpinya.
-Beberapa hari berlalu-
Zenith masih terus-terusan merenungkan tentang mimpi yang ia alami. Ia sudah berusaha menghilangkan kegelisaan itu dengan mengalihkannya ke hal-hal lain, seperti membantu Athy dan lain sebagainya. Namun, tetap saja sesekali hal itu selalu melintas di kepalanya.Sudah sejak dari tadi, Athanasia memanggil-manggil Zenith akan tetapi Zenith tidak menghiraukannya dan tetap bengong. Akhirnya ia memutuskan untuk sedikit berteriak kepada Zenith sambil melambaikan tangan kedepan muka Zenith.
"Zen, Zenithh!!" Teriak Athanasia sambil melambaikan tangan didepan muka Zenith.
"Hoy! Pagi-pagi udah berisik amat." Tambah Lukas dari belakang Athy.Samar-sama suara Athy menyadarkan kesadaran Zenith kembali.
"Ah, maaf Athy."
"Aku udah panggil kamu dari tadi loh, hey kamu gapapakan?"
"Gapapa..." Jawab Zenith pelan."Zen, bukannya hari ini kamu akan pulang? Mau disini sehari lagi kah?"
"Kelihatannya kamu kurang sehat."
"Hmmm...entahlah. Tidak apa Athy, aku pulang saja."-Jeremy POV-
"Aneh, sungguh informasi teraneh yang pernah kudengar." Gumam Jeremy"Oh jadi sekarang kau berpikir aku berbohong tuan?"
"Kau pikir selama ini apa? Bukankah kau yang menyuruhku?"
"Mana mungkin pula aku berbohong kepadamu." Tanya bertubi-tubi sang mata-mata yang disuruh Jeremy."Ya ya terserah kau deh. Awas saja informasi ini sampai salah."
"Pergi sana."Whuss~~ Dalam sekejap orang itu segera pergi secepat bayangan.
"Sungguh sangat menarik. Ku tak mengira bahwa dia itu lebih menarik dari perkiraanku!" Seru Jeremy dengan riang
"Nanana~" Senandung Jeremy dengan pelan.
"Akan kupastikan info ini terlebih dahulu, sebelum kuberitahu kakak." Ucapnya kembali.
Foux Corvus adalah sebuah organisasi mata-mata yang bekerja dibawah kepemimpinan Jeremy. Tentunya dengan ijin yang sudah diberikan oleh kakaknya yaitu Roxana. Organisasi ini sebenarnya sudah berdiri sejak lama sebelum mendapat ijin resmi dari Roxana yang sekarang sudah menjadi Duchess. Foux Corvus sudah berdiri 2 tahun secara resmi (sepengetahuan Roxana, namun keberadaannya masih jadi rahasia).
Jeremy yang mendapat informasi menarik itu segera bergegas mencari detailnya.Athanasia membantu Zenith yang akan berkemas. Mereka berdua selalu akur. Beberapa menit setelahnya, mereka telah selesai berkemas. Sambil duduk menunggu Anastasius yang sedang berbincang dengan Claude, Zenith dan Athy memutuskan untuk menemui Lukas terlebih dahulu. Zenith memeluk Athanasia dengan sangat erat, sebagai tanda perpisahan. Kereta kuda segera siap dan Zenith bersama ayahnya memutuskan berangkat setelah sesi dada dada dengan Athy dan Claude
"Maaf Zenith aku terlambat." Sesaat sebelum kereta kuda yang Zenith tumpangi pergi terdengar suara lembut seorang pemuda.
"Hosh..hosh..sebentar." Ucapnya sambil memegang kereta kuda itu.[Anggap aja itu pagi]
Kon'nchiwa minna!! Author mohon maaf sebesar-besarnya karena hiatus tanpa kabar selama 2 bulan. Sebenarnya author juga gak mau gini, cuman aja memang beberapa hari lalu author sibuk sama ujian dan tugas-tugas sekolah. Apalagi udah mulai ujian offline kan. Hehehe, tapi terimakasih banget buat kalian semua yang setia nunggu author buat up ya!!
Gimana hasil raportan kalian? Bagus gak nih, wkwkwk moga aja bagus-bagus dan naik semuanya ya. Apapun hasilnya tetap semangat ya!! Author sendiri ya not good and not bad, haha setidaknya naik hehe :b.
Ok spesial karena author udah lama hiatus, habis gini bakal uplod eps 20, tunggu author revisi typo bentar ya. Oh ya sebenernya ini mau diuplod kemarin, cuman author maren lagi di gunung jadi susah buat cari signyalnya T_T. Hope you enjoy, and Thank you!!
^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Patience
RomanceZenith Margarita seorang gadis bermata hijau yang segar dan berusia 14 tahun. Setelah satu tahun diasingkan ke suatu tempat diluar ibu kota kekaisaran Obelia sekarang adalah saatnya untuk dia dan ayahnya di ijinkan untuk pergi bersama anggota-anggot...