85 6 7
                                    

"Pagi .Apa kabar yah lama tidak bertemu." Ucapku tersenyum ramah, sebisa mungkin tetap tenang kala bertatap muka dengan ayah.Sudah 1 bulan tidak  bertemu  membuatku begitu merindukan ayah jadi kupikir bertanya tentang kabar terlebih dahulu ,tidaklah buruk.

" Tidak usah basa - basi .APA INI???" Bentak Ayah begitu keras dan ketus sambil menyodorkan secarik kertas yang merupakan transkip nilai dan kemajuan belajarku di akademi selama dua pekan ini.

Deg

Hatiku rasanya seperti 10 kali terkena dentuman busur yang mengenai tepat di ulu hatiku.Sakit hati saat ayah berbicara ketus dan sangat terkejut saat ayah membentakkku .

Takut dan tidak tenang  hingga rasanya begitu menyesakkan.
Saat aku melihat disana terpampang nilai kurang dari 100 .Aku paham sekarang mengapa tadi ayah marah - marah ternyata karena nilaiku yang tidak cukup membuat ayah bangga .

" Nilai apa ini HA??? Hanya 70,78 ,80? Kenapa kamu tidak bisa memberikan 100% HE JUNLIN ???
Kenapa kamu tidak bersungguh - sungguh HE JUNLIN? KAU PIKIR  BIAYA DI AKADEMI ITU MURAH ?Kau pikir aku memasukanmu kesana untuk nilai seperti ini HAA?" Bentak ayah diakhir membuat nyaliku semakin menciut .

Aish sesak didadaku kembali lagi dan nyeri itu semakin terasa kala ucapan kasar itu berdengung di telingaku .Kuberanikan diri menatap ayah dan berkata

" Ma-ma - maaf ayah akhir - akhir ini aku tidak bisa fokus karena banyak hal yang harus aku persiapkan untuk hari pertamaku di SMA.Aku sangat lelah hingga kesehatanku tidak begitu baik akhir - akhir ini," kataku terus terang berharap ayah dapat mengerti kondisiku.

"Astaga .Aku lupa  satu hal tentangmu" ucap ayah tiba - tiba begitu lembut sambil memegang pucuk kepalaku .Namun,hal tersebut justru membuatku semakin takut.

Selama beberapa saat kubirakan ayah memainkan rambut dipucuk  kepalaku.Kini aku dan ayah saling menatap satu sama lain.Rasanya bahagia karena ayah memperlakukanku lembut namun juga takut karena tidak biasanya ayah seperti ini kepadaku.

Aku menunggu ayah kembali berbicara hingga akhirnya  satu kata menyakitkan itu keluar begitu saja dari mulut ayah yang kusayangi.

" P-E-N-Y-A-K-I-T-A-N" ucap ayah tegas mengeja  kata yang sangat menyakitkan tersebut sembari menunjuk diriku tepat sebelum akhirnya mendorongku  begitu keras hingga terjatuh terkantuk meja makan.

"Aww  sa - sakit" erangku merintih kesakitan karena dorongan ayah tidak main- main hingga tangan kananku sepertinya terkilir saat menahan beban tubuhku.

Aku melihat Mei jie dan beberapa maid lainnya hendak mendekat membantuku .Namun, menarik diri kembali kala ayah menatap tajam kearah mereka .Tak satupun berani membantah ayah sehingga mereka mengurungkan niat untuk membantuku dan memilih kembali mengerjakan pekerjaannya masing - masing.

Seketika ruangan tidak ada oksigen untukku raih. Sesak dan nyeri mendera begitu menyakitkan hingga tanpa sadar kini tangan kiriku sudah memegang dadaku .Sebutir air mata mengalir dipipiku.

Aku benci diriku seperti ini didepan ayah.Tampak lemah dan satu kata itu membuatku kembali sadar bahwa  aku hanya beban karena yang dikatakan ayah adalah fakta yang menyakitkan untukku.

"Aiya ,jangan menangis sayang.Cup..cup ..cup...Sini ayah Peluk.Apakah perkataan ayah begitu menyakiti hatimu hingga kau menangis seperti ini ? Atau ada yang terluka saat ayah mendorongmu hmm?Coba katakan pada ayah sini" Ucap ayah berlagak menyesal dan merengkuh aku dipelukannya .Namun,tiba - tiba...

"JIKA ORANG TUA BERTANYA JAWAB BODOH ! JANGAN HANYA DIAM SEPERTI ORANG IDIOT ! KAU ITU MEMANG PENYAKITAN ,AIB KELUARGA ,TIDAK PERNAH BISA MEMBANGGAKAN AYAHMU.TIDAK BECUS !SELALU  98% DIMANA 2% ITU HA??? DASAR PEMBAWA SIAL .TIDAK BERGUNA!!!" ucap ayah begitu keras didepanku.Membentak begitu lantang dan mengejutkanku hingga menambah nyeri didadaku semakin dalam.

Why Just 98% ?Where's Your 2%?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang