17. Demanding Desire

829 98 15
                                    

-

11.20 KST

Jeongguk dan Jiu sedang sarapan lebih tepatnya makan siang, karena mereka bangun kesiangan bukan tanpa sebab juga melain kan mereka melakukan hal yang seharusnya di lakukan sebagai suami istri.

Jiu tidak memasak hari ini karena dia mengeluh tubuhnya terasa tak bertenaga, Jeongguk yang merasa bersalah karena semalam dia memaksa terus bermain sampai fajar tiba maka dari itu Jeongguk memilih untuk memesan makanan dari luar.

Suasana yang begitu hening dan tidak ada pembicaraan sama sekali, Jiu yang memilih untuk menyibukkan dirinya mengisi perut dan Jeongguk yang malah mengabaikan makanan nya dan lebih memilih untuk memainkan ponselnya, wajahnya yang begitu serius menatap layar ponsel sampai ia tidak sadar jika Jiu menatap Jeongguk.

"Makan dulu makananmu Sunbaenim baru kau boleh memainkan ponselmu" tegur Jiu yang berbicara dengan mulut yang masih penuh dengan makanan, Jeongguk yang mendengar teguran Jiu pun melirik kan matanya ke arah Jiu.

"Kau sendiri berbicaralah setelah makanan di mulutmu itu kau telan, jika tersedak bagaimana?!" ucap Jeongguk yang ikut menegur Jiu membuat wanita itu berhenti mengunyah, Jiu langsung menatap malas Jeongguk namun pria itu malah kembali melirik pada ponselnya dan mengabaikan tatapan Jiu.

Jiu sudah mulai terbiasa berbicara santai dan bertingkah santai dengan Jeongguk, lebih terlihat nyaman meskipun Jeongguk selalu bertingkah seperti biasa pada dirinya, dingin dan kaku tidak ada yang berubah dari pria itu hanya saja cara berbicara Jeongguk yang terkadang manis itu yang membuatnya berbeda dari sebelum - sebelumnya.

Jiu lebih memilih untuk tidak mencampuri urusan Jeongguk, karena percuma saja jika pria itu sudah memegang ponsel dengan serius seperti itu, artinya Jeongguk sedang mengerjakan pekerjaan kantornya dan Jeongguk adalah pria yang gila akan pekerjaannya.

Beberapa menit berlalu, Jiu baru selesai menghabiskan makanannya. Dia mulai meraih gelas berisi air dan meminumnya, matanya menatap kearah Jeongguk yang masih sibuk makanan yang dihadapannya seperti tidak ia sentuh sama sekali membuat Jiu menghela nafasnya.

"Sunbaenim, kau tidak makan? Makanan mu masih utuh seperti itu"

"Aku sudah kenyang, kau boleh membereskan semuanya" jawab Jeongguk tanpa melirik kearah Jiu.

"Sunbaenim bahkan hanya makan 2 suap, bagaimana disebut kenyang" 

"Aku benar - benar sudah kenyang, ahh kalau begitu aku harus pergi, tiba - tiba ada urusan mendadak" Jeongguk mulai beranjak dari tempat duduknya, matanya masih mengarah pada layar ponsel nya. Dia berjalan kearah Jiu dan mendekat pada nya,

"Aku pergi dulu, hanya sebentar jadi tunggu di apartemen dan jangan kemana mana" ucap Jeongguk yang langsung mencium pucuk kepala Jiu singkat dan mengusapnya, setelah itu Jeongguk benar - benar pergi. Jiu tertegun karena perlakuan Jeongguk padanya, ini pertama kalinya Jeongguk seperti ini padanya.

Jiu melirik kearah kemana Jeongguk pergi meski sekarang pria itu sudah menghilang tapi jantung Jiu berdetak begitu cepat, semburat merah tercetak jelas di wajahnya.

"Apa itu tadi"

-

Jeongguk mulai turun dari mobilnya di depan sebuah toko perhiasan yang besar dan terkenal di Seoul, dengan langkah besar nya Jeongguk mulai memasuki toko itu.

Saat di dalam beberapa staff yang ada di sana memberi hormat dengan sopan kepada Jeongguk, tentu saja Jeongguk orang yang begitu terkenal di Korea ini akan keberhasilan perusahaannya yang ia kelola. Banyak orang yang menghormati dia, dan banyak orang juga takut jika menyinggung Jeongguk meskipun sedikit.

Life In MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang