20. a Truth

674 110 18
                                    

-

22.45 KST

Keadaan ruangan yang agak gelap terdapat hanya sedikit cahaya dari lampu tidur hujan dari luar yang deras dengan beberapa petir yang bergemuruh menambah suasana. Sudah satu hari dua malam hujan terus turun, seperti tau perasaan yang sedang di alami oleh sepasang suami istri ini.

Jeongguk yang duduk di pinggiran ranjangnya sambil menunduk memegangi kepalanya, dia belum menemukan Jiu sampai sekarang juga. Sudah beberapa kali dia menelpon Jiu namun wanita itu tidak kunjung mengangkat telpon dari Jeongguk, helaan nafas sesekali terdengar Jeongguk tidak pernah memojokan dirinya dalam kegelapan seperti ini. Entah kenapa selama dua malam ini Jeongguk selalu merasa gelisah bercampur aduk menyesal.

Dia tidak tau jika Jiu mendengar pembicaraan dia dengan nenek, ayah dan Hyoora saat itu, Jeongguk berpikir Jiu marah karena hal lain tapi Jeongguk tidak tau apa itu. Sudah cukup menyesakkan untuknya Jeongguk hanya bisa meratapi dirinya sendiri, tidak tau dia harus mencari kemana lagi Jiu.

Saat merenung tiba - tiba ponsel Jeongguk berdering menandakan adanya telpon masuk, dia segera meraih ponselnya itu dan melihat siapa yang menelponnya malam - malam seperti ini, dia berharap Jiu yang menelponnya. Dan benar saja Jiu yang menelponnya, Jeongguk langsung mengangkat telpon tersebut rasanya tenang saat Jiu balik menelponnya.

"Jiu akhirnya kau menelponku, aku sangat khawatir padamu, sekarang kau dimana eoh? aku akan menjemput-"

"Tidak perlu menjemputnya, dia baik - baik saja sekarang Jiu sedang ingin sendiri dulu jadi Jeongguk, jangan terlalu mengkhawatirkannya karena dia baik - baik saja aku akan menjaganya sementara waktu"

Jeongguk terdiam saat tau bukan Jiu yang mengangkat telponnya melainkan seorang laki - laki dan Jeongguk merasa familiyar dengan suara itu.

"Kau....Taehyung?! Kenapa istriku bisa ada bersamamu?" tanya Jeongguk yang langsung bernada serius.

"Alasan nya kau tanya kan langsung pada Jiu setelah dia tenang dan kembali, aku hanya mencoba membantunya jadi Jeongguk jangan mengganggu Jiu terlebih dulu biarkan dia untuk sendiri"

Jeongguk ingin kembali berbicara dan protes namun Taehyung langsung menutup telponnya secara sepihak, Jeongguk mengeratkan genggamannya pada ponsel miliknya hingga layar ponselnya retak. Jeongguk merasakan panas di hati dan pikirannya.

"Kenapa Jiu? Kenapa kau malah pergi ketempat dia? Apa tidak ada tempat lain?!" Jeongguk langsung melempar ponselnya, dia tidak tau tentang perasaannya saat ini, antara dia cemburu atau marah biasa karena Jiu pergi darinya tanpa izin.

"Huhh....huhhh....apa - apaan dengan situasi seperti ini!?!" gerutunya.

-

Sedangkan di tempat Jiu, Taehyung kembali meletakkan ponsel milik Jiu di atas nakas. Taehyung menatap Jiu yang hanya menundukkan kepalanya sambil memainkan jari jemarinya.

"Aku sudah memberi tahu nya jadi kau tak perlu cemas Jiu, sebaiknya sekarang kau tidur dan jangan mengkhawatirkan sesuatu yang tidak - tidak. Ingat tentang kesehatanmu dan juga janin yang ada di perutmu" ucap Taehyung yang mengusap atas kepala Jiu, membuat Jiu langsung mendongakkan kepalanya.

"Aku tinggal, selamat malam Jiu" Taehyung pun pergi dari kamar yang Jiu tempati, perlahan air matanya kembali jatuh.

"Kenapa aku harus mendapatkan hal ini dalam kehidupanku? Aku selalu berharap kebahagiaan datang padaku tapi nyatanya tidak. Aku terlalu berharap pada sesuatu yang tidak akan pernah terwujud" Jiu menghapus air mata nya dan mulai berbaring untuk tidur.

Dia sudah menceritakan semuanya pada Taehyung, dan Taehyung bersimpati tentang hal itu bahkan Jiu juga menceritakan tentang kehamilannya. Awalnya Taehyung terkejut dan sedikit menyesal akan tau hal itu, Taehyung juga menyukai Jiu namun dia tidak berani memberitahu kan ini pada Jiu.

Life In MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang