Haloo, balik lagi sama cerita DIONARA. Huh maapken karena saya baru bisa update hari ini. Kemarin-kemarin moodnya lagi ancur banget dan yeayy sekarang aku udah bisa update cerita DIONARA lagi.
Boleh dong sebelum kalian baca ceritanya. Vote dulu. Biar tambah semangat lanjutin cerita ini.
Happy Reading 🙌
🐣🐣🐣🐣🐣
Hari ini Nara kembali bersekolah lagi. Wajahnya tampak berseri, karena dia memang lagi berbahagia. Pasalnya, Satria tadi memberinya uang jajan. Tumben banget kan Mas Satria ngasih uang ke Nara. Ya walaupun suka jajanin terus.
Sambil menggendong tasnya, Nara bersenandung kecil, mengikuti irama musik yang di dengarnya melalui earphone. Nara juga memakai cardigan yang melapisi seragam sekolahnya. Karena hari ini cuacanya dingin, sejak semalam Tangerang diguyur hujan.
"Nar ...!" Nara menoleh kala ada yang memanggilnya.
Matanya langsung memicing. "Dion."
Dion menatap Nara sebentar, sebelum akhirnya ngomong. "I'am sorry for yesterday make you sad," ungkapnya penuh penyesalan.
Tangan Dion diraih olehnya. "Dion, aku udah maafin kamu. Maafin Nara juga ya, sekarang Nara udah gapapa kok. Oh iya makasih buahnya juga."
Terbitlah sebuah senyuman dari bibir Dion. "Makasih, Nar. Makasih udah maafin aku lagi."
Kemudian mereka berdua berjalan bareng. Bergandengan kembali sambil melempar senyum satu lain.
Di kelas pun Nara menjadi semangat belajar. Dia sangat bahagia karena paginya begitu cerah, walaupun langitnya mendung.
Nara menjadi yang paling semangat ketika diperintahkan gurunya untuk menulis di papan tulis. Karena sekretaris kelasnya lagi tidak hadir.
Sampai Najwa terheran. Tidak biasanya Nara bersemangat seperti ini. Najwa menaruh curiga kepada sahabatnya itu.
Saat Nara menoleh ke samping. Ke arah pintu, matanya tak sengaja bertemu dengan Dion yang sedang melewati kelasnya.
Dion memberi semangat kepada Nara lewat gerakan telapak tangannya dikepal lalu diangkat ke atas yang menandakan semangat.
Seperti magnet yang menempel begitu lekat di hatinya. Nara berbunga-bunga. Dalam hatinya terus mengatakan ingin cepat istirahat dan cepat bertemu dengan Dion.
Tetttt ...!
Bel istirahat akhirnya berbunyi juga. Segera Nara mengirimi pesan ke Dion untuk menemuinya di kantin.
"Satu mangkok mie ayam dan es teh buat Nara Maharani."
Nara tersenyum ke arahnya. Dion tahu saja kalau Nara itu belum memesan makanan.
"Makasih, Dion gak makan?"
"Aku lihat kamu makan aja udah kenyang," jawabnya, aneh.
"Kamu gombal?"
"Gak nyambung ya?" Dion menggaruk pelipisnya.
"Nyambung sih, cuman aneh aja. Seorang Dion gombal gitu."
"Yaudah gih makan. Aku lihatin kamu aja. Soalnya tadi aku udah sarapan banyak banget di rumah," jelasnya.
"Gapapa beneran? Mau Nara suapin gak?" tawarnya.
Dion langsung mendekatkan wajahnya lalu membuka mulutnya. Nara dengan senang menyuapinya.
Jantung Nara tiba-tiba bedetak lebih kencang. Ketika Dion menatapnya dengan intens.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIONARA {On Going}
Teen Fiction"Kenapa gak pacaran aja, kita?" "Nar, kalo pacaran itu nantinya kalo putus. Ya ujung-ujungnya musuhan." "Jadi, kita ada kemungkinan bakal berpisah?" "Jalanin aja dulu." Ini bukan tentang hubungan yang memiliki status pasti. Melainkan sebuah hub...