Part 40 (END)

641 48 12
                                    

Hi readers. This is the last past of the story.
So enjoy and happy reading 🥰

***

Di luar, Taehyung yang menunggu sambil bersandar di tembok dekat pintu masuk mendengar semuanya, jantungnya berdetak keras, penuh antisipasi, ikut menanti jawaban Yoona. Kumohon katakan Ya, bisik Taehyung dalam hati, menjeritkan permohonannya dalam diam, kumohon katakan Ya, kau mencintaiku Yoona.

Di dalam ruangan Yoona tertegun, menatap Donghae, menatap ketulusan yang ada di sana.

Tidak apa-apakah kalau dia mengakuinya?

Tidak apa-apakah kalau Donghae akhirnya mendengarnya?

Yoona menarik napas dalam dalam, menahankan debar jantungnya, lalu menghembuskannya pelan-pelan.

“Ya Donghae,” gumamnya lembut setengah berbisik, “Ya, aku mencintai Taehyung, aku sangat mencintainya,” air mata menetes lagi di pipinya.

Donghae mengusap air mata itu dengan lembut, sedikit melirik ke pintu, menyadari kehadiran Taehyung di sana. Kau dengar itu Taehyung?
Gumamnya dalam hati, Permataku ini mencintaimu, dia sangat berharga dan dia mencintaimu, kau harus menjaganya baik-baik, jangan pernah menyakitinya...

Di luar Taehyung memejamkan matanya mendengar pengakuan Yoona itu, dia dipenuhi kelegaan yang luar biasa. Yoona hampir tidak pernah mengungkapkan perasaan padanya, Taehyung harus selalu mengukur- ukur, menebak-nebak dari mata dan tindakan Yoona.

Dan mendengar sendiri kalimat itu dari bibir Yoona, diucapkan dengan penuh keyakinan, mau tak mau membuat tubuhnya dibanjiri kebahagiaan.

“Dia pasti akan menjagamu Yoona, kau tidak usah mencemaskan aku lagi, aku sudah tidak perlu dijaga.”

“Tapi, Donghae... “

Donghae tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Dokter Seulgi mengajakku ke jerman. Disana dia punya kenalan spesialis tulang dan saraf yang sangat ahli, yang bisa menyembuhkanku lebih cepat, dan kupikir aku akan mengambil kesempatan itu,”

Yoona membelalakkan matanya, pucat pasi, “Donghae... Kau akan pergi?”

Donghae menganggukkan kepalanya, “Aku akan mengejar kebahagiaanku, aku akan menyembuhkan diri dan memulai karirku, masih ada harapan dan aku tidak akan menyerah. Kau sudah memberiku contoh dengan berjuang untukku tanpa putus asa padahal kemungkinan aku terbangun dari koma sangat kecil, jadi sekarang aku akan berusaha berjuang,”

Yoona tertegun, kehabisan kata-kata mendengar kalimat Donghae. Dia hanya punya satu hal untuk diungkapkan, kata maaf, maaf karena aku mencintai orang lain, maaf karena aku mengkhianati cintamu, maaf karena aku membiarkan hatiku dimiliki orang lain.

Ketika dia akan membuka mulutnya untuk meminta maaf, Donghae mencegahnya dengan menaruh jemarinya di bibir Yoona, “Jangan meminta maaf, aku tahu kau akan meminta maaf,” Donghae tersenyum simpul, “Kau tidak perlu meminta maaf, kau tidak pernah berniat mengkhianatiku, bahkan kau malah berniat mengorbankan hati dan perasaanmu demi aku. Seharusnya aku yang berterimakasih padamu.”

Dengan lembut Donghae melepaskan cincin emas pertunangan di tangannya, dan meletakkannya dalam genggaman Yoona.

“Aku melepaskanmu, Yoona, tunanganku yang berharga. Terima kasih untuk cinta yang pernah kita bagi bersama. Terimakasih untuk semua perjuangan yang telah kau korbankan untukku, Terimakasih karena pernah mencintaiku,” dengan lembut Donghae mengecup jemari Yoona yang terpaku, “sekarang kau bebas, kejarlah kebahagiaanmu sendiri...”

Air mata mengalir deras makin tak terbendung di mata Yoona. Hatinya penuh sesak, campur aduk antara penyesalan dan kelegaan luar biasa, akhirnya dengan pelan Yoona duduk lalu memeluk Donghae erat-erat. Berbagi tangis bersamanya, “Terimakasih Donghae, aku mencintaimu,” isak Yoona pelan.

A Romantic Story about Yoona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang