[24] Shocked

126 24 122
                                    


Heyhoo! Here we go again, para pembacaku yang baikk💜
Selamat membaca💜
💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦

GRACE's POV
"Thankyou, Ladies and Gentleman. Kuharap, jalinan kerjasama kita akan lebih erat kedepannya." kalimat penutupku menggema di ruang meeting.

Puluhan pasang pipi dan telapak tangan silih berganti menempel di kulitku untuk sekedar memberi selamat dan salam penghormatan atas jabatan baruku. Semua tamu meeting tampak begitu mendukung jabatanku menjadi pemilik tunggal RMC dari tampilan luarnya, namun siapa yang tahu dengan yang ada di hati mereka.

Masa bodoh, aku tak peduli. Yang jelas, sekarang aku begitu bangga melihat sekretaris baruku yang patuh dan penurut, ia bekerja sampai larut malam untukku, dan menyerahkan laporan berupa hard copy pada pagi hari dengan lingkar hitam di matanya dan sejumput cemberut di bibirnya. Sekarang, ia tak beranjak duduk dari sampingku dengan sorot mata kosong dan tubuh tegapnya yang gontai. Rasakan itu, Harry! Aku akan memberikan sedikit pemanasan awal untukmu terlebih dahulu.

Selesai meeting, aku kembali keruangan dengan berjalan beriringan bersama Harry yang tak ada ubahnya seperti patung bergerak. Ia tak bersuara. Aku ikut merasa salah tingkah, latihan menjadi wanita kaya berkuasa dan bernilai sensualitas tinggi yang kulakukan beberapa minggu ini tampaknya belum begitu matang, buktinya diriku yang payah ini masih butuh untuk berfikir demi memulai sebuah pembicaraan saja dengan Harry yang sekarang tak lebih dari bawahanku. Oh demi Tuhan.

Harry berbelok menuju ruangannya dimana adalah ruanganku dahulu, setelah kami sampai di lantai dua puluh dua. Oke, aku akan bermain dengannya kali ini.

"Masuk keruanganku!" suaraku terdengar cukup berkharisma ketika memerintah pria kulit putih ini. Aku melihat ia menghentikan langkahnya dari sudut mataku. Astaga, Harry menjadi sangat jinak karena kekuasaanku. Sekarang aku sadar jika sebuah kekuasaan adalah hal yang luar biasa.

"Kau sudah temukan siapa orangnya?" tanyaku tanpa basa basi.

"Aku sudah mengantongi ID apple dari si pengambil foto. Anda bisa menunggu beberapa hari lagi untuk pengecekan."

"Menyebalkan. Kau tidak becus mengerjakan hal picisan seperti itu?! Beberapa hari terdengar menjijikkan untukku. Selesaikan hari ini!" teriakku begitu lantang seraya memukul meja dengan kedua tanganku. Haha, ini menyenangkan melihat mata hijaunya yang lelah tiba-tiba terbelalak.

"Ba-baiklah, Nona Marie." Harry mengepalkan kedua tangannya di samping jahitan celana, aku melihat itu, emosinya memuncak.

"Keluar! Serahkan padaku dua jam lagi!"

Harry berbalik dengan wajah merah padam. Aku cukup puas hanya dengan hal ini, bahkan aku belum melemparinya dengan ipad atau gelas, bahkan belum sama sekali menamparnya. Lihatlah, aku begitu baik dan murah hati.

***

Aku berharap jika ini hanyalah mimpi buruk. Ketika Harry menyodorkan nama si pelaku padaku dengan gigi bergemertak beberapa menit yang lalu, dadaku sakit. Rasanya tidak mungkin, Irene tega menjebakku dan Harry. "Kita harus segera menemuinya!" geram suara berat di depanku. Kepalaku mengangguk tetap dengan pandangan kosong. Aku mengkaji ulang peristiwa kebelakang, apa aku pernah berbuat kesalahan kepada Irene? Rasanya tidak pernah. Aku sangat menjaga sikap selama menjadi sekretaris disini.

Kami tidak menemukan Irene ketika sampai di depan ruangan Vinn. Aku mulai gusar dan menggunakan kemampuanku untuk melacak keberadaannya dengan ID yang sudah di kantongi Harry.

"Ia di kafetaria." Lirihku menatap Harry.

"Kita kesana." Jawabnya. Untuk saat ini, aku akan menuruti perintah sekretarisku.

KARMA to LOVE (Harry Styles Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang