Grace's POV
Selama lebih kurang sepuluh menit berkendara, aku yang duduk berdampingan di kursi penumpang bersama Harry styles hanya bisa diam dengan berpura-pura memandangi pemadangan kota London dari balik jendela mobil. Sesekali aku melihat pria dingin disampingku yang sibuk menyentuh dan meremas ponsel layaknya istrinya sendiri. Aku penasaran apa isi handphone seorang Harry Styles sampai-sampai tak sedikitpun ia mengalihkan pandangan dari benda pipih itu. Hm, haruskah aku meretas ponselnya? Ide yang cukup seksi.
"Grace." Aku mungkin mulai berhalusinasi jika seseorang memanggil namaku. Sial, aku tengah asyik mengkalkulasikan waktu untuk meretas ponsel Harry, sepuluh menit cukup, kurasa.
"Grace, kau mendegarku?!" Astaga! ternyata benar. Itu Harry, mulai meninggikan nada bicaranya.
"Y-ya, Mr. Styles. Maafkan aku."
"Kau melamun? Astaga. Aku membawamu bukan untuk melamun, Gomez!" Harry melemparkan ponselnya dari jarak rendah. Sial, apa ia akan mencecarku lagi?
"Dengar. Kau tidak boleh mempermalukanku di pesta itu. Tunjukkan jika kau adalah pasanganku yang berkelas malam ini. Dan lagi, aku yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan padamu nanti, kau tidak dibenarkan untuk menjawabnya. U Got it?"
"I got it, Mr. Styles." Anggukku patuh.
"Selesai pesta, kau kembali lagi ke kantor. Selesaikan pekerjaanmu yang belum kau selesaikan tadi. Kau tau apa yang terjadi jika itu tidak rampung sampai matahari terbit." Tambahnya lagi. Tuhan, ia begitu tak berperasaan.
"Baik, tuan."
"Panggil aku dengan namaku malam ini." Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk Dewy Regency, tempat pesta konglomerat ini diadakan. Lidahku yang belum beradaptasi memanggil namanya tentu saja ragu untuk mengucap lima huruf itu.
"Ha-Harry."
"Good girl. Ayo turun."
.
Aku tidak percaya, pria yang selama ini suka menghinaku, mencaciku, membuang berkas-berkas hasil ketikanku, merobek file yang sudah ku susun, mendorongku, merusak ponselku, melemparkan kacamataku, dan secara keseluruhan berarti menistakanku, malam ini sangatlah lihai bermain peran menjadi pria flamboyan yang hangat.
Harry membukakan pintu limusin untukku turun, dan menyodorkan tangannya padaku sebagai tumpuan untuk tanganku. Sialan! ia menyipratiku dengan gelombang kharismanya yang luar biasa. Aku mengenggam tangannya yang lembut sambil berjalan dengan heels 12 senti meter pemberiannya. Berjaga untuk tidak jatuh ketika berjalan tanpa kacamataku.
"Jangan kaku. Kau harus senyum, Grace!" Bisik pria tinggi ini meremas tanganku. Tanpa menjawabnya, aku lantas tersenyum dengan sangat manis –menurutku-, menebarkan senyuman manisku ini keseluruh penjuru gedung pesta, jika perlu.
Harry Styles menggandengku berkeliling dan menyapa beberapa tamu di gedung pesta ini seperti ia benar-benar melupakan Maria Wilde, kekasihnya. Mataku terpuaskan dengan senyumnya yang tak henti menyungging, dan ku akui, itu sangat manis, ditambah dengan aksesori lesung pipi sempurna di pipinya.
Aroma tubuh seksinya menghinggapi hidung dan memenuhi paru-paruku. Tuhanku, Ia sangat menawan. Harry kemudian melepaskan genggaman tangannya untuk mengobrol dengan kolega bisnisnya yang beberapa orang aku ketahui namanya. Ia memberi isyarat agar aku tidak terlalu jauh darinya. Kugunakan kesempatan itu untuk menyambar beberapa potong camilan didepanku secepat yang aku bisa, memasukkan ke mulutku,mengunyahnya dan menelannya, demi tuhan, ini sangat lezat. Mari kuberitahu sedikit rahasiaku pada kalian, aku sangat menyukai makanan, Im addicted. Sungguh aku menyetujui jika aku hidup untuk makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA to LOVE (Harry Styles Fanfiction)
Romance//WARNING!! ADULT CONTENT! 18++: BANYAK KATA KATA KASAR DAN AKAN ADA BEBERAPA ADEGAN DEWASA DISINI. JADILAH PEMBACA YANG BIJAK. TIDAK DISARANKAN UNTUK PEMBACA DIBAWAH 18 TAHUN.// Karma: hasil yang akan didapatkan dari sebuah perbuatan. Setiap orang...