Scaredy Cat And Caring Bear - (Gemhali)

1.9K 74 6
                                    

"Haliiii~!" Blaze merangkul Halilintar begitu keluar dari ruang OSIS-MPK dengan gummy smile khasnya. "Sori lama nunggu. Ayo cabut!" Kemudian bergegas pergi.

Halilintar tidak menjawab namun mengikuti langkah Blaze.

"Kenapa kamu lama banget sih?" Halilintar menghela napas.

"Hehe. Tadi Kak Gempa nawarin nonton film sama aku. Soalnya Kak Solar, csnya lagi sibuk buat persiapan lomba robotik." Blaze menunjukkan selembar tiket film horor pada Halilintar. "Horor cuy. Horor~"

"Kapan itu?"

"Nanti sore. Ah, aku nggak sabar. Kayaknya seru nih."

🍓

Halilintar dan Blaze sudah berteman sejak SD. Karena itu mereka selalu pulang bersama dengan motor. Blaze yang membonceng dan Halilintar yang dibonceng.

Setelah Blaze menghidupkan motor seorang pemuda bermata biru yang baru memasuki tempat parkir menarik perhatiannya dan juga Halilintar.

Pemuda itu adalah Taufan, murid kelas sebelah yang disukai Blaze. Cara berjalan Taufan yang tertatih membuat Blaze turun dari motor kemudian menghampirinya.

"Kaki kamu kenapa, Taufan?" Tanya Blaze.

"Aku jatuh di tangga abis dari kantin." Jawab Taufan.

"Waduh, kalo gitu bakal susah dong bawa motor pake kaki begitu. Aku anterin aja ya."

"Aku nggak bawa motor hari ini kok. Paginya berangkat bareng temen. Ini lagi nungguin dia latihan pramuka."

"Ah, pramuka mah lama. Udah, bareng aku aja." Blaze menepuk dada sedangkan Halilintar yang masih menunggu tak jauh dari mereka hanya memutar bola matanya.

"Oke deh. Makasih, Blaze." Taufan tersenyum sambil memegang tangan Blaze.

"I ... Iya ... Hehe." Wajah Blaze memerah karena tangannya dipegang Taufan. "Santai aja. Besok-besok biar aku aja yang anter jemput. Kapan aja dimana aja aku siap." Kemudian tersenyum simpul.

"Playboy Ciledug nyasar." Umpat Halilintar.

"Beneran? Wah. Kamu baik banget, Blaze." Senyum Taufan mengembang.

"Iya dong. Meski tampangku nakal tapi aku berhati emas." Blaze memegang pipi Taufan hingga membuat Taufan tertegun dengan wajah memerah kemudian ia membalikkan tubuh Taufan hingga membelakanginya. "Kamu nggak perlu masuk ke dalem. Tunggu aja di luar. Ntar naiknya kalo aku udah keluarin motorku. Oke?"

"Oke, aku tunggu di luar ya!" Taufan bergegas keluar sedangkan Blaze berlari menghampiri Halilintar.

"Hali." Blaze memegang bahu Halilintar. "Maaf banget ya. Kamu tahu kan aku suka banget sama Taufan udah dari lama. Untuk kali ini aku terpaksa harus meninggalkanmu demi dirinya. Maafkan aku, sobat sehidup sematiku. Huhuhu." Kemudian memeluk Halilintar sambil berpura-pura menangis.

"Iya iya. Udah, lepas." Halilintar berusaha melepaskan diri dari Blaze dengan mendorong kepalanya.

Setelah Blaze melepas pelukannya ia memegang bahu Halilintar dengan tatapan intens.

"Oh. Dan aku juga punya satu permintaan lagi, brother."

"Apaan?"

"Ini!" Blaze menyematkan tiket filmnya ke tangan Halilintar. "Gantiin aku nonton sama Kak Gempa juga!"

"Gila kamu! Aku benci film horor!" Halilintar hendak mengembalikan tiketnya namun Blaze malah memeluknya.

"Ayolah, Hali. Rumah Taufan jauh tingkat dewa dari sini. Bisa sejam lebih ke sono. Belum lagi macetnya karena ini jam orang pulang kerja sama sekolah. Tolonglah temen sejatimu ini. Hueeeeeng." Blaze berpura-pura menangis sambil mengeratkan pelukannya.

BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang