Lebih Dekat

531 92 30
                                    

Suasana canggung menyelimuti kedua orang di ruang kelas yang sepi. Setelah jam pelajaran berakhir Baji langsung menemui mantan kekasihnya. Ia membiarkan mereka bicara empat mata, tanpa ada orang yang mengganggu atau merusak pertemuan mereka.

"Kenapa ngelakuin ini?" tanya Baji pelan. Mana bisa ia kasar dengan lawan jenis, mau bagaimana pun juga ia ingat cara menghargai seorang wanita.

"Aku gak suka kamu sama dia. Kenapa ga cari yang lain aja sih? Preman gitu, kadang masuk BK. Ga cocok buat kamu Ji" Baji tersenyum tipis, memang benar jika adik kelas sekaligus teman sekamarnya bukanlah pemuda baik-baik.

"Gapapa kalo lu emang ga suka sama dia, itu keputusan lu dan gue ga bisa ngerubah atau maksa lu jadi suka Chifuyu, tapi jangan nyakitin orang lain dengan alasan itu, bahkan sampe bikin babak belur orang yang ga tau apa-apa. Kalo lu marah, marah aja ke gue, jangan Chifuyu. Gue ga ada mau belain siapa-siapa, tapi coba lu inget lagi, dulu gue nakal dan lu pernah pacaran sama gue" si gadis terdiam, sikap tenang Baji membuatnya kikuk dan bingung harus membalas apa. Suara beratnya begitu teduh, Baji sangat berhati-hati dengan tutur katanya. Ia cuma tidak mau masalah ini menjadi semakin besar dan merugikan mereka semua.

"Soal tingkah atau sifat pasti orang bisa berubah walaupun butuh waktu lama.
Dengan lu bersikap gegabah dan nyakitin dia, malah bikin gue ga enak ke kalian berdua. Gue ga bisa marah ke lu karna kita temen, tapi gue juga ga bisa liat Chifuyu terluka gitu" Baji mengusak pelan surai panjang mantan kekasihnya.

"Aku cuma ga mau kamu kenapa-napa"

"Kita udah ga pacaran lagi, gue hargai rasa peduli lu, tapi gue juga ngerti Chifuyu itu orangnya gimana" Baji tersenyum tipis kala mengingat tingkah manis dan tawa Chifuyu. Sapaan setiap pagi, kebaikannya mengajarkan Baji dengan sabar dan Chifuyu selalu memberinya kejutan yang sulit ia tebak.

"Makasih udah mau ngertiin, tapi orang yang gue suka sekarang itu Chifuyu" ia tersenyum kecut diakhir kalimatnya. Dilema yang menjerat Baji membuatnya sulit bertindak, ia juga bimbang harus diselesaikan seperti apa.

"Semenjak ada dia, gue bisa ngerasain punya temen lagi, bisa senyum, ketawa bareng temen, bahkan dia mau ngajarin gue, padahal kakak kelasnya itu gue. Aneh tapi dia itu lucu, sering teriak kak Baji tanpa alasan yang jelas, bisa nebak hal apa yang gue pikirin walaupun random banget. Baru pertama kali ketemu orang yang kayak gitu" si gadis terdiam, dari ekspresi wajahnya saja bisa ditebak seberapa terpikat pria itu dengan teman sekamarnya. Baji jarang sekali mengeluarkan pendapat tentang dirinya apalagi kesukaannya, itulah yang membuat para gadis tertarik dengan Baji, sikap baik dan selalu membuat orang penasaran. Dengan wajah tampan, surai panjang, hidung mancung dan gigi taring juga jadi poin plus para gadis memujinya.

Tapi dari kesempurnaan itu, Baji selalu menutup diri dari orang lain.

"Gue harap lu ga akan nyakitin Chifuyu lagi, gue ga marah sama lu, kita cuma putus sebagai pasangan, bukan temen." Baji menepuk pelan bahu si gadis lalu melangkah menjauh, pembicaraan mereka telah usai. Baji cuma mau meluruskan semuanya, ia tak ingin ada yang tersakiti karena dirinya.

Setelah keluar dari kelas Baji menghela napas lega. Ia sangat berharap tak ada perselisihan lagi setelah ini. Baji menenteng tasnya dengan malas, manik hazelnya memperhatikan jalanan yang sepi, namun ia terperanjat tatkala menemukan perawakan yang sangat ia kenal.

Baji berlari kecil untuk menghampiri orang itu, ia melambai sembari memberikan senyuman ramah ke Baji.

"Chifuyu? Kok belum pulang?"

"Nungguin kak Baji" ucapnya masih dengan senyuman tulus.

"Maaf tadi aku sempet ngintip sebentar karena takut kak Baji marah, ternyata cuma ngomong dan malah lembut banget ke dia" kedua alis Baji terangkat, ia tidak mengira Chifuyu akan mengikutinya.

Cari Pacar [BajiFuyu]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang