Seminggu telah berlalu, tak ada keceriaan seperti biasa. Sifat abstrak dan tidak jelas Baji lenyap begitu saja setelah Chifuyu pergi. Perawakan tegasnya kian tampak, mulai masa bodoh dengan segala hal disekitarnya. Hatinya tak berhenti bimbang, niat menjadikan Chifuyu kekasih malah ditinggal pergi, kenapa nasibnya jadi buruk begini?
"Udah lah Ji, galau mulu lo" gerutu Kazutora yang sekarang jadi teman sekamarnya.
"Gue ga galau" entah sudah berapa kali Kazutora mendengar helaan napas frustasi dan kalimat tersebut. Ia paham kalau sahabatnya ini sedih karena tak diberi tahu, sejujurnya Kazutora juga sangat terkejut mengapa Chifuyu bisa tiba-tiba pergi tanpa mengatakan apapun.
"Kita cari pacar lagi gimana? Biar lu seneng" bukannya terlihat lebih lega, ekspresi wajahnya malah semakin dingin saja. Sudah pasti Kazutora salah bicara, sekarang yang ada di otak Baji hanya Chifuyu saja.
"Gue cuma mau Chifuyu"
"Buset dah ini anak, nanti lo gila kalo kepikiran Cipuy terus. Mending lu jadi pinter terus cari Chifuyu sampe dapet, nah habis itu jadian" usul Kazutora. Niatnya bercanda tapi Baji sangat menyetujui perkataan sang sahabat.
"Lu bener, gue harus mulai dari awal lagi" Kazutora tak mengerti, ia mengernyit alis bingung. Memangnya apa yang mau Baji mulai lagi?
Walaupun Chifuyu pergi tanpa kata pamit, biarlah Baji yang mengejarnya hingga kemanapun, setidaknya untuk sekarang cuma itu yang bisa membuatnya bahagia.
.
.
."Gila udah 27 aja tu anak" gumam salah satu teman si surai hitam panjang. Setelah rapat selesai, para sahabat tengah berbincang tentang kejutan untuk ulang tahun Baji. Kazutora melirik Draken, ia terkekeh mendengar perkataan si pria bertato. Usia saja hampir kepala tiga, tapi Kazutora yakin otaknya masih memikirkan bocah yang berusia enam belas tahun yang dulu pernah meninggalkannya. Sampai sekarang Baji tetap menyukai Chifuyu, bahkan boneka kucing hitam yang pernah Chifuyu tinggalkan juga masih ada menemani tidur Baji.
Budak cinta? sudah pasti.
Baji begitu mengidamkan Chifuyu jadi miliknya.
Padahal belum tentu Chifuyu masih mengingat dirinya, sialnya lagi Baji lupa bagaimana suara yang dulu sering meneriakkan namanya.
"Gue udah kasih hadiah yang paling bagus untuk bang Baji" celetuk Hakkai menyombongkan diri, Mitsuya melirik kekasihnya itu, tiket untuk liburan ke luar negeri adalah pilihan terbaik menurut mereka saat ini.
"Kita kasih apa Kenchin?" Draken menopang dagu sembari berpikir sebentar, ia juga bimbang harus memberikan apa pada sang teman.
"Gue punya hadiah yang lebih spektakuler" semua menatap heran ke arah Kazutora, tidak biasanya ia memasang wajah serius begitu, padahal biasanya hobi memperkeruh suasana dengan lelucon anehnya.
"Lu ngasih apa?" tanya Mitsuya penasaran.
"Permisi"
Pintu ruang rapat dibuka, semua membelalak kaget tatkala sosok itu muncul dihadapan mereka semua. Apa ini sebuah kebetulan atau takdir mereka?
Dengusan malas terdengar berulang kali, hatinya tengah gundah, sang ibu terus memaksa Baji untuk mencari pasangan, tentu ia menolak, tapi ia paham kalau ibunya cuma mencemaskan kehidupan pria yang hampir berusia kepala tiga ini.
Ia melonggarkan ikatan dasinya, sekali lagi membuang napas jenuh, maniknya ia arahkan ke langit-langit ruang kantornya. Uang sudah punya, jabatan sudah ada, cabang perusahaan di mana-mana, padahal masih terbilang cukup muda untuk menjadi orang sukses. Berkat kerja kerasnya selama ini, Baji bisa sampai dititik ini, kalau tak demi mengejar Chifuyu pasti Baji bukanlah siapa-siapa sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cari Pacar [BajiFuyu]✔
Fanfiction[Tamat] Berbagai cara akan Chifuyu lakukan demi mendapatkan seorang kekasih, bahkan ia sampai meminta bantuan Baji lantaran kesulitan melakukan hal itu sendirian. "Kak bantuin Cipuy cari pacar" pinta Chifuyu. "Ga perlu jauh-jauh Puy, kan ada gue"...