(S2)

391 45 29
                                    


11 tahun kemudian ...

Kicauan burung membuat sosok perempuan yang tertidur nyenyak terbangun. Dia duduk mengumpulkan kesadaran dan suara teriakan dari luar kamar langsung membuatnya lompat berdiri membukakan pintu. Pintu dibuka dirinya segera diterjang teriakan melengking.

"ENDY CEPAT BANGUN DAN SIAP-SIAP KE SEKOLAH!!!"

"Ah iya-iya Buna, laksanakan!" Perempuan yang di panggil 'Endy' lari masuk ke kamar mandi sebelum ledakan sang ibu kembali membara.

"Makin besar makin bikin darah tinggi, untung anak kesayangan." Gumam wanita beranak satu itu.

Sang ibu keluar dari kamar anaknya dan kembali ke dapur melanjutkan acara masak memasak yang sempat terpotong. Menyiapkan sarapan hari ini untuk dua orang yaitu dirinya dan anaknya.

Wanita tersebut fokus menyiapkan makanan tanpa disadari sang anak sudah selesai mandi dan sudah siap untuk ke sekolah.

"Mmmh! Aromanya enak, masak apa sih Buna?"

Mendengar pertanyaan tiba-tiba dari belakang hampir bikin wanita itu melempar makanan yang sudah di sajikan di piring ke atas. Dia menoleh kearah anaknya dengan tatapan tajam sedangkan yang ditatap hanya menyengir memberi tanda perdamaian.

"Kamu ini suka banget deh bikin Buna jantungan, mau cepat-cepat Buna di dalam peti ya?"

"Yah jangan ngomong gitu Buna, nanti siapa lagi yang jadi bahan buat Endy ganggu?"

"Ganggu sih enggak, tapi suka buat buna ingin lempar kamu ke angkasa." Sungut Irene.

"Hehe maaf Buna kalau aku ngeselin, gini-gini juga Buna sayang kan."

"Iyalah pastinya, buat apa Buna merawat kamu dari bayi kalau enggak sayang."

"Hihi manisnya buna-ku ini, oh ya Endy udah lapar nih.." perut keroncongan Endy terdengar membuat Irene tertawa dan dia menunduk malu ditertawakan oleh sang ibu.

"Utututu..lucunya anak Buna, makanan sudah siap disantap, silahkan di makan." Irene mengantar semua makanan ke meja makan dan ditata rapih olehnya.

"Widih pasti enak nih, Endy makan duluan ya Buna." Endy duduk di kursi dan meneteskan air liur betapa menggiurkan makanan buatan sang ibunda.

"Iya sayang, sini Buna ambilkan. Makan yang banyak biar tuh badan terisi, jangan kerempeng kayak papan triplek."

"Iih Buna badan melebar gini dibilang kerempeng." Cemberut Endy.

"Apaan badan isinya cuma darah, tulang, daging seiprit doang. Lagian badan kamu tinggi ke atas bahkan Buna kalau ngobrol sambil berdiri sama kamu harus dongak, untung leher Buna tahan encok."

"Iya itu karena Buna kependekan, makanya pas waktu kecil minum susu bukan banyakin makan pisang."

"Lah sok tau kamu, sudah ya masih pagi sayang sudahi perdebatan tidak jelas ini mari Buna antarkan kamu ke sekolah." Ucap Irene.

"Padahal masih mau guling-guling di kasur, kenapa harus cepat banget hari  masuknya deh, Buna undur aja ya Endy males masuk sekolah."

"Tidak hari ini sayang, sekarang cepat habiskan sarapanmu keburu terlambat."

Endy cepat menghabiskan makanannya dan selesai dia menggendong tas di bahunya. Dan Irene melihat anaknya sudah menghabiskan sarapan. Dia memanggil bibi Sihyin untuk mencuci piring dan merapikan meja makan. Usai memanggil bibi Sihyin, Irene dan Endy keluar rumah menuju mobil di garasi. Mereka masuk ke dalamnya dan semuanya memakai sabuk pengaman.

Irene menyalakan mobilnya dan melajukan mobilnya. Irene mengantarkan anaknya hari ini, agar mengetahui lingkungan sekolah jika aktif itu bagaimana. Dia menengok ke arah Endy yang duduk di sebelahnya sambil mengemut permen stik.

BUNA & ENDY (S1-END S2-END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang