Joy melirik Endy yang menatap diam ibunya. Joy mendapat ide untuk menggoda Endy.
"Kira- kira siapa ya pria itu, mungkin calon ayah Endy." Secepat kilat Endy langsung menengok ke arah Joy.
"Tidak! Tidak boleh, Endy tidak mau punya ayah." Endy menyilangkan tangannya memelototi Joy.
"Kan siapa tau, kalau misalkan beneran mau enggak mau Endy harus terima dong."
"Asikkk...Endy bakal punya ayah" Yeri ikut nimbrung menggoda Endy.
"Tante Eri stop bilang gitu, Buna gak bakal mau juga kali sama om-om tua itu." Elak Endy.
"Tau darimana"
"Iya kata Endy sendiri lah, udah ah aku mau samperin Buna, jangan ada yang halangi aku." Ujar Endy dengan mata berapi-api menatap tempat bunanya.
"Ya sudah sana, keburu Buna selesai tuh." Dukung Joy dan Yeri.
Endy turun dari kursi melangkahkan kaki pendek menuju tempat meja sang target.
"BUNAAA!!!!"
Hampir mendekati Endy langsung berteriak kencang sambil berlari. Teriakan Endy menggelegar di restoran sampai pengunjung disana menatap ke arahnya.
Irene menoleh dan Irene melebarkan matanya melihat anaknya seorang diri berlari untuk mencapai ke tempatnya.
Irene bangun dari duduknya. Berdiri berlutut membuka tangannya untuk menangkap Endy yang menabrakkan diri ke tubuhnya.
"Sayang, kenapa bisa kamu ada disini?" Tanya Irene sambil mengelus kepala anaknya.
"Ya bisalah" ketusnya.
Irene mengerutkan kening setelah mendapat respon Endy seperti itu. Irene mengedarkan pandangan ke sekeliling restoran. Dan ia mendapati tiga orang dikenalnya yang juga sedang menatapnya.
"Buna Endy tidak mau punya ayah" ucap Endy teredam dalam bahu Irene.
"Ayah? Ayah siapa" Irene bingung.
"Itu om tua yang duduk di tempat Buna"
"Oh dia itu teman Buna dan dia klien Buna, Endy"
"Teman? Bukannya Buna tidak punya teman laki-laki"
"Ya dia teman Buna waktu sekolah"
"Oh, Buna Endy punya permintaan. Buna bakal nurutin atau tidak.."
"Selagi itu tidak aneh-aneh, Buna turutin."
"Buna jangan berhubungan sama om tua itu lagi"
"Kasih Buna alasannya apa?"
"Karena Endy gak suka"
Tanpa Irene tanya apa alasannya. Ia pun sebenarnya tau jika putri kesayangannya ini bakal jawab begitu.
"Oke Buna turutin, yaudah sekarang kita kembali ke Tante yeri, Tante Seulgi, Tante Joy." Kata Irene.
"Tunggu dulu Buna, masih ada yang ketinggalan." Endy memberhentikan Irene yang baru ingin menggandeng tangannya.
Endy mundur selangkah dan beralih mendekati pria yang masih berada disana.
"Permisi om" ucap pelan Endy dengan sopan.
"Iya ada apa dek?" Balas pria itu dengan senyum yang menurut Endy tidak enak untuk di pandang.
"Bisa jauh dari Buna aku kan"
"Maksud adek.."
"Iya tolong jauhin Buna aku dan jangan pernah berani-beraninya punya niat buat deketin Buna"
"Tapi om mau ngobrolin soal pekerjaan"
"Sama asisten Buna aja, kalau om sama Buna nanti jatuhnya fitnah dan jadi bahan ghibahan tetangga Buna. Mending sekarang om back to rumah."
"Putrinya Buna jangan bilang begitu ya, gak sopan apalagi sama yang lebih tua." Bisik Irene di telinga Endy.
"Maaf Buna abis Endy kesal sama om tua itu natap Buna kaya ada gambar hati di matanya, ya Endy dislike lah Buna ditatap kaya gitu. Udah mana alasannya basi banget padahal aku tau ada apa di balik selain pembahasan kerjaan, uh."
"Uwww ceritanya Endy mau jadi pahlawan kesiangan Buna nih.."
"Udah ah Buna, Endy lapar, Endy pulang bareng Buna ya."
Endy menggandeng tangan bunanya. Meninggalkan meja itu tanpa sepatah katapun pada pria yang masih termenung akibat ucapan Endy.
☀️☀️☀️☀️☀️☀️
"Wih...Kerja bagus Endy" Yeri memberi dua jempol.
"Nanti kapan-kapan kita berdua ya Endy" kata Joy.
"Apa ?"
"Iya kapan-kapan kita labrak Buna berdua, kalau ketauan lagi sama lanang."
Endy mengangguk-angguk saja. Padahal tidak mengerti apa maksud Tantenya yang satu ini.
"Umur empat tahun, masih suka cucu, kalau ngomong kadang suka kaya bukan anak empat tahun. Apalagi ibunya, ibunya galak, udah gitu kulkas, untung anaknya gak kulkas-kulkas banget, ada sih tapi sedikit beda sama induknya." Ujar Seulgi yang sedari tadi di dengarkan oleh 8 pasang telinga.
"Aku pulang nebeng Irene eonnie" Joy langsung membuka suara.
"Aku pun sama" Yeri.
"Belalti Tante ugi cendiri" timpal Endy.
"Endy mau nemenin ?" Tanya Irene menatap anaknya.
"Enggak ah, nanti Endy tidak bisa cucu." Geleng Endy.
"Tapi kan tante ugi juga punya lho!"
"No! Rasanya akan beda dibanding punya Buna."
"Pfft...." Ketiga orang tersebut menahan tawa.
"Endy dimakan tuh pesanan kamu, tadi kan katanya lapar." Seulgi mengalihkan pembicaraan untuk memberhentikan dirinya di laknati.
"Laparnya udah hilang, jadi Buna Endy mau cucu.." sahut Endy. Lalu beralih ke Irene meminta cucu.
"Endy belum makan, ya Buna bakalan enggak kasih Endy cucu."
"Ish! Buna Endy sudah tidak lapar, Endy maunya cucu~~"
"Makan dulu"
"No!"
"Buna suapin, Aaaaaa..."
"Gamau"
"Yaudah Endy tidak akan Buna kasih cucu selamanya"
"Iya Endy makan"
Irene tersenyum puas dan melayang suapan. Dan diterima langsung oleh Endy. Di suapin lah Endy dengan Irene. Yang lain melanjutkan makan sesekali sambil mengobrol.
Bersambung...
Oke ane up, buat refreshing otak sebelum sebelah beraksi..
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNA & ENDY (S1-END S2-END)
Fanfic"Buna sayang Endy" "Endy juga sayang Buna" ☀️☀️☀️☀️☀️☀️☀️☀️☀️ ☀️Pict: pinterest ☀️Cover edit by: me ☀️ Season 1: END ☀️ Season 2: END ☀️ Edisi ibu dan anak