🌧️🤒

371 49 5
                                    


Saat ini, ketujuh anak sedang menunggu jemputan. Sang guru melihat mereka diluar menyuruh untuk menunggu di dalam tetapi dibalas gelengan oleh keenam anak tersebut.

Gluduk⚡ Gluduk⚡

Langit yang semula cerah berubah menjadi gelap. Tak lama pun rintikan air hujan turun. Dan ketujuh anak itu mendongak ke arah langit menonton tetesan hujan yang jatuh dari awan.

Mereka hanya diam memandang. Kemudian Endy memecahkan keheningan dengan suara riang.

"Ayo kita mandi hujan!" Endy berlari keluar, dirinya pun terbasahi oleh hujan.

Sedangkan yang lain saling memandang dan mengangguk. Mereka melempar senyum dan ikut bergabung dengan Endy.

"Yeyyy mandi hujan~"

"Endy eonnie kejar aku kalau bisa."

"Sini Ennie, kamu tidak bisa lari dariku."

Akhirnya mereka mandi hujan tanpa memikirkan akibat setelah ini. Bermain-main sampai membuat kotor seragam karena genangan air yang sengaja mereka lompati dan injak.

Kegiatan yang awal dipimpin Endy berlanjut hingga beberapa mobil masuk ke sekolah. Turunlah empat wanita dari masing-masing mobil ditambah seorang pria sambil memegang payung.

"Astaga Jaesung!" Jaesung menengok ke sumber suara.

Jaesung melebarkan mata, "Appa?" Pria tersebut menghampiri sang anak.

"Nak, apa yang kamu lakukan? Lihat! Pakaianmu basah semua dan kotor. Kita pulang sekarang, Aduh bisa-bisa Appa dimarahi eomma." Jaesung di bawa pulang oleh Appa-nya.

"Dadah teman-teman, aku pulang duluan!" Lambai Jaesung di gendongan sang ayah.

"Permisi Bu, saya duluan." Ujar Ayah Jaesung pada keempat wanita dan masuk ke mobil, kemudian mengklakson sebagai tanda pamit.

Mobil ayah Jaesung pergi, keempat wanita beralih memandang anak-anak mereka yang malah kembali melanjutkan aktivitas yang sempat terputus.

"Terlihat anak kita akan terserang penyakit secara kompak." Pernyataan Jisoo di lirik tajam Irene.

"Aissh...jangan melihatku seperti itu eonnie." Keluh Jisoo.

"Sudah sudah lebih baik kita bawa pulang langsung mereka sebelum hujan semakin deras." Ucap Sihye menengahi.

Setuju, keempat ibu anak itu menghampiri tempat anak-anak yang sedang bersenang-senang membasahi diri dengan air hujan.

"Endy!"

"Lili, Rosé!"

"Ennie!"

"Karina, winter!"

Keenam anak tersebut berhenti bermain dan berbalik melihat ibu mereka yang menatap tegas dan terlihat tidak ada ekspresi di wajah sang ibu. Mereka hanya bisa menunduk tidak berani mengangkat kepala.

"kita pulang!" Sambungnya.

Endy di gandeng langsung Irene, Ennie di payungi oleh Jisoo, Lisa dan Rosé di bawa ke samping Sihye agar terpayungi. Karina dan Winter pun juga sama.

Keenam anak itu segera di bawa masuk ke dalam mobil oleh ibu mereka. Selama perjalanan bisa dilihat keenam anak ini di omelin dengan ibu mereka.

Tetapi mereka tahu ibu mereka seperti itu karena khawatir dengan kesehatan mereka. Merasa bersalah membuat sang ibu khawatir, keenam gadis tersebut menangis dan berhasil ibu mereka berhenti mengomel.

"Aduh aduh sayang maafin Buna, cup..cup..jangan nangis,..cup berhenti nangisnya ya..." Irene melipir ke samping jalan dan merengkuh anaknya menenangkannya agar berhenti menangis.

"E-endy minta maaf Buna." Lirih Endy.

"Iya sayang iya, maafin Buna juga udah ngomelin Endy, soalnya Buna takut nanti Endy sakit." Irene mengecup kening Endy.

~~~

"Huaaa bunaa, kepala Endy pusing... Hachim!" Rengek Endy sambil bersin.

Irene mendengar rengekan anaknya menghentikan Aktivitas memasaknya dan memberi penuh perhatiannya pada Endy.

"Sini sayang Buna gendong." Kata Irene.

Endy pun mengangkat tangannya meminta di gendong. Irene mengangkat sang anak. Ia mengerutkan kening merasakan hawa tubuh anaknya panas.

"Ya Tuhan! Endy badanmu panas, sayang." Irene menjerit panik setelah merasakan panas saat mengecek suhu Endy dengan telapak tangannya.

"Uh, mata aku berat Buna." Lirih Endy.

"Bentar ya sayang."

Tanpa pikir panjang Irene membuka pakaiannya sendiri dan membuka pakaian Endy. Kemudian, Irene merengkuh tubuh sang anak ke pelukannya dan menyelimuti tubuh anaknya dan dirinya. Irene memeluk erat Endy untuk membiarkan panasnya menular ke dirinya.

Irene mengecup berkali-kali rambut anaknya yang sedang tidur.

"Inilah ketakutan Buna, cepat sembuh ya sayang, Buna gak suka sayangnya Buna sakit." Ucap pelan Irene sembari menyisir lembut rambut sang anak dengan jarinya.

Tak lama Irene pun ikut terlelap dengan melingkarkan tangannya di tubuh Endy dan menjadikan lengan kirinya bantal untuk Endy.


Bersambung...




Sorry klo ada typo

BUNA & ENDY (S1-END S2-END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang