"Mungkin ucapan terima kasih saja tidak cukup untuk membalas kebaikanmu"
....
"Lepas..."
Sudah lelah aku memberontak, tanganku sakit akibat ikatan kuat tali yang mengikat tanganku. Aku hanya menangis meratapi nasibku, bagaimana aku bisa terjebak pada situasi ini? Seharusnya aku tadi tidak ikut pergi bersma mereka. Tapi aku tidak ingin menyalahkan mereka terhadap situasi yang aku alami sekarang, mereka tidak salah apa-apa, aku yang tidak bisa menjaga diriku sendiri. Atau ini hukuman bagiku karena membohongi Ayah dan Bunda.
Ayah, Bunda, Karin tolong Bella. Ucapku dalam hati.
Aku semakin menangis, tidak ada yang tahu keberadaanku, lalu bagaimana teman-temanku menolongku dari cengkraman laki-laki disampingku.
"Tidak perlu menangis, ini akan sangat menyenangkan" ucap laki-laki disampingku.
Aku melihat wajahnya dengan perasaan benci, bagaimana bisa dia dengan seenak jidatnya membuat diriku sebagai barang taruhan. Tangannya mendekati pipiku dan mengusap air mataku yang jatuh sambil tersenyum jahat, aku jijik.
Kupalingkan wajahku kesamping melihat jalanan malam yang ramai dan aku terisak-isak menahan tangis. Kurasakan penggerakan disampingku, dia semakin mendekat dan salah satu tangannya mengukungku. Kurasakan hembusan nafas disekitar telingaku, aku merinding.
"Kenalin, gue Ardhan Devano Miller. Nama lo siapa?" tanya laki-laki disampingku.
Aku hanya bungkam tidak memberitahukan namaku, untuk apa aku memberitahukan dia namaku, aku bahkan tidak mengenalnya sama sekali.
"Lo budek ya?" dia kembali bertanya namun aku masih diam.
"Lo bisu? Gue tanya nama lo siapa?" katanya dengan menjambak rambutku, aku mendongak menatapnya dan meringis.
"Saakiittt....tolong lepas.." mohonku kepadanya, namun dia tak mau melepaskannya.
"Gue tanya sekali lagi, siapa nama lo?" tanyanya menatapku tajam. Aku takut dan akhirnya aku mengatakan namaku dengan mencicit.
"Bella"
Dia tersenyum memandangku dan mulai melepaskan jambakannya terhadap rambutku. Aku menatapnya dan dia menatapku balik serta tersenyum semakin lebar menampilkan smirk nya.
"Okey, Bella sayang, kita sudah sampai" ucapnya menyeringai.
Kulihat keluar jendela mobil dan kini aku berada di depan sebuah hotel, dia membuka pintu mobil bagian kiri dan keluar mengitari mobil. Aku melihatnya membuka pintu mobil bagian kanan dan menarikku keluar mobil.
Dia menyeretku masuk kedalam hotel, banyak pasang mata yang melihat kami, aku ingin berteriak meminta tolong akan tetapi dia langsung membungkam mulutku dengan tangannya dan membawaku memasuki lift. Aku terus memberontak.
"Diamlah!" ucapnya di telingaku dan melepaskan bekapannya.
Pintu lift terbuka dan dia langsung menarikku keluar menuju kamar hotel paling ujung. Aku semakin gemetaran, aku takut. Dia membuka pintu kamar hotel yang sudah dia pesan sebelumnya, mungkin. Aku semakin memberontak ketika dia menarikku masuk ke dalam.
"Lepaskan....ku mohon..." pintaku.
Air mata ku mengalir deras, tetapi dia tidak memerdulikannya. Menarikku masuk dan menghempaskanku ke atas kasur.
Ya Tuhan tolong hambamu ini. Ayah Bunda tolong Bella.
Aku duduk menghadapnya, kuremas seprai dengan kuat untuk menahan tangis, kulihat dia tersenyum menampilkan smirk jahatnya sambil menatapku. Dia mulai mendekat kemari, aku semakin ketakutan dan menggigit bibirku. Aku mundur terus sampai membentur kepala ranjang dan dia semakin mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stellard's Story
Teen FictionBella Ashilla, seorang gadis cantik yang harus terikat dengan dua orang anak laki-laki di SMA Dirgantara. Mereka terkenal badboy dan suka mencari masalah. Tidak ada yang bisa membuat mereka berdua menghentikan kenakalannya. Steven Allan Dirgantara...