"Sekali gue bilang lo milik gue, nggak akan gue lepasin"
....
Deg!
Bagaimana dia bisa ada di sini? Dia bukan murid di sini kan? Ku lihat dia terus menatapku dan mulai berjalan ke arah dimana meja kami berada dengan di ikuti seorang anak laki-laki. Dia semakin mendekat kemari, ku tundukan kepala ku tidak berani menatapnya. Jarak antara dia dan aku kian menipis, aku gemetaran memegang sendok ku.
Dan syukurlah dia melewati meja kami, tapi dia malahan duduk di samping meja kami berada. Aku duduk menghadap ke arahnya dan dia juga, jadi kita saling berhadap-hadapan walaupun beda meja. Dia terus menatapku seakan-akan aku akan menghilang jika dia memejamkan matanya, tak lupa dengan menampilkan smirk nya. Teman-temanku yang melihat kedatangan dia ke sekolah ini tiba-tiba menjadi heboh.
"Lah ko Kak Ardhan ada di sekolah kita? Bukannya dia sekolah di SMA Tunas Pertiwi?" tanya Meta kebingungan.
"Nggak tau tuh, kesasar kali dia" balas Raka.
"Ah masa si, tapi dia pake seragam sekolah kita tau" ucap Nisa.
"Iya juga ya" ujar Meta.
"Apa dia pindah ke SMA Dirgantara?" tanya Nisa ke kami berlima.
"Tapi kok tiba-tiba yah?" heran Meta.
"Jangan-jangan....." sambung Meta berspekulasi.
Aku yang mendengar pembicaraan teman-temanku langsung gemetaran. Bagaimana bisa dia pindah ke sekolah ini? Banyak spekulasi muncul di kepalaku dan aku teringat kejadian malam itu, aku semakin gemetaran ketika mengingatnya.
Bagaimana kalau dia pindah ke sekolah ini untuk mengincar diriku? Ya tuhan bagaimana ini? Ku kerutkan keningku dan menutup telingaku, terdengar samar-samar suaranya berbisik di telingaku. Aku yang tak tahan langsung berlari keluar kantin dan menuju entah kemana, yang penting aku tidak satu ruangan dengannya.
Semua yang melihatku berlari tiba-tiba, merasa keheranan apa lagi teman-temanku. Tapi aku tidak peduli, aku terus berlari dan berlari sambil menahan isak tangis. Tak lama Ku pelankan langkah kaki ku. Aku berjalan menuju taman sekolah, disana terlihat sepi, untunglah setidaknya tidak ada yang melihatku menangis seperti ini.
Ku dudukan tubuhku di kursi taman dan menenangkan diriku. Menghembuskan nafas, seterusnya dan duduk lebih lama lagi. Setelah lebih tenang aku memutuskan untuk balik ke kelas sambil menunggu teman-temanku di sana. Sebenarnya perutku masih lapar, tadi aku hanya makan sedikit, tetapi setelah melihat wajah dia nafsu makanku langsung hilang. Ku balikan tubuh ku dan melihat Karin, Meta dan Nisa berlari ke arah ku. Cepat-cepat ku usap air mataku.
"Bell lo kenapa tadi tiba-tiba lari" tanya Karin khawatir.
"Lo nggak papa kan?" sambung Nisa.
"Tenang aja aku nggak papa kok" aku yang mendengar mereka mengkhawatirkanku hanya tersenyum.
"Lo abis nangis ya? Mata lo merah" tanya Meta kepadaku, mungkin dia melihatku mengusap mataku tadi.
"Enggak kok tadi mataku kemasukan debu" jawabku
"Lo nggak usah boong, lo habis nangis tadi, iya kan?" tanya Meta tak percaya dengan yang ku ucapkan. Meta itu orang yang sangat peka terhadap semua situasi, kurasa.
"Walaulun kita baru tiga hari kenal lo, tapi kita tau kok lo lagi nggak baik-baik aja" sambung Nisa.
"Tenang yah, kita-kita bakal ngelindungi lo dari Kak Ardhan kok. Lo kan sahabat kita" ucap Meta menenangkanku.
"Ya nggak?" sambung Meta meminta pendapat Karin dan Nisa.
Karin dan Nisa menganggukan kepalanya tanda setuju. Kamu berempat pun berpelukan. Rasanya senang sekali mempunyai sahabat seperti mereka. Aku berdoa semoga kita berempat selalu bersama, tak terkecuali Kevin dan Raka.
"Eh eh, loh kita kok mirip tele tubies ya? Ya nggak?" ucap Meta melepaskan pelukan kami.
"Iya juga yah" jawab Nisa.
Kami yang menyadarinya pun langsung tertawa.
"Nah gitu dong, kan tambah cantik jadinya" ucap Meta ke padaku ketika melihatku tertawa lepas.
"Makasih ya, kalian udah nenangin aku" ucapku.
"Sama-sama, kita kan Best Friend Forever" balas Meta. Kami pun berpelukan lagi.
Setelah acara berpelukan tadi selesai, kami langsung pergi menuju kelas karena bell masuk sudah berbunyi. Kulihat Raka dan Kevin sudah berada di dalam kelas. Kami menghampiri mereka.
"Heh lo tadi pada kemana? Trus Bella tadi kenapa lari-lari?" tanya Raka penasaran setelah kami berempat mendudukan diri di kursi masing-masing.
"Lo nggak usah tau, ini urusan perempuan" balas Meta dengan sedikit marah. Dia terlihat seperti sangat tidak menyukai Raka.
"Udahlah Rak, nanti kucing garong nya ngamuk loh" ucap Kevin dengan mengejek Meta.
"Apa lo bilang Kev?" sambar Meta sambil melototkan matanya ke Kevin. Sedangkan Kevin hanya menggelengkan kepalanya berpura-pura tidak tahu.
Hahahaha.....
Tawa kami pun pecah seketika, semua murid di dalam kelas langsung mengalihkan pandangannya ke arah kami. Sepertinya hanya kami yang paling brisik di kelas ini.
Tak lama setelahnya seorang guru masuk ke kelas ini, dan memulai pelajaran. Aku memperhatikan penjelasan guru itu dan sesekali mencatat poin-poin yang menurutku penting.
Bell pulang berbunyi nyaring, seperti biasa para murid langsung berdesak-desakan keluar kelas. Aku dan Karin serta lainnya memilih menunggu sebentar di kelas. Setelah para murid keluar semua dan tersisa kami berenam, kami langsung melesat menuju parkiran.
Aku dan Karin berjalan paling belakang. Setelah sampai di area parkiran, Karin, Raka, dan Kevin mengambil motor mereka. Sedangkan Aku, Meta dan Nisa menunggu di bawah pohon rindang dengan duduk di bangku yang disediakan.
Raka sudah selesai mengambil motornya dan menghampiri kami. Meta langsung membonceng di belakang nya.
"Dahh guys, gue pulang duluan yah" pamit nya kepadaku dan Nisa.
Aku hanya mengangguk kan kepalaku. Setelah motor Raka melesat pergi kini giliran Kevin, Nisa langsung membonceng motor Kevin. Mereka katanya akan ke cafe dulu karena ada pertemuan Osis. Biasalah jika menjadi Ketua Osis dan Wakil, pasti akan selalu sibuk dengan segala kegiatan yang akan diadakan disekolah.
Kulihat Karin masih di pinggir motornya, sepertinya dia kesusahan mengeluarkan motornya karena masih banyak sekali motor disana, mungkin karena ini hari senin jadi banyak anak yang masih di sekolah untuk kegiatan ekstrakulikuler.
Aku yang melihatnya kesulitan berniat membantunya. Aku berdiri dari duduk ku, melangkahkan kaki ku mendekat ke Karin berada. Baru beberapa langkah netraku melihat seseorang yang amat sangat ku hindari sedang menatapku dari atas motor sportnya dengan senyum smirknya tentu saja.
Aku yang melihatnya mengurungkan niatku untuk mendekat ke Karin berada. Soalnya seseorang tadi itu berada tidak jauh dari Karin, hanya berjarak 5 motor. Jadi ku putuskan untuk menunggunya saja di sini.
Aku berdoa agar Karin cepat-cepat mengambil motornya. Ku pejamkan mataku sambil berdoa khusyuk. Entah doa itu terkabulkan atau tidak, semoga saja si terkabulkan.
Ku buka mataku dan ku lihat Karin sudah mengeluarkan motornya. Syukurlah doa ku terkabul. Dia menghampiriku dan aku langsung bangun dari duduk ku.
"Ayo!" ajak nya.
Aku menaiki motornya menyamping dan motor Karin mulai melaju melewati gerbang depan sekolah. Ku lirik seseorang tadi dan dia masih memperhatikanku, apakah matanya tidak lelah? Dia seperti seorang predator saja.
Sekarang aku sudah tenang, dia sudab menghilang dari penglihatan ku dan tidak ada yang menatap ku seperti seekor mangsa. Ku hirup nafasku dalam-dalam.
Semoga saja besok aku tidak bertemu dengannya lagi, jika aku bertemu dengannya lagi atau berpas-pasan aku akan menghindar saja. Aku takut kejadian malam itu akan terulang kembali. Sepertinya dia pindah ke sekolah ini karena mengincarku. Aku harus lebih berhati-hati mulai dari sekarang dan jangan pernah pergi sendirian. Aku takut kalau dia akan melakukan hal lebih parah lainnya. Aku pun bergidik ngeri.
"Ihh......."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stellard's Story
Teen FictionBella Ashilla, seorang gadis cantik yang harus terikat dengan dua orang anak laki-laki di SMA Dirgantara. Mereka terkenal badboy dan suka mencari masalah. Tidak ada yang bisa membuat mereka berdua menghentikan kenakalannya. Steven Allan Dirgantara...