Pelukan

67 5 0
                                    

"Kuharap ini adalah awal kisah kita berdua"

....

Pov Steven

Brraaakkkkkk

"Haaiiii...." sapaku.

Kulihat dia sedang diatas tubuh seorang perempuan, mungkin perempuan itu adalah gadis taruhan itu. Mendengar suaraku, Ardhan langsung mengalihkan pandangannya ke arahku dan bangkit. Dia tersenyum mengejek kapadaku dan aku muak melihat wajah pongahnya itu. Aku mendekatinya dan...

Bugh bugh bugh

"Aakkkkhhh..." jeritnya kesakitan karena aku memukulmya dengan sekuat tenaga. Huh lemah. Dia bangun dan memukulku balik.

"Hehh..." ejekku. Kurasakan lidahku mencecap rasa besi yang kuyakini itu adalah darah.

"Lo udah kalah dari gue malam ini, jadi akui aja itu. Lagi pula saksinya juga banyak kan?" ucapnya sambil tersenyum bangga.

"Gue tahu lo main curang, lo sabotase motor gue kan? Ngaku lo!" balas ku.

Aku tidak mungkin percaya dia akan menang, kecuali dengan cara licik seperti ini.

"Hehh, kalau iya emangnya kenapa?" jawabnya.

"Pengecut lo. Bisanya cuma main cara licik" ejek ku kepadanya.

"Terserah gue, mending lo berdua keluar sekarang. Lo berdua ganggu kesenagan gue tau!" ujar nya kepada kami berdua.

Aku menolehkan pandanganku kesamping dan kulihat gadis itu sangat berantakan, terlihat dari rambutnya yang awut-awutan. Kemudian aku mengalihkan pandanganku ke Ardhan.

"Lepasin cewek itu!" perintahku dengan menunjuk gadis tadi.

"Nggak! Dia milik gue sekarang" tolaknya dan seenak jidat mengklaim anak orang.

"Brengsek lo Ar. Cewek itu nggak ada hubungannya sama masalah kita, jadi lepasin dia!" jawabku marah.

Bagaimana aku tidak marah, dia tiba-tiba memasukan seseorang untuk terlibat dalam masalah kami, apalagi dia seorang perempuan yang tidak tahu apa-apa tentang masalah kami berdua.

"Nggak akan. Selama ada orang yang ada di sekitar lo dan teman-teman lo, dia termasuk musuh gue juga. Kecuali cewek itu, gue menginginkannya" ucapnya.

Walaupun dia tidak menganggap cewek tadi musuhnya, tapi kan dia ada dicengkraman Ardhan, lebih baik menjadi musuhnya saja kan, setidaknya ada yang melindungi dia dari si bajingan Ardhan ini.
Aku yang tidak terima langsung memukulnya lagi.

Bugh bugh bugh

"Stop Stev, stop, udah entar dia mati lo gebukin lagi" ucap Axel yang dari tadi diam saja menyimak percekcokan kami. Dia menahan tanganku yang akan melayangkan pukulan lagi ke Ardhan.

Kulihat Ardhan sudah babak belur, wajahnya bahkan sudah tidak bisa di kenali, banyak luka lebam disekitar wajahnya. Aku cukup puas melihatnya terkapar di lantai. Tapi tunggu, apakah aku semarah itu sampai memukulnya seperti ini? Entahlah.

"Gue nggak peduli, biar dia mati aja" jawabku.

"Udahlah, lo nggak liat dia ketakutan ngeliat lo" ucap Axel sambil menunjuk ke arah ranjang.

Aku melihat gadis tadi, dia menelungkupkan wajahnya dan gemetaran menahan tangis. Aku yang melihatnya begitu merasa bersalah, seharusnya gadis itu tidak mengalami kejadian seperti ini. Mungkin aku akan meminta maaf. Tapi bagaimana seorang Steven Allan Dirgantara meminta maaf? Bahkan ini mungkin pertama kalinya bagiku

"Lo tahan dia!" ucapku dan kuhampiri gadis itu

"Bangun!" perintahku.

Namun dia masih menelungkupkan wajahnya dan tidak mau bergerak, sepertinya dia takut atas kejadian yang di alaminya malam ini. Aku yang melihatnya seperti itu, kuputuskan untuk menggendongnya ala bridal style.

Stellard's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang