Bertemu keluarga Lama

1K 104 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading

Kini Rora dan Gavin berdiri di depan pintu keluarga Carlos.

"Bang, momy sama daddy percaya gak ya?" Tanya Rora sambil bolak balik di depan pintu.

"Mereka pasti percaya dek, nanti biar abang yang bantu jelasin ya" ucap Gavin sambil mengusap kepala Rora agar sang adik tak cemas.

"Masuk yuk!"

Rora menarik nafas panjang, lalu mengangguk pelan dan mulai melangkah masuk, di setiap langkahnya tersirat sebuah keraguan akan tujuan melangkah.

"Rileks dek jangan tegang" bisik Gavin

Rora meghentikan langkah nya, guna mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua nya akan baik-baik saja, setelah tenang dan rileks dia kembali melangkah.

"Assalamualaikum" ucap mereka serentak.

"Waalaikumsalam" sahut sesorang dari dapur.

Hati Rora berdetak kencang mendengar suara wanita yang dia rindukan, hingga dia melihat momy nya ke luar dari dapat dan menghampiri mereka, mata nya mulai berkaca-kaca

"Eh ada tamu kok gak di ajak duduk bang" ucap Kalila ramah.

"Dady mana mom?"

"Dady lagi di ruangan kerja nya bang, emangnya kenapa?" Tanya Kalila penasaran.

"Bisa mom panggilin dady, ada hal penting yang ingin kami sampaikan, kami tunggu di ruang keluarga aja" pinta Gavin dengan wajah serius, melihat wajah serius sang putra tanpa babibu, Kalila bergegas memanggil suaminya.

"Ayo dek!" Ajak Gavin sambil menarik tangan Rora pelan, namun Rora enggan untuk beranjak dari tempatnya berdiri.

Hiks... Hiks

Mendengar suara tangis itu Gavin mengangkat dagu Rora pelan, menatap sang adik yang sedang menangis.

"Kita ke ruang keluarga ya"  ajak Gavin pembut, membuat Rora mengangguk pelan.

Rora berjalan dengan wajah tertunduk, air mata mengalir deras dari matanya. Gavin mendudukan Rora pelan lalu berjongkok di depan Rora.

"Jangan nangis dek, abang pastiin mereka pasti bakal percaya kalau kamu adalah putri mereka, jadi jangan sedih ya" ucap nya sambil menghapus air mata Rora pelan

"Tapi adek takut bang, bagaimana kalau mereka gak percaya" cicit Rora pelan.

"Hei dengerin abang, ikatan batinseorang anak dan orang tua itu erat, meski berbeda raga mereka pasti akan merasakan ikatan batin tersebut" ujar Gavin sambil menggemggam tangan Rora.

Sedangkan Dito yang baru datang dengan Kalila, langsung bergegas menghampiri Gavin.

Bugh

Bugh

"ABANG!" Teriak Kalila dan Rora histeris saat melihat Gavin yang di pukuli oleh dady nya

"Sejak kapan dady ajarin kamu nyakitin dan buat seorang perempuan menangis? Jawab sejak kapan dady ngajarin kamu jadi seorang bajingan ah? JAWAB!" Teriak Dito marah, dia tak suka melihat seorang perempuan menangis di depannya.

"Mas, kamu apa-apaan sih? Dengerin dulu penjelasannya, bukan malah memukuli Gavin dulu, selesaiin dengan kepala dingin" ucap Kalila sambil mengelus lengan sang suami agar tenang, sebenarnya dia juga kaget saat melihat putranya membuat seorang anak gadis menangis, pemikirannya sudah berfikir yang tidak-tidak.

Dito mendekat kearah Rora, menghapus air mata itu pelan, melihat tatapan rapuh itu membuat dada nya sesak. Sama seperti dia melihat tatapan rapuh sang putrinya yang sudah pergi.

Pindah Raga (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang