Berhari hari setelah perbincangan Hoseok bersama Taehyung, tibalah mereka di hari ini. Hari yang mulai larut, dimana mereka harus menyudahi masa liburan juga wisata bersama para pegawai kantor ibunda Taehyung.
Semua orang telah bersiap turun, setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang hingga akhirnya sampai di kota Seoul dengan selamat.
Sampai saat ini Taehyung belum menegur Hoseok, bukan! Bukan karena Taehyung marah atau tidak terima dengan teguran sahabatnya. Hanya saja, dia merasa ini tidak akan selesai meskipun mereka harus berdebat kembali.
Berada pada tiap-tiap mobilnya, kini mereka bersiap untuk kembali menuju rumah masing masing. Berbeda dengan Hoseok yang sudah kembali lebih dulu, Jimin memilih kembali bersama Taehyung.
Sepanjang perjalanan, sahabat nya ini terlihat lebih murung. Taehyung seperti bukan orang yang lagi Jimin kenal, banyak hal yang mungkin kini tengah dia pikirkan. Hendak menanyakan perasaan sahabat nya, namun urung Jimin lakukan. Takut, Jimin takut kian memperburuk suasana hati Taehyung.
"Jim"
"Ya?"
"Apa aku salah terhadap Hoseok Hyung?"
"Soal?"
"Mendiaminya."
Jimin masih sibuk mengendarai mobil sedan hitam itu, dengan tatapan yang sesekali melirik ke arah Taehyung. Sahabat nya ini ada dalam kebingungan? Atau mungkin, Taehyung saat ini sedang merasa gelisah?
"Alasan kau mendiami nya apa?"
"Aku hanya tidak ingin berdebat lagi."
"Apa sudah sangat yakin?"
"Apa?"
"Soal perasaan mu sendiri pada Jungkook?"
"Aku tidak tahu."
"Kenapa? Bukan kah kau mengatakannya dengan lantang pada Hoseok Hyung beberapa hari yang lalu?"
"Apa benar yang aku rasakan adalah cinta?"
"Coba tanyakan lagi pada dirimu. Apa yang kau harapkan darinya Taehyung? Menikah dan hidup bahagia selamanya, atau menjalin kisah cinta diam diam seumur hidup mu?"
"Aku tidak tahu."
"Kalau begitu, tanyakan pada Jungkook jawaban nya!"
Jimin mengehentikan laju mobil itu, tepat di depan sebuah rumah mewah yang di yakini milik sahabatnya. Taehyung, laki laki itu masih saja tertunduk bingung dengan semua yang masih dia pikirkan.
Grep!
Jimin memeluk tubuh Taehyung, begitu lembut dan mengusap bahu sempit sahabat nya itu. Bingung, Jimin tentu paham mungkin saja Taehyung berada di posisi yang teramat sulit saat ini.
"Pikir kan dengan kepala yang dingin, cobalah bicarakan ini dengan Jungkook sebelum semakin jauh kau melukai mama mu."
Pesan Jimin, sebelum akhirnya laki laki itu keluar dari mobilnya. Saat begini, Taehyung tentu tidak bisa melakukan banyak hal seorang diri. Dia butuh Jimin, setidaknya sebagai sahabat yang bisa menerima keluh kesahnya.
"Terimakasih."
Taehyung membungkukkan badan, saat mobil Jimin melaju meninggalkan keberadaan nya. Menghilang di ujung jalan, Taehyung memasuki rumah mewah itu dengan perasaan yang begitu rapuh.
Di sambut penjaga keamanan, yang membukakan pintu gerbang untuk nya. Taehyung berjalan masuk, lumayan jauh sampai akhirnya dia di sambut oleh bibi Lim yang sudah menunggu tepat di depan pintu.
"Kemana saja? Tuan dan nyonya sudah sampai lebih dulu."
"Aku ada urusan sebentar, berbincang dengan Jimin bi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy
FanficHingga akhirnya, kehidupan Taehyung mulai terganggu setelah sang ibu memilih untuk menikahi seorang laki laki yang dua tahun lebih muda darinya. ya, laki laki itu tidak lain adalah adik tingkat Taehyung semasa dia berkuliah dulu. "Papa tiri ku?"