2 ( lelaki itu ...)

1.6K 92 2
                                    

Jangan lupa vote!

                               *****

Lea berjalan dengan sempoyongan ke arah gerbang sekolah yang sudah tertutup dengan adanya beberapa murid yang berdiri di sana karena memiliki nasib yang sama dengannya, yaitu terlambat.

Saat Lea sudah sampai di sana, nampak murid-murid yang terlambat itu langsung diam dan menatap ke arah lain, seolah mereka sama sekali tidak menyadari keberadaannya.

"Non Lea?" tanya Satpam yang kini menjaga pintu gerbang, ia hanya bersuara dengan kepala yang menunduk.

"I—iya Pak," jawab Lea di ikuti oleh anggukan kecil pada kepalanya. Namun, kejadian selanjutnya membuat Lea tercengang.

Terlihat Satpam tersebut membuka gerbang dan mempersilahkan Lea masuk, ini sungguh membingungkan, sudah lebih dari setahun ia bersekolah di sini dan baru kali ini kejadian yang membingungkan ini terjadi.

Lea melangkahkan kakinya memasuki Gerbang sekolah dan saat ia sudah benar-benar masuk, pintu Gerbang itu kembali di tutup, ia dapat mendengar suara murid yang memohon untuk di bukakan pintu gerbang itu dan Pak Satpam yang langsung mengoceh, semuanya kembali normal saat ia masuk.

Tiba-tiba seorang lelaki yang begitu Lea kenali datang menghampirinya dengan sebuah buku dan pulpen, Lea tau mungkin dia akan mencatat nama-nama murid yang terlambat hari ini.

"Sepuluh menit lagi, Guru bakalan masuk." sebenarnya, ia ingin sekali menanyakan perihal bagimana gadis itu bisa masuk? Sedangkan beberapa murid yang terlambat masih di depan gerbang. Ada kejadian apa yang baru sajah ia lewati?

"Maaf, ya. Tadi ada insiden kecil." ucap Lea menundukan kepalanya dengan tangan yang meremas jari-jari nya.

Farel menepuk kepala Lea dua kali membuat gadis itu mendongak dan menatap heran ke arah lelaki yang masih meletakan tangannya di atas kepala Lea itu.

"Udah, nggak papa, masuk gih! Sebelum guru masuk, kamu emangnya mau di hukum?" tanya Farel. Gadis itu hanya menggeleng sebagai jawaban "Yaudah, kalau nggak mau di hukum, masuk!"

"I—iya, Kak," Lea langsung berjalan dengan bertatih-tatih.

Farel yang baru sadar dengan keadaan gadis itu, rasanya ingin sekali menanyakan keadaannya. Tapi, ia juga mempunyai tugas penting yang tidak bisa ia tunda.

Di sisi lain tepatnya di atas balkon, seorang lelaki mengepalkan tangannya saat melihat interaksi antara dua orang manusia itu.

"Argh! Berani sekali tangan kotornya itu menyentuh gadisku! Lihat sajah, akan ku buat tangan pemberanimu itu bersimbah darah!" ucap lelaki tersebut dengan senyum semiriknya.

                                    ***

Jam pelajaran kini sudah berakhir saat bel berbunyi membuat beberapa murid yang ada di kelas Lea bersorak gembira. 

"Le! Ayok dong, lama banget sih lo!" ucap Seorang gadis yang berdiri tepat di sebelah Lea.

"Sabar dong Febiola! Aku lagi masukin buku dulu ke dalam tas," ucap Lea segera memasukan buku dan pulpennya ke dalam tas saat mendengar gerutuan sahabatnya itu.

"Ih, lama banget sih lo!" ucap gadis yang di panggil Febiola itu, ia dengan terburu-buru menarik tangan Lea karena jujur ia sudah sangat kelaparan!

"Eh!"

Akhirnya, Lea pasrah! Mengikuti setiap langkah sahabatnya yang entah akan pergi kemana. Dan sekarang mereka tiba di kantin. Febiola terus menarik tangan Lea hingga kini mereka terduduk di sebuah meja kosong.

Kedua gadis itu kini menikmati makanan mereka dengan nikmat, sampai akhirnya di saat Lea ingin meminum jusnya, matanya seketika terbelalak kaget saat melihat seorang lelaki yang begitu ia kenali. Apalagi dengan seringai di bibirnya seketika membuat Lea panik.

Byur!

Air yang ada di mulut Lea menyembur keluar membuat antensi beberapa murid teralihkan. Lea yang merasa malu langsung sajah berlari menuju toilet.

Sedangkan seorang lelaki yang melihat kejadian itu hanya terkekeh sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Lea masuk ke dalam kawasan toilet siswi, ia segera masuk di salah satu bilik dan langsung menutupnya dengan nafas terengah-engah.

"Dia ... kok dia bisa di sini?" tanya Lea entah pada siapa. Entah kenapa hatinya sakit saat mengingat lelaki yang tidak ia kenali itu mencium bibirnya, rasanya ia ingin sekali menangis "Ayah hiks hiks," Lea sungguh ketakutan, ia tak tau harus berbuat apa saat ini. Perlahan tubuh merosot ke bawah dan bersandar di dinding dengan kaki yang di tekuk.

Ting!

Lea mengerutkan keningnya saat benda pipihnya berbunyi menandakan kalau ada seseorang yang menelfon. Tapi, ini adalah nomor tak kenal. Dengan ragu Lea memencet tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu di telinganya.

"Aku ada di dekatmu, Beby! Selalu memperhatikanmu, dan selalu berada di sisimu, aku selalu ada di manapun kau berada untuk ... mengawasimu."

Tubuh Lea menegang mendengar ucapan seorang di sebrang sana, air matanya luruh, ia begitu ketakutan.

"JANGAN GANGGU AKU!" teriak Lea lalu mematikan sambungan telefon tersebut, gadis itu memeluk lututnya erat, menangis menjadi-jadinya.

Tut!

"Ayah hiks hiks, Lea takut," ucap lirih Lea lalu perlahan ia menutup matanya dan masuk ke alam mimpinya, mungkin karena kelelahan akibat terus menangis gadis itu sampai tertidur.

Klek!

Bilik toilet yang terdapat Lea itu terbuka hingga memperlihatkan seorang lelaki, dia .... Kenandra Denandra Alderick.

Kenan terkekeh saat mengingat tingkah gadis yang sudah ia klaim menjadi miliknya ini, terlihat sangat lucu sekali. Lelaki itu berjongkok tepat di depan Lea yang sedang tertidur. Tangannya terangkat untuk membelai setiap sisi wajah Lea. Kulit yang lembut, bibir yang berwarna pink alami, dan jangan lupakan hidung gadis itu yang memerah akibat menangis. Benar-benar menggemaskan!

"Hhhhh, kenapa rasanya sangat menyenangkan, Beby? Kau lucu sekali, rasanya aku ingin cepat-cepat membawamu dan mengurungku di kamarku." ucap Kenan tertawa pelan, tangannya masih terus menari-nari di wajah Lea.

Cup!

"Kau hanya miliku selamanya, tanamkan itu di dalam otak kecilmu itu, Beby!" bisik Kenan di telinga Lea setelah puas mencium pipi gembul gadisnya itu.

                                      ***

Kewajiban anda sebagai pembaca! Jangan pernah lupa untuk memberi dukungan kepada author, entah itu Vote ataupun komen kalian. Itu udah menyumbang 70% untuk kemajuan cerita ini. Satu notif aja dari kalian aku udah seneng.





Living For Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang