13. ( Hukuman )

948 47 11
                                    

Happy Reading

                                  •••••
Kenan melangkah perlahan memasuki kamarnya, tangan lelaki itu memegang ganggang pintu berniat untuk membuka pintu itu. Tapi, suara tangisan yang ada di dalam sana membuat Kenan menyunggingkan senyumnya.

Aneh memang!

Itu bukan senyum sembarangan, melainkan senyum kebahagiaan saat mendengar suara tangisan kekasih tercintanya di dalam sana. Entah kenapa hal itu membuat hatinya senang.

"Hai, Babyyy?!" Lelaki itu masuk ke dalam kamarnya dengan senyum yang tak pernah luntur membuat Lea yang terbaring lemah di kasur menoleh ke arah suara.

Seketika tangis gadis itu semakin pecah, beberapa kali Lea mencoba bangkit dari kasurnya namun kembali jatuh saat melihat Kenan yang berjalan ke arah dirinya.

Dirinya sungguh takut! lelaki itu terlihat sangat menyeramkan saat ini, entahlah. Tapi, senyuman itu menandakan sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Tolong! Jangan sakiti aku lagi hiks hiks, aku mohon!" ucap Lea dengan mata membengkak akibat menangis.

"Sayang, aku sebenarnya tak tega melakukan ini. Tapi, dirimu yang selalu ingin bermain-main denganku!" ucap Kenan seraya menghapus air mata gadisnya. Ia tak bohong hatinya sakit saat melihat tubuh gadisnya yang di lilit perban itu. Namun, egonya berhasil mengalahkan hatinya.

"Maaf! Maafkan aku! Aku berjanji tidak akan melakukan hal ini lagi."

Kenan mendekatkan wajahnya ke wajah Lea, mengecup sebentar bibir ranun yang semakin memerah akibat menangis itu lalu mengelus kepala gadis itu dengan sayang membuat sang empuh tertegun.

Hal itu sukses membuat Lea merasa lega, sepertinya ia telah berhasil membuat Kenan luluh.

"Maaf sayang. Tapi, kau harus tau batas kesabaran kekasihmu ini tidak sebanyak itu." ucap Kenan seraya tersenyum menyeringai.

Bagaikan di sambar petir di siang bolong. Senyum Lea perlahan memudar saat mendengar ucapan Kenan. Lelaki itu perlahan menjauh darinya menuju sebuah lemari, lelaki itu mengambil suntik yang sudah di isi cairan bening dan juga sebuah pisau.

"Ini mungkin akan terasa sakit di awal sajah, jadi tenang ya." seperti membawa kapas dengan entengnya Kenan mengatakan hal itu. Perlahan tubuhnya mulai mendekati Lea.

"Engga jangan! Hiks hiks, aku mohon jangan!"

Lea berusaha bangkit dari atas ranjang lalu jatuh ke lantai, gadis itu sudah tidak memperdulikan rasa nyeri di seluruh tubuhnya. Ia berusaha membawa tubuhnya untuk menjauh dari Kenan dengan cara menyeret tubuhnya dengan kedua tangannya, ia tak mampu untuk berdiri karena kedua kakinya sangat lemas dan tidak bisa menahan bobot tubuhnya.

Tawa Kenan menggelegar saat melihat gadisnya itu masih sajah berusaha menjauh darinya. Menggemaskan sekali.

"Kakimu tidak bisa berjalan lalu kau menggunakan tanganmu? Gadisku pintar sekali. Tapi, apa kau tahu? Kau adalah manusia bodoh yang selalu mencoba kabur dariku padahal itu adalah suatu hal yang mustahil!"

Lea yang mendengar hal itu mengepalkan tangannya, air matanya mengalir semakin deras, sungguh ia lelah sekali saat ini. Ia hanya tak ingin menerima takdirnya yang seperti ini lalu mencoba menolaknya, apakah itu terdengar seperti lelucon?

Kenan menjambak rambut Lea hingga membuat gadis itu bangun dengan posisi duduk di hadapan Kenan. Lea bisa melihat dengan jelas raut mengejek Kenan yang lelaki itu berikan padanya.

Plak!

Satu tamparan keras itu berhasil membuat sudut bibir Lea berdarah, Kenan mencengkram kasar dagu Lea membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Ssshhh! Sa—kit hiks hiks."

"Kau berani membuat kesalahan, seharusnya kau juga berani menerima resikonya!"

Kenan memeluk tubuh Lea dengan erat lalu mulai mengeluarkan pisaunya, lelaki itu dengan entengnya mulai mengukir di punggung Lea.

Lea yang merasakan perih pada punggungnya memeluk tubuh Kenan erat berniat untuk menyalurkan rasa sakitnya. Gadis itu sekuat tenaga mulai berbicara.

"Kalau kau ingin membunuhku hah ... tolong jangan siksa aku, rasanya sakit hiks hiks." ucap Lea dengan nada yang sangat pelan.

Kenan tak mengindahkan ucapan Lea, lelaki itu masih tetap sibuk dengan aktivitas nya.

"Aku Benci—"

"DIAMMMM!"

Sudah cukup! Kenan sudah muak mendengar ucapan Lea. Lelaki itu langsung menghempaskan tubuh gadis itu membuat tubuh Lea menabrak dinding.

Tubuh Lea yang lemas hanya menatap kosong ke arah depan dengan air mata yang selalu meluruh. Keadaan gadis itu saat ini benar-benar memperhatikan. Baju yang di penuhi darah, tubuh yang tertutupi perban, wajah yang berantakan, dan tatapan kosong. Mirip seperti orang yang sudah tak bernyawa!

Kenan kemudian mencekik leher gadis itu, mata Kenan menggelap lelaki itu sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi.

Lea tersenyum di sela-sela nafasnya, Kenan tertegun saat melihat senyuman itu, dengan perlahan lelaki itu mulai mengendorkan cekikkannya membuat Lea meraup habis oksigen.

Kenan memeluk erat tubuh Lea, merengkuh tubuh kaku gadis itu dengan lembut. Sangat lembut sehingga Lea bisa merasakan kehangatan dari tubuh Kenan.

"Aku mencintaimu ... " dua kata itu terdengar begitu sajah di telinga Lea.

Mata Lea melebar saat merasakan sesuatu kembali menembus kulitnya, perlahan mata gadis itu mulai tertutup bersamaan dengan kesadarannya yang mulai menghilang.

•••

Seperti Janji aku ya, kalau masih ada yang nungguin cerita ini up aku bakalan up, maaf ya baru bisa sekarang nepatinnya soalnya aku sibuk sama urusan sekolah.

Jangan lupa vote sama komennya oke! Biar aku tambah semangat.

Living For Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang