15. ( Membunuh? )

680 30 24
                                    

Kenan terbangun dari tidurnya, lelaki itu tersenyum lembut saat melihat wajah pulas Lea yang tertidur. Senyum Kenan terlihat begitu tulus, lelaki itu membelai wajah gadis itu dengan hati-hati seolah tak ingin menyakitinya lagi. Cantik

Kenan menatap sendu ke arah Lea, lelaki itu entah kenapa sangat menyayangi gadis ini.

"Maafkan aku ... aku mencintaimu, tidak peduli dengan kebencian dan dendam ayahku. Aku akan menjagamu, tidak akan aku biarkan satu orangpun menyakitimu." lirih Kenan dengan perasaan yang tulus. Tatapan lelaki itu sangat penuh dengan cinta dan kelembutan.

"Kecuali diriku, hanya aku yang bisa dan pantas menyakitimu, kau adalah miliku!" sambung Kenan dengan senyum miringnya.

Terlihat seperti dua orang yang memiliki kepribadian yang berbeda yang satu tulus dan penuh dengan kelembutan sedangkan yang satu lagi kasar dan penuh dengan kekerasan.

Lea menggeliat saat merasakan ada seseorang di sampingnya, gadis itu mengerjapkan matanya lalu menoleh ke samping, seketika matanya terpaku dengan mata Kenan yang juga tengah menatapnya.

"Tolong jangan sakiti aku lagi, rasanya sakit hiks hiks." Lea kembali menangis, gadis itu menatap permohonan ke arah Kenan.

"Syuttt! Aku tidak akan menyakitimu kalau kau tidak memancing amarahku. Jika kau menjadi gadis penurut, keadaanmu tidak akan terlihat memperihatinkan seperti ini." ucap Kenan dengan wajah datarnya.

"Apa aku nggak berhak milih jalan hidup sendiri? Aku juga pengen bebas hiks hiks," ucap Lea dengan sedikit keberanian, ia sudah muak menghadapi takdir ini! "Seharusnya kalau kamu cinta sama aku, kamu nggak akan nyakitin aku!"

"Ini cinta! Setiap manusia mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mencintai seseorang dan ini adalah caraku untuk mencintaimu!" ucap Kenan mencoba meredam emosinya saat mendengar ucapan Lea.

"INI NAMANYA OBSESI! BUKAN CINTA!" teriak Lea tepat di depan wajah Kenan membuat lelaki itu bangun dan menatap tajam Lea.

"Aku membuat seluruh tubuhmu lumpuh dan itu masih belum cukup untuk membungkam mulutmu, hah? Berhentilah melawanku Lea! Kau adalah miliku! Cukup katakan iya pada setiap perintahku dan kau akan hidup layaknya ratu!" ucap Kenan dengan rahang yang mulai mengeras ia tak ingin membuat luka baru di tubuh Lea sebelum semua lukanya sembuh! 

Tubuh gadis itu bisa kapan sajah hancur jika terus ia siksa.

"Tapi aku nggak mau jadi ratu di rumah ini! Aku cuma pengen pulang!" ucap Lea dengan air mata yang kian deras.

"Pulang? Berapa kali harus ku katakan bahwa inilah rumahmu—"

"OMONG KOSONG! TEMPAT INI NERAKA! Aku pengen sama Kakek dan Papah! Bukan di sini!" ucap Lea dengan setengah berteriak.

Kenan melampiaskan amarahnya dengan cara memukul dinding yang ada di belakangnya, kepalan tangan lelaki itu sudah memar dan mengeluarkan darah namun tak membuat Kanan menghentikan aksinya.

"Sebagai hukumanmu, kau tidak akan mendapat makanan malam ini sampai besok!" ucap Kenan hendak berjalan keluar. Tapi, terhenti saat mendengar ucapan Lea.

"Kenapa nggak sekalian sampai seterusnya? Aku lebih baik mati kelaparan dari pada hidup terkurung di sini!" entah datang dari mana datangnya  perkataan Lea itu. Tapi, jujur gadis itu sudah muak!

Kenan tak mengindahkan ucapan Lea, lelaki itu segera berjalan keluar sebelum emosinya benar-benar hangus terbakar. Kenan butuh pelampiasan!

****

Kenan mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, lelaki itu tersenyum saat melihat seorang gadis berpakaian sekolah dengan mendorong sepedanya.

Dengan menggunakan hudi hitan serta masker, Kenan keluar dari mobil saat posisinya sudah sejajar dengan gadis itu.

"S—siapa, kamu?! Jangan mendekat!" teriak gadis itu panik saat lelaki misterius di hadapannya itu semakin mendekat.

"Kau baru sajah mengajak malaikat mautmu berbicara? Lucu sekali. Ikutlah denganku!" ucap Kenan dengan suara yang terdengar mengerikan.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, ia berusaha untuk lari. Tapi, lelaki misterius itu sudah lebih dulu mencekal tangannya.

Krek!

"Arghhhh!"

Dengan mudahnya Kenan mematahkan tangan kanan gadis itu lalu semakin melipat tangan kanannya ke belakang tubuh gadis itu. Dengan segera Kenan mengeluarkan sapu tangan yang sebelumnya sudah di letak kan obat bius.

Kenan menjatuhkan tubuh gadis itu di tanah lalu menjambak rambutnya. Oh, ayolah! Kenan tidak akan sudi menggendong mangsanya! Ia lebih memilih menyeret tubuh gadis itu hingga sampai di mobil.

***

"Arghhhh hiks hiks! Sakittt. Tolonggg tolong lepasin aku hiks hiks."

Kenan yang tengah menikmati sebatang rokok dan duduk santai di sofa segera menoleh saat mendengar jeritan mangsanya.

"Siapapun tolong aku hiks hiks." gadis itu sangat kaget saat terbangun kini ia sudah terbaring di atas meja dengan keadaan kaki dan tangan yang terikat kuat, bahkan sudah mengeluarkan darah. Gadis itu bahkan semakin menangis saat menyadari kalau tubuhnya saat ini sudah polos tanpa tertutupi kain sedikitpun.

Kenan mengeluarkan asap dari mulutnya lalu membuang rokok itu ke sembarang arah.

Kenan mendekati gadis itu yang tengah menangis, lelaki itu membelai lengan gadis itu dengan tatapan datar membuat gadis itu bergidik ngeri.

Kenan mendekati sebuah meja yang sudah terdapat berbagai jenis pisau, lelaki itu mengambil pisau yang lumayan kecil dan pipih lalu mengarahkannya ke telinga gadis itu.

"Nggak! Kamu mau ngapain! Jangan hiks hiks."

Srekkk

Dengan sangat pelan dan lamban Kenan mulai mengiris telinga gadis itu, jeritan tangis kesakitan menggema di ruangan itu yang membuat kesenangan tersendiri bagi Kenan.

Darah mengalir begitu sajah dari telinga gadis itu yang sekarang sudah tidak berada di tempat yang seharusnya.

Kenan beralih mengambil sebuah alat pemotong besi lalu di arahkan ke kepala gadis itu. Jeritan itu kembali menggema di iringi dengan nafas gadis itu yang mulai melamban.

****

Jangan lupa votenya ya readers tersayang ku, jangan khawatir, walaupun jarang up tapi cerita ini bakalan aku selesain kok. Aku sibuk sama sekolah aku soalnya. Jadi di maklumin ya ;)

Living For Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang