20. (Lumpuh)

618 25 6
                                    

Perlahan mata gadis itu yang tertutup itu mulai terbuka, beberapa kali ia mengerjapkan matanya guna memperjelas penglihatannya yang mengabur. Ruangan ini, ia mengenal ruangan ini, ini adalah kamar Kenan yang ia tempati dulu bersama lelaki itu. Jadi semua ini bukan mimpi? Kenan berhasil membawanya kembali ke sini?

Pasrah akan kenyataan itu, Lea kembali di kejutkan dengan tubuhnya yang mati rasa, sekatika mata gadis itu membulat sempurna. Ada apa dengan tubuhnya? Bahkan untuk sekedar bersuara sajah ia tak mampu membuka mulutnya. Apa yang terjadi? 

Anggota tubuh satu-satunya yang bisa ia kendalikan hanya bola matanya. Gadis itu benar-benar menangis tanpa suara. Sungguh, ia sangat bingung dengan tubuhnya yang seperti ini. 

"Ayah hiks hiks, aku ingin pulang Yah." 

"Bunda!! Ayah nggak mau jemput Lea Bunda hiks hiks, kenapa nggak Bunda aja yang jemput Lea hiks hiks." 

"Aku benci hidup kayak gini!! Aku pengen mati aja!! Bunda tolong jemput Lea hiks hiks, Lea udah nggak kuat Bunda."

Lea terus menjerit di dalam hatinya, sungguh ia sudah tak sanggup terus berada dalam kekangan ini, ia ingin mati!

Klek

Seketika bola mata gadis itu melirik ke arah pintu yang terbuka, dapat ia lihat wajah tampan Kenan saat ini tersenyum bahagia seraya menatapnya. Sepertinya lelaki itu benar-benar bahagia di atas penderitaannya. 

Kenan duduk di samping gadis itu, tangannya terangkat untuk membelai wajah pucat gadisnya. 

Tes! 

Bulir air mata jatuh dari kelopak mata Lea seperti tengah memberi isyarat bahwa dirinya benar-benar menderita. 

"Cup! Cup! Sayang, jangan menangis." raut wajah Kenan yang sumringah langsung berubah sok sedih kemudian tertawa lepas. Seperti berniat untuk mengejek gadis itu. 

"Kau kaget dengan keadaan tubuhmmu? Kau seperti tidak memiliki hak atas tubuhmu kan. Ya, karena sekarang aku mencabut hakmu! Hidupmu sekarang adalah milikku, seutuhnya! Hahahah!" 

Lelaki gila! Itulah satu satunya kalimat yang sangat cocok untuk mendefinisikan seorang Kenan! 

Mata Lea semakin memerah, tanda bahwa amarah gadis itu benar-benar sudah sampai pada batasnya. Ingin sekali rasanya ia memaki Kenan dan membunuh lelaki itu dengan belati karena selalu berbuat semaunya.

"Jangan tunjukan tatapan bencimu itu padaku sayang atau anggota tubuhmu satu satunya itu akan ku buat tak berdaya juga! Jadi, nikmati hukumanmu, sayang!" 

Cup! 

Kenan mencium kedua mata gadis itu lalu menyatukan kening mereka. "Aku sangat bahagia bisa hidup bersamamu, Sayang." 

"Dan aku tidak!" 

"Aku mencintaimu." 

"Aku tidak!" 

"Aku ingin kita tetap bersama." 

"AKU TIDAK!!" 

Semua kata-kata manis yang Kenan ucapkan itu bagaikan satu butir gula yang di tambahkan ke dalam kuah panas berisi cabai! Tidak akan merubah apapun! Cabai tetaplah cabai! Akan tetap terasa pedas dan membakar!

"Tidurlah! Aku ingin pergi sebentar, jika kau merindukanku kau bisa meneleponku. Ah, aku hampir sajah lupa kau kan LUMPUH sekarang!" sengaja! Kenan sengaja mengatakan hal itu lalu kembali tertawa. 

Ingin sekali Lea meludahi wajah lelaki bajingan, kaparat, dan iblis itu! 

"Tatapanmu seperti ingin membunuhku." ucap Kenan dengan sinis. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Living For Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang