Bab 1 : Asumsi yang salah
"Kenapa dulu aku memilih menikahi gadis brengsek sepertimu?" Ucap Ayah geram.
"Kalau begitu ceraikan saja aku Mas...!!!" Bentak Ibuku, membalasnya dengan tangisannya.
"Plaaaaakkk...!!!"
Tiba-tiba tamparan keras Ayah daratkan, tepat dipipi sebelah kanan Ibu. Tak sedikitpun menghiraukan keadaan Ibu, Ayah kembali membentak Ibuku. Justru kali ini bentakan Ayah semakin keras disertai tatap kedua matanya melotot tajam, seperti bola matanya itu hendak mau keluar dari kelopak matanya.
"Diaaaaamm kamuu...!!! "
"Aku bilang diaaamm...!!!""Berhenti...!!!"
"Sudah cukup...!!!"
"Ayah Ibu sudah cukup...!!!"
"Tolonglah hentikan semua ini...!!!"Rangkaian permohonanku terlontarkan dengan airmata yang terus membasahi kedua pipi, namun mereka tetap saja bertengkar, tak bergeming sedikitpun untuk sejenak berhenti. Bahkan disaat aku sudah sangat memohon sekalipun, namun suaraku tetap tidaklah terdengar ditelinga mereka. Aku menangis, berteriak, dan takut, semua perasaanku itu terus saja bercampur aduk tak karuan.
***
DEPRESI...!!! Ya, sangatlah aku rasakan pada saat itu. Terjatuh, tersungkur aku, bersandarkan rasa lemah yang membuat tak berdaya, lalu kemudian menangiskan airmata yang melambangkan derita. Telah aku coba menutup rapat kedua mata dan telingaku, namun hanya membuat pertanyaan didalam benakku ini muncul kembali;'Mengapa semuanya masih terdengar olehku? masih saja terdengar dengan jelasnya di kedua telingaku ini.'
Batinku terluka tak tertahankan. Inginku langkahkan kaki ini pergi, namun untuk bergerak, sepertinya sulit untuk aku lakukan pada saat ini.
MUAAAK...!!! Hati ini menjeritkan perih yang tak tampak, membingungkan batin menjadi tak menentu, dan semua yang tak dapat tertahankan pun menyeruak keluar dari dalam hatiku. Tak ada yang mengetahui dan tak ada yang mau perduli atas semua yang aku rasakan saat ini, bahkan tak ada satu pun yang mampu mendengar jeritan hampaku ini. Sebuah teriak kepedihan, dari dalam hati seorang gadis kecil yang masih duduk dibangku kelas 3 Smp.
'Kenapa semua ini harus terjadi padaku? Apa salah dan dosa yang telah diperbuat olehku? sehingga semua ini pun terjadi di dalam kehidupanku ini.'
Saat lelahnya diriku dalam lelapnya tidur, bayang-bayang pertengkaran mereka masih dapat aku rasakan. Semua itu berubah menjadi sebuah mimpi yang teramat buruk, menyisakan perih yang kian terus saja menghantuiku, bahkan didalam malam-malam gelapku selama ini.
Perih itu tiada hentinya memberikan sebuah teror yang mencekam, membawakan kegelisahan dalam terpejamnya kedua mataku ini. seolah-olah hendak membawa diriku ini pergi menuju kesebuah tempat, dimana aku bisa kembali menyaksikan pertengkaran mereka yang sedang terjadi. Lelah hembusan nafas ini, membuntukan akal pikiranku, dan kemudian memberikan sebuah Asumsi yang teramat salah untukku pilih.
'Lebih baik melangkah untuk menjemput kematianku, menghampiri cahaya terang yang terus saja memanggil lirih namaku.'
Putus asa menguasai akal pikiranku, jiwa ragaku pun tak mampu lagi untuk Ber-Sinegeri melawan keras getir beban masalahku saat ini. Terluka aku, tertatih aku, lalu kemudian aku pun telah mencoba untuk terbang melayang, bebas lepas, tanpa beban di pundakku. Dari sebuah ketinggian menuju ketempat yang paling sunyi, yang entah apalah itu namanya. Lalu kemudian...
(2)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melankolis: Sebuah harapan dan airmata. (Completed)
Teen FictionTara, gadis yang terlahir dan hidup didalam keluarga yang broken, permasalahan dalam hidupnya pun selalu datang menyerang secara bertubi-tubi. Tak hanya keadaan rumahnya saja selayaknya hidup dimedan perang karena ulah kedua orangtuanya yang selalu...