2

700 129 141
                                    

"Aduh, sorry! Gue nggak sengaja!" ujar Tasya. Cowok itu membantunya kembali berdiri.

"Buruan duduk. Ngapain berdiri terus?" ketusnya sambil menggeser badannya ke bangku dekat jendela.

Mata Tasya berkedip. Eh. Dia menawarinya duduk di sampingnya, kan? Okelah. Tasya pun duduk di bangku kosong samping cowok itu.

"Ya gue kan masih cari tempat duduk. Bingung mau duduk di mana, hehehehe," kata Tasya diakhiri cengiran. Tangannya sibuk membenarkan letak jepit bunga daisy di rambutnya.

"Lo anak SMAN 17?" Tasya berbasa-basi. Padahal jelas-jelas dia sudah tahu kalau cowok itu anak SMAN 17. Ia mengenakan almamater berwarna cokelat, senada dengan warna seragam khas SMAN 17. "Kenalin, gue Natasya. Panggil aja Tasya. Dari SMAN 8."

Cowok itu menjabat tangan Tasya yang mengambang di udara. "Hm. Gue Nathan."

Bola mata Tasya seketika menyala antusias begitu menyadari kemiripan antara namanya dengan nama Nathan. "Nathan? Nathan. Natasya. Ih, kok bisa mirip gitu, ya? Kayaknya kita perlu tes DNA, deh!"

"Hah?" Nathan mengerjap penuh tanya.

"Soalnya bisa jadi kita anak kembar yang terpisahkan!" ungkap Tasya.

"Ngadi-ngadi lo." Nathan menggeleng sekilas. Lalu tawa Tasya mengudara dan memecah senyap yang mendominasi ruang.

"Heh, berisik lo."

"Ups." Tasya menapuk mulutnya sendiri, sadar akan kebodohannya. Cewek itu memandang ke sekeliling. Sepi. Sepertinya cuma dia yang ketawa-ketiwi nyaring di dalam bus.

"Lo tinggal di Bumi Asri Residence? Sekolah di SMAN 8? Ngapain naik bus segala coba?" Nathan tiba-tiba membuka topik pembicaraan baru.

Senyuman Tasya pun mengembang sempurna. Sepertinya Nathan asyik juga. Tasya jadi bersemangat pergi ke sekolah. Besok-besok dia akan naik bus lagi deh biar bisa ketemu Nathan!

"Bus sekolah ini diciptakan untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara. Jadilah gue naik bus!" jawab Tasya menggebu-gebu. Dia mengakhiri kalimatnya dengan senyuman lebar.

"Hah?" Mata Nathan membulat lucu. Tasya jadi gemas sendiri. "Lo ke sekolah naik motor?" Tasya mengangguk. "Astaga! Jalan kaki bisa kali."

"Iya juga sih, tapi gue males tau! Gue pengen naik bus aja. Kan seru bisa jalan-jalan dulu keliling kota. Siapa tau gue juga bisa dapet ayang dari bus ini, hehehe." Tasya menyengir lebar---tentunya sambil menahan agar volume suaranya nggak sekeras yang pertama tadi.

Sementara itu Nathan hanya menggeleng kepala singkat, lalu mencibir Tasya 'aneh'.

Bus SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang