Tasya memindahkan tas ranselnya ke pangkuan, lalu membuka ritsleting. Senyumannya seketika mengembang sempurna menatap aneka jajanan indomaret yang menyesaki tasnya.
Cewek itu menyenggol pelan lengan Nathan. "Nathan, Nathan! Liat deh, gue bawa banyak jajan, nih. Lo mau apa? Ada Twitsko, Oishi, Pocky, Good Time, Chitato, Choki-Choki, Taro, Oreo, Twister. Kalau lo haus gue juga bawa minum, kok." Tasya mengaduk-aduk isi tasnya. "Eh lo suka jajan yang manis apa gurih?" Bola mata Tasya berpendar cerah.
Nathan mengerjap mendapati isi tas Tasya. Bukannya penuh dengan buku, malah penuh dengan jajan. "Astaga, lo ngapain bawa jajanan sebanyak itu?" heran Nathan.
Tasya menyengir lucu. "Buat nemenin perjalanan ke sekolah."
Mulut Nathan terbuka, setengah nggak percaya. "Yang bener aja lo. Please deh, lo itu cuma mau ke sekolah. Bukan pergi ke luar kota." Nathan nggak kebayang. Gimana ya jadinya kalau Tasya bepergian ke luar kota? Mungkin tempat duduk mereka berdua bakalan penuh sama jajan-jajanan Tasya.
"Ya walaupun cuma mau ke sekolah, gue juga butuh cemilan kaleee," celetuk Tasya sambil menarik Pocky dan Chitato. "Oh iya, lo mau apa?"
"Nggak usah."
Bibir Tasya memberengut. "Nath, ayolaaah. Masa cuma gue doang sih yang makan?"
"Lo aja. Lagian ini masih pagi ya. Sakit perut tau rasa lo."
"Idih, alay," cibir Tasya. Nathan mengernyit. Di mana coba letak ke-alay-annya? Bisa-bisanya pola hidup sehat dibilang alay.
Tak sabar memakan jajan-jajanannya---yang kemarin malam pukul 11 Tasya bela-belain beli ke Indomaret---cewek itu pun membuka Chitato untuk pertama kalinya. Namun sekuat tenaga dia mencoba membukanya, plastik itu belum juga tersobek. Tasya mendengkus.
"Susah banget, dah. Mana nggak bawa gunting," gumam Tasya sambil mengusap-usapkan jemarinya ke rok.
Bola mata Nathan berotasi malas. Menyadari hal tersebut, cowok itu langsung merebut Chitato Tasya dan merobeknya dalam sekejap, kemudian memberikannya kembali pada Tasya.
Tasya bertepuk tangan bahagia. Lalu dengan bola mata berbinar cerah, dia menerima uluran Chitato dari Nathan. "Aaaaa thank you! Nathan baik, deh! Lo emang tipe cowok yang peka ya. Lo mau? Ambil aja," tawar Tasya kembali.
"Eng-gak," balas Nathan penuh penekanan. Tasya menyengir sekilas. Nyalinya ciut juga.
Selanjutnya suara kriuk-kriuk yang timbul dari mulut Tasya mengisi hening di antara mereka berdua. Tasya asyik menikmati cemilannya. Sementara itu Nathan memandang ke arah jendela, berharap perjalanan ini segera menemui akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bus Sekolah
Short Story[short story] Ketenangan Nathan di bus sekolah dirampok secara paksa oleh Tasya, penumpang baru yang super cerewet dan banyak tingkah. Tapi ketika keesokan harinya Tasya tidak hadir, mengapa justru Nathan merasa kehilangan?