Prolog

955 45 27
                                    


Bagaimana cara melupakanmu?
Bagaimana cara agar aku tak selalu memikirkanmu?
Akankah aku bisa bersifat angkuh agar kau benci padaku?


"Woy, jangan bengong mulu lo. Kesambet baru tahu rasa." Betapa terkejutnya Amarta saat Bagaskara berhasil membuyarkan lamunannya saat itu.

"Resek banget jadi orang. Eh lo ngapain ke sini? Udah ngga ada temen ya makanya ingin datang ke sini?" Ujar Amarta penuh dengan Kedengkian, malas menatap Bagaskara yang sudah hampir berbulan-bulan tak pernah kerumahnya lagi. Dan entah ada angin apa hari ini dia muncul begitu saja.

"Oh jadi masih ngambek nih ceritanya?" Bagaskara kini mendekatkan wajahnya kearah Amarta, seketika detak jantung Amarta semakin kencang berdetak tak karuan, pikirannya sudah terbang kemana-mana. Kemungkinan demi kemungkinan kini terbayang begitu saja. Amarta seketika menutup matanya.

"Lo itu ngga bakalan bisa ngambek ke gua." Jari-jari Bagaskara kini sudah menempel di wajah Amarta, seketika Amarta membuka matanya kesal.

"Resek banget sih lo. Lo kalau mau datang ke sini hanya buat ribut mending lo pergi deh jauh-jauh. Kesel banget gua liat lo." Suara Amarta kini sudah menggelegar lantang tak terkendali.

"Amarta, bisa ngga suara kamu jangan kenceng-kenceng gitu, kamu itu cewek nak!" Ujar Bunda Amarta yang keluar begitu mendengar Amarta teriak begitu kencang.

"Ibu." Bagaskara mendekat lalu mencium tangan Fenny, Bunda Amarta.

"Loh Bagas, kamu udah lama di sini? Amarta gimana sih, ada temennya kok ngga di suruh masuk." Ujar Fenny sembari mengelus pundak Bagaskara.

"Orang kayak dia ngga perlu di ajak masuk Bun, ngabisin tempat aja." Jawab Amarta ketus.

"Eh kamu ngga boleh ngomong kayak gitu Amarta! Bagas ayok masuk kedalam, kebetulan ibu baru bikin bolu pisang kesukaan kamu." Fanny menyuruh Bagaskara untuk masuk kedalam rumahnya.

"Wah bu, ibu emang the best banget dah. Tahu aja kalau Bagas bakalan main ke sini." Fanny hanya tersenyum menanggapi perkataan Bagaskara lalu masuk kedalam rumah. Sementara Bagaskara kini menjulurkan lidahnya meledek Amarta.

"Awas aja lo Bagaskara. Tunggu aja habis ini lo habis di tangan gua." Bagaskara yang mendengar ucapan Amarta bergidik ngeri, ia lantas buru-buru masuk ke dalam rumah Amarta. Mencoba mengadu kepada Fanny.

"Ibu! Amarta mau hajar aku Bu. Bu tolong bu!" Teriak Bagaskara heboh. Funny hanya tesenyum mendengar teriakan demi teriakan dari dua remaja itu.

"Woy lo jangan kabur, dasar kadal mesir." Teriak Amarta dari luar rumah. Di balik amarah Amarta, ada senyum yang selalu ia sembunyikan, ada rasa bahagia yang diam-diam ia rasakan. Amarta kini merasakan bahagia itu dalam kehidupannya.


####

Hi kenalin mereka berdua, dua sahabat yang sudah bersama-sama sejak kecil. Namanya Amarta dan Bagaskara. Visual gimana ya.... hemmm ada yang mau ngasih saran?


Yuk kasih saran kira-kira visual yang cocok buat meranin mereka berdua siapa ya... aku tunggu di commen ya.....!!!


Happy Reading :)

NestapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang