4。

12.6K 1.4K 70
                                    

Astra beranjak dari duduknya, jam pelajaran sudah berakhir dan sebagian murid ada yang sudah pulang dan ada yang masih beraktivitas.

Astra, Dio dan Daniel berjalan pulang bersama, berhubung Astra akan pergi ke gym sang ayah yang arah nya sama dengan rumah mereka berdua.

Saat dijalan tiba-tiba Astra teringat sesuatu membuatnya berhenti berjalan, Dio yang berjalan di belakang Astra ikut berhenti dan menatap Astra bingung.

"Dio, Daniel minjem handphone kalian dong" ucap Astra tiba-tiba. Walau bingung Dio dan Daniel langsung memberikan ponsel mereka pada Astra.

Astra membuka aplikasi kontak lalu mencari nama kontak miliknya, ia mengutak-atik sejenak agar nama kontaknya berada paling atas, begitu pula dengan ponsel Daniel.

"Gua khawatir, karena pada dasarnya geng nya Dwi terbiasa menindas orang lain, walau mereka dikeluarkan dari sekolah bukan berarti mereka akan berhenti membully. Malah mungkin, mereka semakin menindas orang yang jadi target nya di luar lingkungan sekolah-" jelas Astra memberitahu pada Dio dan Daniel yang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Maka dari itu, kalau kalian berdua ketemu sama geng nya mereka cepet cepet kabur aja ya, dan kalaupun ada apa-apa tolong langsung hubungi gua, gua udah bikin nama kontak gua paling atas biar kalian gampang hubungi nya"

Barulah dua orang lelaki jangkung ini paham, mereka menganggukkan kepala mantap. Jujur saja Astra yang terlihat dingin diluar, tapi diam-diam merasa khawatir pada mereka yang bahkan belum berteman lama ini.

"Dan tentang permintaan gue tadi gimana As?" Tanya Dio yang sebelumnya ia meminta agar diajari bela diri.

"Hmm soal itu, gua mau bilang dulu sama ayah, nanti gua kabarin lagi ya Dio. Ngomong-ngomong rumah kalian masih lurus kesana kan? Gua belok kesini" ucap Astra saat menyadari jika dirinya harus berpisah dengan temannya itu.

"Ahh iya, gak mau gua temenin aja nih?" Tawar Daniel mengingat Astra yang sering lupa arah. Fyi saat ia pulang di hari pertama pindah ke sekolah yang sekarang, Astra sampai harus menelpon sang Ayah karena ia lupa arah pulang, yang berujung ia dijemput Ayahnya setelah menunggu sekitar 15 menit di jalanan yang cukup sepi.

"Gak usah, gua udah hafal kok sama jalannya. Inget ya kalau ada apa-apa langsung telpon gua" setelah mendapat anggukan dari Daniel dan Dio, Astra melambaikan tangan lalu kembali berjalan ke tempat gym milik ayahnya.

Jalanan cukup sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang berjalan dan sesekali lewat sebuah sepeda motor.

Astra yang berjalan dengan santai itu tiba-tiba mendengar suara bentakan orang cukup keras membuatnya mencari dari mana asal suara itu.

Lagi-lagi suara bentakan orang terdengar, ditambah suara seperti orang yang sedang dipukuli. Buru-buru Astra mengecek gang kecil yang berada tak jauh di depannya.

"Hey, ngapain kalian" benar saja, di dalam gang terdapat 4 orang lelaki dimana salah satunya sudah terduduk lemah.

"Jangan ikut campur lo, kalau lo gak mau kena pukul juga. Pergi sana!" Titah salah satu dari mereka bertiga.

Astra melihat seragam sekolah ketiga orang itu, sekilas ia melihat lambang SMK Airlangga namun ia masih belum yakin. Kini Astra beralih menatap seorang lelaki yang terdiam sembari menunduk.

"Eh?" Astra menghampiri lelaki tadi yang ternyata teman sekolah nya. Luka lebam pun terlihat jelas dari wajah lelaki itu membuat Astra menggeram rendah, merasa marah.

"Lo gak denger kata gua tadi? Pergi sana jangan ikut campur!" Lagi-lagi lelaki dari sekolah tetangga itu berucap sembari menatapnya tajam.

"Lo punya masalah apa sama temen gua, sampai dia digebukin gini?" Astra menghiraukan ucapan nya dan berbalik tanya.

ARAS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang