17。

7.2K 865 1
                                    

Angga, Daniel, Dio, dan Dyan menyeret Arghan dan Astra ke sekolahnya, lebih tepatnya ke dalam gedung lama yang sudah dijadikan markas itu.

Arghan dan Astra kini duduk menekuk lutut nya, dan Dyan berdiri dengan tangan yang disilangkan di depan dada sembari menatap mereka berdua tajam.

"Astra jadi lo sering ketemu sama dia diem-diem?" Suara Dyan melembut saat ia berbicara dengan Astra. Sementara lelaki mungil itu mengalihkan pandangan ke samping, ia masih marah pada teman-temannya itu asal kalian tahu.

"Tolong jangan salahin Astra, selama ini gua yang selalu ketemu sama dia duluan" Arghan membela Astra, membuat Dyan kembali menatap kearahnya.

"Emang dari awal ini salah lo Arghan, jadi sebetulnya apa niat lo deketin Astra kita?" Astra kita katanya, emang deh Dyan tuh udah kayak ibu yang overprotektif kalau menyangkut tentang Astra.

"Gua sama sekali gak ada manfaatin dia, gua beneran pengen deket sama Astra. Dan kebetulan akhir-akhir ini gua ada masalah yang bikin Astra keseret"

"Gua yang ikut campur duluan, karena gua pengen bantu Arghan. Lagian kalian tuh kenapa sih? Emang nya gua gak boleh deket sama yang lain?" Jelas Astra yang kini balik menatap pada ke empat temannya.

"G-gak gitu As, kita cuma gak mau lo kenapa-kenapa" ucap Dio mendekatinya, lalu ia mengelus kepala Astra sekilas.

"Pertama dia muncul aja udah kayak gitu, gimana kita bisa percaya kalau dia orang baik" tambah Daniel mengingat kejadian dimana Astra yang dicium di depan gerbang, dan hari ini mereka bertiga juga melihat kejadian yang sama lagi.

"Nah iya, lo nyosor nyosor mulu kenapa si? Suka sama Astra?" Celetuk Dyan, sejujurnya kalimat itu hanya kalimat yang refleks terlontar dari mulutnya.

"Iya emang"

"EH??"

Deg... Deg... Deg...

Kelima orang itu terutama Astra serempak melirik Arghan, Dyan menganga lebar ia tak menyangka Arghan akan jujur seperti itu.

"S-serius lo?" Tiba-tiba saja Astra merasa gugup, ia bahkan menelan saliva nya dengan susah payah.

"Serius ini As" Arghan menatap Astra, Astra yang ditatap intens seperti itu merasa pipinya mulai panas. Ia berusaha mencari kebohongan dari mata Arghan namun Astra malah salah tingkah sendiri.

Sementara ketiga teman Astra masih diam, sepertinya mereka masih terkejut.

"Aishh..." Dyan menggaruk kepala nya frustasi. Ia tahu jika ini hanya ketakutan dirinya saja, dan ia tak bisa melarang Astra yang bahkan bukan siapa-siapanya.

"Beneran lo serius Ar?" Angga bertanya memastikan ia berjalan kehadapan Arghan, sementara Arghan mendongak untuk menatap nya karena posisi dirinya yang duduk sementara Angga yang berdiri.

"Serius! Tadinya gua mau bilang ini setelah masalah gua beres. Gua bakal buktiin kalau gua pantas buat Astra" ucap Arghan benar-benar serius.

"Oh iya, gua juga mau minta ijin bawa Astra yang mau bantuin buat menyelesaikan masalah gua" tambah Arghan.

Mereka berempat menghela nafas panjang, tak tahu harus bagaimana lagi "awas aja kalau Astra sampai kenapa-kenapa, gue pukul lo sampai babak belur!" Ancam Dyan yang menunjuk Arghan galak.

Setelahnya Arghan pergi untuk pulang, Astra menemaninya sampai ke depan gerbang.

Arghan menatap Astra yang terlihat gelisah, ia yang tahu apa penyebabnya langsung mengelus kepala Astra pelan.

"Gua suka lo Astra, gua mau lo jadi pacar gua. tapi gua gak bakal nyuruh lo buat cepet-cepet jawab, gua lebih senang kalau lo mempertimbangkan pernyataan gua tadi"

Astra mengangguk paham "kalau boleh, kita jangan ngomongin hal itu dulu sebelum masalah lo selesai?"

"Tentu" ucap Arghan sembari tersenyum tampan.

"Oh iya Ar, kalau gua minta bantuan 4 orang tadi gak apa-apa kan?" Tanya Astra, ia sebenarnya ragu namun kalau hanya mereka berdua yang menyelesaikan masalah ini pasti akan memakan waktu lama.

"Empat orang yang tadi kan? Boleh aja sih sebenarnya, tapi resikonya tinggi loh"

"Gua gak bakal nyuruh mereka turun langsung sih, mereka mungkin bisa nyari informasi Ar. Gak apa-apa kan?" Tanya nya lagi untuk memastikan

"Oke, kalau gitu hubungin gua ya kalau ada info baru" Setelah nya Arghan melambaikan tangan dan benar-benar pergi dari hadapannya.

***

"Jadi begitu... intinya Arghan mau nyari bukti biar mereka yang terlibat sama kasus itu bertanggung jawab" ucap Astra setelah memberi tahu Angga, Dio, Daniel dan Dyan tentang masalah Arghan.

"Jadi dia gak niat mau nyerang mereka buat balas dendam kan?" Tanya Dyan yang masih mencerna cerita dari Astra.

"Iya kayak gitu, gua mau minta bantuan dari kalian buat nyari info aja sih. Biar gua sama Arghan yang turun langsung, kata dia terlalu beresiko" Astra memakan roti sandwich nya sampai pipinya mengembung lucu.

"Tapi kok Arghan bisa yakin kalau itu kasus pembunuhan?" Tanya Dio penasaran, sebelum nya Astra memang belum menceritakan hal itu.

"Arghan ketemu sama pemilik mobil yang di waktu kejadian mobilnya di parkir di depan gedung, dan kamera dashboard nya merekam kalau ada segerombol orang yang masuk terlebih dahulu sebelum adiknya. Itu sih yang gua tahu"

"Ahh... Agak ngeri yah kalau beneran mereka yang bunuh, udah pasti masuk penjara dan kena pasal pembunuhan berencana itu" celetuk Angga yang sedari tadi asik menyimak.

"Rumor nya geng mereka tuh sering bawa senjata gitu gak sih?" Kini Daniel yang duduk di samping Dio ikut bergabung.

"Eh kalian belum tahu yah? Sebelumnya gua sama Arghan dikejar-kejar sama mereka tahu, dan mereka beneran bawa pisau" Astra sampai lupa jika ia sempat dikejar kejar orang.

Ia jadi cemas sendiri, bagaimana jika Arghan bertemu lagi dengan gerombolan orang yang membawa pisau itu.

"Hmm kalau gitu, besok gue mulai cari informasi lagi tentang geng nya SMA Taruna deh. Berhubung udah malam juga mending pulang yuk" ajak Angga yang menatap jam tangannya.

Mereka mengangguk setuju, Angga dan Dyan pulang ke arah sebaliknya sementara Astra, Daniel dan Dio pulang bersama. Astra akan menginap di rumah sang Ayah, terlalu malas jika harus pulang ke rumah sang bunda yang letak nya cukup jauh dari sekolah.

"Oh iya Astra kalau nanti lo butuh orang lebih jangan sungkan minta bantuan sama kita. Gue sama Daniel kan bukan orang lemah kayak dulu lagi"

Astra terkekeh kecil lalu mengangguk, jujur saja Dio dan Daniel ternyata mempunyai bakat menonjok orang, padahal belum lama mereka latihan bersama Mahesa namun mereka sudah bisa memukul Astra saat sparring waktu itu.

"Oke, kalau gitu gua pulang duluan" Astra melambaikan tangan lalu belok menuju rumah sang ayah.

"Oke, kalau gitu gua pulang duluan" Astra melambaikan tangan lalu belok menuju rumah sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Ayy, 17-03-2022

ARAS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang