8。

11.1K 1.1K 36
                                    

"Astra, rasanya jadi orang kuat itu gimana?"

"Orang kuat gimana? Emang siapa yang orang kuat?"

Astra yang memakai celana seragam SMP itu meminum soda sembari menatap pemandangan dari atas rooftop sekolah.

"Orang kuat seperti kamu tentu saja, bukankah enak? Andai saja aku bisa taekwondo atau beladiri yang lainnya"

"Kalau lo bisa beladiri emang nya mau ngapain Vin?" Astra berucap sedikit cuek, ia tak menatap lawan bicara.

Sementara itu lelaki yang diajak bicara oleh Astra tersenyum miris, menertawakan dirinya sendiri.

"Kalau aku bisa beladiri, aku akan melawan orang orang itu. Dan membantu orang yang bernasib sama seperti aku"

Kini Astra menatap lelaki yang mempunyai luka lebam di wajah nya itu "aishh... Gua heran, dikondisi lo yang kayak gitu kenapa masih mikirin orang lain?"

"Hahahaha iya ya, kenapa aku begitu" lelaki tadi lagi-lagi tertawa miris "tapi bukankah orang yang melihat tapi pura-pura tak tahu itu, sama saja dengan si pelaku?"

Deg

Jantung Astra serasa ditikam oleh batu saat mendengar ucapan dari lelaki tersebut.

"Astra kalau kamu punya kelebihan dan mampu untuk membantu orang lain, kenapa gak dilakukan? Itukan perbuatan baik juga..."

"... Ah aku tidak bermaksud untuk menyuruh mu melakukan itu, aku hanya berandai jika aku menjadi kamu, pasti aku sudah membantu orang-orang yang memang butuh bantuan, seperti keadaan ku sekarang"

Lagi-lagi kalimat yang diucapkannya selalu membuat hati Astra persis seperti digores oleh pisau yang tajam.

Rasa bersalah, menyesal, sedih, dan marah bersatu membuat Astra seketika merasakan sesak nafas dan terpaksa harus membuka matanya.

Kening nya sudah dipenuhi oleh keringat dan nafasnya memburu. Ia berdecak kesal karena mimpi- ah tidak, maksudnya kenangan itu kembali lagi.

Astra melirik pada jam yang tergantung di dinding kamarnya, jam 4 pagi. Ia kembali berbaring dan mencoba tidur lagi namun tidak bisa.

Ujung-ujungnya Astra tidak tidur lagi padahal hari ini adalah hari minggu. Ia bangkit untuk mencuci muka dan menyikat giginya, lalu memutuskan untuk berolahraga.

Setelah melakukan peregangan, Astra mulai jogging dari rumah nya lalu berkeliling komplek.

Astra cukup menikmati acara lari pagi ini, karena ia juga sudah cukup lama tak menikmati lari di pagi hari yang begitu menyegarkan.

Setelah merasa cukup, Astra memutuskan untuk pulang. Sesampainya dirumah ia sedikit terkejut saat melihat Monny- adik perempuan Astra yang sedang duduk di atas sofa.

"Tumben Mo udah bangun" ucap Astra ikut duduk di samping Monny.

"Biasanya juga bangun jam segini kok, ngomong-ngomong abang habis darimana?" Monny yang biasa dipanggil Momo saat dirumah itu, kini bertanya dengan pandangan yang masih fokus pada ponselnya.

"Habis olahraga lah... Oh iya Mo, hari ini temenin aku ke kuburan nya Vino dong" pinta Astra. Tadinya ia ingin mengunjungi tempat peristirahatan sang teman, sendiri. Tapi berhubung jarak dari rumah nya ke pemakaman bisa dibilang jauh dan ia tak bisa naik sepeda motor, ia jadi harus memohon pada sang adik.

"Gak mau ah, hari ini aku bagian bersihin rumah. Abang ajak Kakak aja sana"

Astra menatap sang adik kesal, ia malas jika harus meminta bantuan Avelyn yang selalu membuatnya kesal itu.

ARAS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang