22。

6.3K 781 6
                                    

"Ahh ibu baru pulang?" Arghan yang melihat sang ibu baru pulang dan membawa plastik berisi makanan langsung menyambutnya, ia juga membawakan plastik tersebut dan memberikan segelas air putih.

"Kamu belum makan kan? Ayok makan bareng ibu" ucap nya sembari tersenyum, Arghan mengangguk kecil kemudian mengikuti sang ibu ke meja makan.

Arghan melihat raut wajah sang ibu yang terlihat capek, lelaki itu menyimpan sendok yang sedang digenggam dan menyentuh tangan perempuan setengah baya yang ada di hadapannya itu.

"Ibu, kalau ibu capek biar aku aja yang jaga toko. Ibu perlu istirahat juga kan" perempuan itu tersenyum kecil lalu menggeleng kecil.

"Gak apa-apa, ibu capek karena hari ini banyak pelanggan. Kamu tenang aja Arghan" sang ibu mengelus pelan tangan anak sulung nya lalu kembali makan dengan tenang.

Semenjak Arlhetta tak ada, sang ibu menjadi lebih murung dan itu yang membuat Arghan merasa bersalah sampai saat ini.

Hah sialan, kini Arghan bahkan kehilangan nafsu makannya karena perasaan bersalah itu.

Sang ibu yang melihat Arghan gelisah menatap nya, ia mengerutkan dahinya karena melihat luka lebam pada wajah sang anak.

"Arghan kamu berantem lagi?"

Seketika Arghan tersentak, ia lupa jika di wajah nya masih ada luka bekas berantem kemarin.

Arghan yang ditatap intens oleh ibunya ini hanya bisa mengangguk, tak bisa mengelak.

"Ibu tahu kamu lagi nyari pelaku yang buat Arlhetta meninggal kan?" Lagi-lagi Arghan tersentak kaget, padahal selama ini Arghan tak pernah bilang apa pun padanya "ibu tahu kamu gak terima atas kematian Arlhetta tapi tolong jaga diri kamu juga, ibu takut. Karena tinggal kamu satu-satunya yang ibu punya"

Lelaki itu merasa tenggorokannya tercekat karena menahan air mata yang akan keluar, setelahnya Arghan bangkit lalu memeluk sang ibu erat. Walau sudah setahun sang adik meninggal kan mereka namun ibu dan anak itu masih merasa jika sosok perempuan dengan senyuman cerah nya, masih ada di sekitar mereka.

Sang ibu yang terlihat terisak itu menepuk punggung Arghan sekali lalu menyuruh nya melanjutkan makan.

Bahkan sampai mereka beres makan tak ada lagi hal yang mereka bicarakan, Arghan menyuruh ibunya itu berisitirahat terlebih dahulu sementara ia membereskan bekas makanan tadi.

Cklek...

"Hahhh" Arghan memasuki kamar yang ditempati adiknya dulu sembari menghela nafas panjang. Lelaki berambut cokelat itu duduk di tepi kasur, ia juga menatap sekeliling kamar yang tidak ia ubah walau pemilik nya sudah tak ada.

Ia jadi ingat perkataan salah satu orang bawahan Revan mengenai ponsel Arlhetta.

"Sebenarnya kamu tuh punya masalah apa sama Revan sih" pernyataan itu sontak keluar dari mulut Arghan ketika menatap ponsel Arlhetta yang berada di laci meja belajarnya.

Ia mencoba mencharge ponsel tersebut dan beruntung benda pipih tersebut masih bisa menyala.

Arghan menghidupkan ponsel nya dan sedikit tersenyum melihat foto dirinya bersama sang adik yang dijadikan layar kunci.

"Eh kok gini" dahi Arghan mengkerut saat ia membuka aplikasi WhatsApp, tepatnya saat ia membuka ruang obrolan Arlhetta dengan Revan.

Obrolan terbaru nya hanya berisi Revan yang menyuruh nyuruh dan memberi ancaman pada Arlhetta, Arghan terus menggulir layar dan wajah nya seketika memerah marah saat mendengar beberapa voice note.

"Bocah sialan kalau lo sampai ngadu ke orang lain, toko ibu lo yang gua hancurin!"

"BERANI BERANI NYA LO GAK ANGKAT TELPON GUA? CEPET KESINI CEWEK BRENGSEK!"

"Arlhetta lo tahu kan kalau lo kabur dari gua bakal gimana akibatnya?"

Arghan tentu merasa marah saat mendengar suara lelaki itu dan kalimat-kalimat ancaman yang ia keluarkan. Ia menggulir kembali lalu melihat mereka yang sempat bertengkar di obrolan.

"Hah apa ini?" Arghan refleks membuka foto yang dikirim Arlhetta pada Revan, foto tersebut menampilkan sosok lelaki dengan perempuan yang tengah asik bercumbu.

Saat ia memperbesar layar barulah Arghan mengetahui jika sosok lelaki tersebut adalah Revan, namun ia tak mengenali sosok perempuan yang ada di foto tersebut.

"Jadi Revan punya cewek lain selain Arlhetta? Anjing banget nih orang" Arghan menggeram kesal karena Revan mempermainkan hati adik tersayang nya itu.

"Jadi sekarang lo berani ngancam gua? Silahkan aja sebarin foto itu, ayah gua tentu gak bakal tinggal diam karena masalah ini"

Dan itu adalah voice note terakhir yang Arghan dengar, chat mereka sudah ia baca semua dan ia menduga kalau adik nya sudah menghapus obrolan sebelum-sebelumnya.

Arghan memijat pangkal hidung nya karena merasa pusing dan bingung, banyak pertanyaan yang hinggap di kepalanya.

Dan ia lebih dibuat bingung saat Revan mengatakan kata "mengancam". Sebenarnya adiknya itu mengancam Revan dengan apa?

"Arlhetta ngancam Revan karena cowok brengsek itu main cewek lain dibelakang dia, dan setelahnya Revan bully adik gua karena hal itu?" Itu yang Arghan dapat simpulkan dari melihat ruang obrolan mereka "tapi kenapa bocah sinting itu sampe bully adik gua? Emang Arlhetta ngancam pake kelemahan Revan?"

Tunggu...

Arghan kembali berfikir, kalimat yang diucapkannya barusan ada benarnya juga. Masuk akal bukan? kalau Revan sampe ngancam dan meras Arlhetta karena tidak mau rahasianya terbongkar?!

Ia membuka aplikasi galeri pada ponsel itu dan melihat lihat isinya, sampai sekitar 5 menit ia menggulir layar, Arghan baru menemukan foto dan video yang dimaksud sebagai 'ancaman' tadi.

Perasaan nya yang tadi marah dan kesal kini dibuat terkejut karena video yang menampilkan Revan bersama anggota dewan yang waktu itu ditunjukkan Reno.

"Ayah kenapa datang kesini, kalau orang-orang sini kenal sama ayah gimana?"

"Kamu tenang aja Revan. Saya kesini cuma mau bilang kalau uang yang kamu kumpulan dari anak-anak itu sudah cukup dijadikan modal, dan kamu gak usah setor uang itu ke saya lagi. Sisa nya kamu pakai saja Revan"

"Baiklah ayah, kalau gitu Revan pergi dulu"

Video berisi percakapan antara dua orang itu berhenti disana. Arghan masih membulatkan matanya, karena Revan memanggil lelaki tua tadi dengan sebutan 'ayah'

DRRT... DRRT... DRRTT

Ponsel Arghan yang ada di sakunya bergetar, menandakan ada telpon masuk.

"Halo?"

"Arghan, gua dapet info dari Shireen, dia tahu Revan sekarang lagi ada dimana"

"Ahh Astra? Kebetulan ada yang mau gua omongin juga. Gua kerumah lo aja?"

"Ehh gak usah, gua lagi ada di rumah bunda. Gua aja yang kerumah lo, gimana?"

"Udah gak usah biar gua aja yang kesana, share lokasi aja ke gua "

Astra yang berada di sebrang sana mengangguk walau tentu Arghan tak akan bisa melihat, setelahnya sambungan telepon terputus.

Arghan segera mengambil ponsel sang adik dan langsung pergi menuju tempat Astra.

Arghan segera mengambil ponsel sang adik dan langsung pergi menuju tempat Astra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Ayy, 22-03-2022

ARAS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang