9。

10K 1.2K 55
                                    

"Astra ayok kita ke gedung lama" ucap Angga berbicara dari ambang pintu kelas.

Astra mengangguk kecil. Bel pulang sudah berbunyi, dan hari ini Astra tak memiliki kegiatan lain jadi ia akan nongkrong terlebih dahulu sebelum pulang.

"Astra ikut"

Ucap Dio dan Daniel berbarengan. Beberapa teman sekelasnya pun ada yang ikut bangkit dan mengikuti Astra.

Dio memimpin jalan ia juga asik mengobrol dengan Daniel, Astra tersenyum kecil karena melihat hubungan mereka yang membaik.

Sementara itu Angga yang ada disebelah nya tiba-tiba bertanya pelan "Astra SMP lu di SMP Wiranata bukan sih?"

Astra menatap Angga dengan mata yang membulat "iya bener, kok lo tau?"

"Hahaha gue gak sengaja tahu pas nyari informasi tentang Arghan, ketua SMK Airlangga"

"Oh gitu... Eh? Maksud lo?" Tanya Astra lagi bingung, ia masih memproses apa yang tadi Angga ucapkan.

"Loh lu gak tahu? Arghan satu sekolah sama lu As, dari info yang gue dapet dia alumni SMP Wiranata juga" kini Angga yang menatap Astra. Dulu Astra memang cenderung cuek terhadap keadaan yang ada disekitarnya.

"Gua gak tahu sih, terus info apalagi yang lo dapet tentang Arghan?" Kini Astra mulai penasaran terhadap lelaki yang tersebut.

"Hmm sejauh ini sih, dia jadi pentolan sekolah karena jago gelut. Kayaknya dia gak punya tujuan khusus jadi ketua geng, dengan kata lain dia nantang senior senior nya demi kesenangan sendiri"

Astra mengangguk-angguk paham, entah kenapa ia jadi mengharapkan kalau Arghan adalah anak baik-baik.

"Tapi walau gitu, dia gak ada ngebully orang atau memeras. Kayak nya dia emang jadi ketua karena iseng" lanjut Angga.

Kini mereka berempat berjalan ke lantai dua gedung itu, sementara yang lain nya masuk ke ruangan yang ada di lantai bawah.

Jujur saja walau terlihat dari luar gedung itu gedung lama yang sudah tak terpakai, namun di dalam nya masih terawat. Bahkan saat ia pertama kali masuk ke ruangan yang ada di lantai 2 ini ia betul betul terkejut.

Pasalnya di ruangan itu disulap menjadi ruang bermain, disana terdapat meja bilyard, papan dart dan permainan kecil seperti kartu, jenga dan yang lainnya. Astra pun bingung mereka dapat semua itu darimana.

Astra kini duduk di sofa yang ada disana, ia memilih memakan roti isi dagingnya yang sempat ia beli dari kantin, sementara ketiga temannya asik bermain uno.

"Dek Astra... Abang dateng nih, weh kalian main uno gak ajak ajak" datang lah Dyan, lelaki itu menghampiri Astra sembari mengomel karena tak diajak bermain kartu.

"Dek Astra, mau main sama abang gak?"

"Diem!"

Dyan tertawa, berhasil menggoda Astra yang kini memandangnya dengan tatapan tajam. Bahkan Astra bergidik ngeri, karena Dyan terlihat seperti om-om mesum.

"Bang lu kok santai santai aja, padahal udah kelas 3. Gak belajar lu?" Oceh Angga tanpa menatap lawan bicaranya.

"Dih kata siapa gue gak belajar, gini-gini juga gue berusaha biar bisa lulus" ucapnya bangga. Tapi itu adalah fakta, Dyan benar-benar giat belajar agar bisa lulus, bisa malu dia kalau sampai tahun ini tidak lulus juga.

BRAK!

Kelima orang yang ada di ruangan itu tersentak kaget, apalagi Astra yang kini menatap tak percaya pada orang yang kini berdiri di ambang pintu.

"Hai Astra" ucapnya dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu. Kalian pasti tahu lah yah, siapa lagi kalau bukan Arghan.

"WOI MAIN MASUK MASUK AJA"

ARAS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang