16。

7.1K 935 32
                                    

Besoknya keadaan diantara teman-teman Astra terasa tidak nyaman. Astra sendiri pun terlihat murung, ya apalagi kalau bukan karena Arghan.

Lelaki itu tak bisa dihubungi oleh Astra, bahkan kontak nya di blokir oleh Arghan.

"Hahh..." Astra menghela nafas yang kesekian kalinya. Ia menatap keluar jendela karena bosan, ia sama sekali tak bisa fokus pada pelajaran yang sedang diterangkan oleh sang guru.

"Astra?" Ucap Dio setengah berbisik, Astra yang di panggil hanya berdehem tanpa ada niat menoleh pada lawan bicaranya.

"Lo punya hubungan apa sama Arghan?"

Baru lah Astra menoleh, ia menghela nafas kembali lalu menggeleng pelan "gak ada apa-apa"

Ini Astra sudah seperti orang yang gagal menikah karena tidak direstui oleh orang tua.

"kita cuma gak mau lo kenapa-kenapa, dan first impression Arghan itu yang bikin kita-kita ngelarang lo deket sama dia. Terutama Bang Dyan" Dio menepuk bahu Astra pelan. Sementara Astra menatap Dio lemas lalu mengangguk mengiyakan.

Setelahnya mereka tak bicara lagi, sampai pelajaran terakhir pun Astra mengacuhkan teman-temannya.

"Astra ayok pulang bareng?" Tawar Dio masih berusaha membujuk lelaki bergingsul itu.

"Gak usah gua mau pulang kerumah bunda" ucapnya sembari melenggang pergi. Tentu saja ucapannya itu bohong, sebenarnya ia akan pergi ke SMK Airlangga untuk menemui Arghan.

Sampai di depan gerbang SMK Airlangga, dan Astra malah bingung sendiri bagaimana mencari Arghan. Apa ia harus melakukan hal yang sama seperti Arghan kemarin (read: menerobos masuk)

Sedang asik asiknya berfikir belakang sweater yang sedang dipakainya tiba-tiba ditarik seseorang.

Dia menyeret Astra masuk kedalam gang, tentu saja Astra berontak sebelum ia mengenali suara dari orang tersebut.

"Lo ngapain ada disini Astra? Bukannya Arghan udah ngasih tahu lo jangan nemuin dia lagi?" Tanya Reno beruntun. Astra merapihkan sweater nya lalu menatap Reno tajam.

"Arghan dimana? Gua mau ketemu dia!" Alih alih menjawab pertanyaan, Astra malah balik menanyakan keberadaan Arghan.

"Gue gak bisa kasih tahu, nanti gue kena marah lagi sama dia. Mending lo pulang deh, bahaya kalau lo ada disini terus" Reno menepuk bahu Astra sebentar lalu meninggalkan Astra sendirian.

"Aishh..." Astra mengusak kepalanya frustasi. Sebenarnya Arghan kenapa sampai dirinya tak mau menemui Astra seperti ini.

Dengan rasa kesal Astra pergi dari tempatnya berdiri, tadinya Astra kesini sekalian ingin membeli jajanan tapi ia keburu tidak mood dan memilih untuk langsung pulang.

"Lo gila mau nyerang Arghan sekarang? Lo pikirin anak buah nya juga dong"

Astra menoleh pada asal suara dari dalam gang, suara nya cukup kencang membuat Astra penasaran.

"Emang mau kapan lagi? Mancing dia keluar tuh susah tahu!"

"Pancing dia pake sandera dong brengsek!"

Astra mengintip sedikit kedalam gang, ia membulatkan mata karena dirinya melihat ada sekitar 7 orang yang berkumpul dan membicarakan tentang Arghan.

Ia berniat kembali dan memberi tahu Reno namun Astra tak menyadari jika di belakang nya ada orang yang membawa kardus, alhasil Astra menabrak orang itu dan membuat 7 orang yang ada di dalam gang mengetahui keberadaan Astra.

"Eh itu Astra bukan sih? Hahaha kebetulan banget kita butuh sandera"

Astra membelalakkan mata ketika orang tersebut mengeluarkan pisau lipat dari dalam sakunya.

ARAS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang