"Aku akan bertunangan dengan seorang gadis yang sudah di pilih oleh orang tuaku," ucap pria di depanku dengan suara lantang serta sorot mata yang tajam nan menusuk. Ia menatap mataku seolah-olah menyiratkan, bahwa ia akan meninggalkanku sendiri di malam gelap nan sejuk ini.
Dengan penuh keberanian
kulengkungkan senyum manis dan tak kalah sengit aku pun menatap tajam ke arah mata hitam yang penuh rasa bangga seolah-olah aku sekarang baik-baik saja."Kau tersenyum, kau bahagia dengan pertunanganku ini?" tanyanya lagi dengan sedikit gemas yang membuat sang pria memegang kedua pundakku, seolah tak percaya apa yang telah ku lakukan padanya.
"Aku harus apa, datang ke pertunangan kalian lalu menghentikannya, begitu?" tanyaku dengan nada tertantang. "Apakah orang tuamu akan setuju jika aku melakukan hal itu?"
"Aku tidak mencintainya, aku hanya mencintaimu. Apakah kau lupa bahwa kita telah menjalin hubungan selama 3 tahun ini? Lantas, bagaimana mungkin aku harus bertunangan dengan gadis yang baru saja kemarin kukenal?" Kini suara pria itu pun mulai melemah, sorot matanya pun mulai tak setajam tadi, ada sedikit rasa ketakutan yang hinggap di pikirannya.
"Kau tidak punya pilihan lagi, bukan?ingin menolak pun rasanya kau tak bisa. Lalu untuk apa kau bicara panjang seperti ini, berusaha menyakinkanku bahwa kini kau sedang bimbang?"
"...."
"Bukankah dari awal hubungan ini telah salah! kau menentang keluargamu yang jelas tidak menyetujui hubungan kita. Berapa kali aku ingin menyerah tapi kau selalu menahan ku,
berharap semua akan berubah menjadi lebih baik apabila kita masih bersama selamanya. Namun, lihatlah sekarang-nol besar!""Pergilah bersama gadis itu, bertunanganlah kau bersamanya. Jangan pikirkan aku, aku baik-baik saja sungguh Sasuke kun."
"Aku tidak ingin kita berpisah tetaplah menjadi kekasihku meskipun aku akan Bertunangan dengan gadis lain, aku mohon." Sasuke memohon denganku, dengan tatapan mata yang sangat membuatku goyah.
Aku tak bisa lagi berpura-pura tegar, perlahan badanku mulai bergetar dan pertahananku pun roboh. Kali ini dia menangis tepatnya menangis di pelukan sang kekasih-Sasuke.
"Ku mohon tetaplah bersama ku."
Sang pria semakin mengeratkan pelukannya berharap sang gadis setuju akan ide gilanya itu. Karena sejujurnya dia tak perduli tentang gadis lain, yang ada di hati dan pikirannya hanyalah gadis manis yang ada dalam dekapannya. Gadis itu memiliki surai halus nan panjang, berwarna gelap. Kulit putih bersih, suaranya merdu jika sedang memanggil namanya, mata biru yang indah dan damai ia lah gadis pujaan sasuke uchiha Hinata. Gadis biasa namun penuh dengan misteri yang sampai kini pun tak bisa Sasuke kenal lebih dalam.
.
.
.
Hinata sedang menatap keluar jendela angin malam menerbangkan sedikit surai indahnya dengan lembut, dengan piyama tipis berwarna putih kini ia terlihat bak Dewi bulan.
Dengan tatapan kosong mata indahnya menatap sendu sang rembulan yang kini telah menampakkan penuh keindahan nya kamarnya di biarkan gelap agar sinar sang rembulan masuk memancarkan cahaya nya.
Setelah kepulangannya 1 jam yang lalu bertemu kekasih hati yang kini apa mungkin dapat ia sebut sebagai kekasih yang 2 hari lagi akan resmi bertunangan dengan gadis musim semi yang Hinata kenal baik.
Sebelum Sasuke mendeklarasikan bahwa ia akan Bertunangan , ibu Sasuke telah duluan menemuinya memberikan ia undangan resmi pertunangan anaknya bersama gadis lain , dan berharap agar Hinata segera sadar dari mimpi indah selama ini , dari kejadian itu Hinata telah kehilangan waktu tidurnya karna mimpi indah yang ia rangkai bersama Sasuke telah sepenuhnya berubah menjadi mimpi buruk .
Dan kini dengan gilanya ia setuju untuk tetap menjadi kekasih gelap Sasuke walaupun kini ia tahu bahwa mereka tidak akan bersama namun salahkah jika hatinya kini merasa tak rela akan melepaskan orang yang telah sepenuhnya menjadi pemilik di hatinya .
3 tahun bukan waktu yang sebentar untuk melupakan cintanya jika ia menyerah untuk melepaskan Sasuke Hinata belum bisa terima butuh waktu untuk merelakannya dan biarkan kali ini ia sedikit egois biarkan cinta nya yang menang hingga nanti cintanya sendirilah yang akan melepaskannya.
Seperti malam-malam kemarin Hinata menangis dalam diam, memikirkan bagaimana mungkin kisah cintanya akan menjadi serumit ini.
kehilangan orang yang di cintai walau bukan kehendak Sasuke tapi semua tetap seperti ini, mencoba untuk benar-benar pergi meninggalkan cintanya tapi lagi-lagi Sasuke memintanya untuk tetap bersamanya bertahan dengan nya membiarkan semua masalah yang ada dan bersikap acuh pada semua yang terpenting mereka bersama.
"Apakah Sasuke sudah gila, atau diriku lah yang sudah kehilangan akal?" Pikirku
hati ku tidak bisa menolak Sasuke aku sangat mencintainya , Sasuke cinta pertama Hinata dari masa SMA
dulu semua terasa manis hingga kini Hinata menyadari bahwa cinta tanpa restu orang tua tidak seindah rangkaian mimpi indah."Aku akan datang ke pertunangan itu menjelma bagai mawar merah membuat orang hanya menatap diriku dan membuat Sasuke sedikit kesal atas kecemburuannya biarkan saja sedikit memberikan pelajaran kepada kekasih gelapku kali ini tak masalah," ujar Hinata lantang dan tersenyum miring.
Hinata memberikan sedikit energi positif kepada dirinya, ia telah siap memberikan pelajaran kepada semua orang yang telah menganggap dirinya lemah dan berpikir bahwa seorang Hinata bukan siapa-siapa.
"Keluarga Sasuke salah besar jika menganggap diriku seorang Hinata hanya gadis biasa yang tidak punya koneksi di belakang nya yang hanya berkerja sebagai seorang aktris hingga tak layak berdampingan dengan anaknya, akan ku tunjukkan sedikit siapa itu Hinata beraninya mereka menolak ku." Hinata tertawa renyah, tawanya mengelegar memenuhi ruangan gelap itu, dengan langkah anggun Hinata menaiki queen size miliknya dan bersiap menjemput mimpi.
* Note : mata hinata biru karna softlens ada banyak rahasia tentang Hinata yang akan di ungkap di chapter selanjutnya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is a rose
RomanceCinta itu seindah mawar merah namun terkadang dapat terluka oleh durinya