Andin berhasil dikeluarkan dari mobilnya dan kini ia sedang berada di ambulans dalam perjalanan menuju rumah sakit, dua orang wanita paruh baya dan satu orang pria paruh baya ikut ke di dalam ambulans untuk mengantarnya. Satu mobil polisi juga mengikuti mereka dari belakang.
Sampai di rumah sakit, Andin segera dilarikan ke UGD agar bisa segera mendapatkan pertolongan.
Salah satu wanita yang mengantar Andin memberikan tas Andin kepada polisi agar polisi atau pihak rumah sakit bisa menemukan identitas Andin dan menghubungi keluarganya.
Polisi mencari handphone Andin untuk menemukan kontak yang bisa dihubungi tapi tidak ada, handphone Andin terjatuh ketika truk menghantam mobilnya dan terselip entah di sebelah mana karena kondisi mobilnya.
Polisi kemudian mengambil dompet Andin untuk menemukan identitas Andin, kebetulan sekali di sana terdapat kontak darurat, papanya dan Aldebaran.
Polisi menghubungi papa Surya dan memberitahukan kondisi Andin. Tentu saja pria yang menetap di Surabaya itu shock bukan main, ia menangis lalu menjatuhkan dirinya ke lantai, kakinya terasa lemas sampai tidak mampu menopang tubuhnya sendiri, Andin putrinya, putri satu-satunya, satu-satunya wanita yang ia cintai saat ini. Papa Surya segera menguatkan dirinya sendiri dan mencari penerbangan tercepat dari Surabaya ke Jakarta. Setelah itu ia langsung menghubungi Aldebaran, calon menantunya.
Nomor telepon Al tidak aktif karena Al sedang mengaktifkan mode pesawat, hanya panggilan WhatsApp yang bisa ia terima karena hanya internetnya yang aktif.
Papa Surya tidak tahu kalau Al sedang berada dalam penerbangan, jadi ia menghubungi mama Rossa untuk menanyakan kondisi Andin karena hanya Al dan mama Rossa yang dekat dengan Andin di Jakarta.
"Ha-hallo bu Rossa.." sapa papa Surya dengan nafas yang sesak.
"Pak Surya? Ada apa? Bapak baik-baik saja?" tanya mama Rossa yang mendengar suara tidak stabil dari papa Surya.
"Ibu- ibu- belum tau kalau Andin kecelakaan?" tanya papa Surya mendengar nada suara Rossa yang tampak tenang.
"Andin kecelakaan?" mama Rossa membungkam mulutnya, reaksinya sama seperti reaksi dua lelaki cinta Andin sebelumnya. Mama Rossa mendudukan dirinya di meja dapur karena tidak kuat menopang tubuhnya sendiri. Kiki yang berada di sebelahnya juga sangat terkejut dan membulatkan matanya.
"Iya Bu Rossa, barusan ada pihak kepolisian menghubungi saya," ucap papa Surya sambil terisak, ia kembali menangis.
"Di mana? Rumah sakit mana?" tanya mama Rossa cepat, mulai terdengar isakan dari suaranya. Kiki mengusap pundak mama Rossa untuk membantu menenangkannya.
"Jakarta Hospital."
"Saya ke sana sekarang Pak Surya," kata mama Rossa tanpa berpikir.
"Iya, tolong jaga Andin bu Rossa, saya masih butuh waktu untuk tiba di sana," papa Surya terus menekan dadanya menahan sesak.
..
Mama Rossa benar-benar langsung berangkat ke rumah sakit tempat Andin dilarikan, Kiki ikut menemaninya tanpa diminta karena Kiki khawatir.
"Ibu, ibu yang tenang ya Bu, mbak Andin pasti baik-baik aja,"
"Mbak Andin kan kuat."
Kiki kembali berusaha menenangkan majikannya yang terus menangis sambil menggenggam telapak tangannya."Aldebaran.."
"Saya harus hubungi Al," mama Rossa meminta ponselnya yang dibawakan oleh Kiki, ponsel yang sempat terjatuh itu diambil Kiki dan dibawanya."Ini bu," Kiki menyerahkan ponsel itu pada pemiliknya.
"Hal-hallo Al," isak mama Rossa.
"Mama.." Al menjawab dengan suara bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever and Ever
Short StoryTentang bagaimana saling menerima dan saling melengkapi