Jam delapan pagi Andin baru bangun dari tidurnya, ia kembali teringat dengan masalahnya dan Aldebaran kemarin. Matanya tidak bisa terbuka sempurna karena bengkak sehabis menangis, Andin berkaca di kamera ponselnya dan melihat wajahnya sangat buruk. Ia memutuskan mandi sebelum keluar kamar.
Cukup lama Andin berada di kamar mandi karena ia harus mengompres matanya yang bengkak agar kembali seperti semula. Setelah satu jam, Andin keluar dari kamar mandi. Andin terlihat santai karena ia pikir Al tidak akan jadi berangkat atau kalaupun berangkat Al pasti akan berpamitan dengannya, Andin pun tidak tau jam keberangkatan Al hari ini karena ia tidak sempat bertanya kemarin.
Keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih dicepol ke atas, Andin mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Ketika dibuka ternyata mama Rossa yang sudah kembali dari luar kota.
"Ndin," sapa mama Rossa ketika Andin membuka pintu.
"Mama.." Andin memeluk calon mertuanya yang sangat menyayanginya itu.
"Mama kok udah di rumah? Kemarin katanya penerbangan jam satu siang?" tanya Andin agak bingung."Mama reschedule dan ambil flight lebih dulu dari teman-teman mama, soalnya Al yang minta. Katanya dia mau berangkat ke Kolombia pagi ini jadi mama diminta temani kamu," ujar Rossa yang belum tau permasalahan Andin dan Al.
"Mas Al jadi berangkat ke Kolombia?" ekspresi Andin mulai berubah.
"Kamu gak tau? Al sudah berangkat Ndin, katanya tadi mau pamit sama kamu tapi gak tega banguninnya," jawab mama Rossa sambil memasang wajah heran melihat perubahan ekspresi Andin, kenapa Andin seolah tidak tau tentang keberangkatan Al? pikirnya.
"Aku gak tau ma," kata Andin pelan. Ia masuk ke dalam kamar dan dengan cepat mengambil ponselnya di atas nakas sebelum kembali ke pintu kamar di mana mama Rossa masih berdiri memperhatikannya dengan bingung.
"Kenapa Andin?"
"Nanti aku jelasin ya ma, aku buru-buru, aku harus kejar mas Al,"
"Aku berangkat ma, assalamualaikum," Andin meraih tangan mama Rossa lalu menciumnya."Al udah berangkat dari tadi Ndin, pesawatnya pasti sudah take off," mama Rossa berujar sambil mengikuti langkah Andin.
"Makasih ma," ucap Andin sebelum memasuki mobilnya dan pergi meninggalkan pekarangan rumah Al.
"Uyaa, tolong buka gerbang," teriak Andin memanggil Uya yang ada di pos dari dalam mobilnya.Uya sudah diizinkan oleh Al membukakan gerbang untuk Andin karena hari sudah pagi dan Andin pasti memiliki aktifitas.
Andin mengecek ponselnya, ada pesan dari Aldebaran, hanya sebuah e-ticket dan informasi penerbangan. Al mengirimkannya pada Andin agar Andin tau detail penerbangannya dan jika Andin ingin melacak sudah sampai di mana pesawatnya.
Tiket itu menunjukan bahwa pesawat take off di jam 07.15, berarti sudah hampir dua jam yang lalu, Andin menyetir sambil terus melihat ponselnya. Pertama kali pesawat akan transit di Hongkong, Andin mengingat-ingat lama penerbangan Jakarta - Hongkong ketika dirinya mengunjungi negara itu untuk berlibur, lebih dari empat jam, berarti Al belum sampai di Hongkong.
Andin menghubungi Feli lalu mengambil earpodsnya, sayangnya ia lupa mencharger earpods miliknya, jadi Andin menempelkan ponselnya langsung ke telinga.
"Hallo Feli," sapa Andin dengan tergesa-gesa.
"Bu Andin, selamat pagi Bu, ada apa ya?"
"Tolong kamu pesankan tiket pesawat untuk penerbangan tercepat dari Hongkong ke Jakarta atas nama mas Al, lalu kamu kirimkan e-ticketnya ke bos kamu itu," pinta Andin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever and Ever
Historia CortaTentang bagaimana saling menerima dan saling melengkapi