Ninth

3.8K 460 63
                                    

DORR!!

Andin yang baru saja memasuki rumah Pondok Pelita dengan kursi roda yang didorong oleh Al tersentak ketika mendengar bunyi letusan, sebuah party popper yang di letuskan oleh Kiki. Setelah dua minggu berada di kamar rawat, akhirnya Andin diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

"Selamat datang kembali mbak Andin/bu Andin" seru Kiki, Uya, dan Boim yang membuat penyambutan.

Andin hanya tersenyum tipis. Setelah sadar dari komanya dan mengetahui keadaannya, Andin menjadi sangat diam dan tidak ada lagi keceriaan seperti biasanya.

"Selamat datang kembali di rumah kita, Andin" dari belakang Al membungkuk dan memberikan kecupan dari samping di pelipis Andin.

"Andin, mama senang sekali kamu sudah kembali ke rumah ini"

"Kamu sangat dicintai di rumah ini nak, terima kasih Al, Bu Rossa"

Al dan mama Rossa tersenyum pada papa Surya.

"Kalau gitu aku bawa Andin ke kamar dulu ya ma, pa, biar istirahat"

..

"Selamat datang di kamar kita" kata Al sambil mendorong kursi roda Andin masuk ke kamar mereka. Andin bisa mencium harum lavender di kamar itu, sebelumnya Al memang meminta Kiki menyalakan lilin aroma terapi lavender itu untuk Andin, agar Andin bisa rileks.

Al sudah memindahkan Andin ke atas kasur, Andin minta duduk bersandar, ia menolak direbahkan.

"Mas.." panggil Andin.

"Kenapa?" tanya Al duduk di sebelah Andin.

"Aku kangen liat kamu" lirih Andin.

Hati Al mencelos, "saya masih sama, kamu bisa bayangin wajah saya ya"

"Mau sentuh wajah kamu apa boleh?"

Tanpa menjawab, Al mengambil tangan Andin dan meletakannya di wajahnya.

Andin tersenyum tipis sekali ketika merasakan lekuk wajah suaminya, mulai dari mata, alis, hidung, bibir, lalu menghentikan tangannya di pipi yang sudah dipenuhi rambut-rambut halus. Al setengah mati menahan air matanya, ia benar-benar tidak tega.

"Untuk apa kamu nikahin aku mas? Aku udah gak bisa apa-apa, aku gak bisa urus suami aku, aku gak bisa bantu mama apa-apa, aku cuma bisa ngerepotin kamu sama mama"

"Sstt.." Al menyentuh telapak tangan Andin yang ada di pipinya.
"Saya cuma minta kamu melakukan satu hal untuk saya"

"Apa?"

"Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan saya karena saya gak akan bisa dan gak mau hidup tanpa kamu" air mata Al akhirnya menetes mengingat kondisi Andin sebelumnya di rumah sakit, di mana ia diminta mengikhlaskan Andin untuk pergi selamanya, sampai kapanpun Al tidak akan bisa.

Andin yang merasakan setetes air mata Al membasahi tangannya pun panik.

"Kamu nangis? Sayang kenapa?" tanya Andin cepat, kedua tangannya mengusap wajah Al.

Al melepaskan tangan kanan Andin dari wajahnya lalu menciumnya dalam-dalam.
"Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan saya ya"

Andin tersenyum, memberikan senyum yang sudah sangat Al rindukan, ia membalas mencium tangan suaminya, mengungkapkan rasa hormatnya.
"Aku akan berusaha sekuat aku dan sebisa aku"

"Kamu harus kuat, saya akan selalu sama kamu untuk memberikan kamu kekuatan"

Andin kembali mengangkat tangannya dan meletakannya di wajah Al.

"Kamu udah brewokan" bisik Andin, Andin memang selalu meminta Al bercukur jika rambut halus sudah mulai tumbuh di wajahnya karena Andin bilang rasanya geli jika ia menyentuhnya atau jika wajah Al menyentuh kulitnya.

Forever and EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang