Vote sebelum baca 🌟
Sekujur tubuh Lucy terasa sangat sakit. Ia bahkan tidak bisa beranjak dari kasur. Berakhir menyembunyikan seluruh tubuhnya di dalam selimut.
Batinnya menjerit. Amarahnya meluap-luap. Dendam menguasai hatinya. Bertekad akan membalas perbuatan Kaisar Leonel meskipun tahu hal tersebut mustahil terjadi.
Lucy berteriak tanpa suara. Frustasi menghadapi keadaan yang dialaminya.
Baru kali ini Lucy merasa berada di titik paling menyedihkan dalam hidupnya.
Waktu mengidap penyakit kanker saja, dia tidak merasa nasibnya terlalu menyedihkan. Dia masih bisa tertawa dan tegar menghadapi keadaan.
Namun, sekarang Lucy merasa nasibnya sangatlah menyedihkan. Ditekan dan dilecehkan. Disakiti dan dihancurkan secara fisik dan mental.
Lucy ingin melarikan diri sejauh mungkin dari jangkauan Kaisar Leonel.
Setelah berpikir panjang, Lucy tidak sanggup berada di sisi Kaisar Leonel. Apalagi berpura-pura patuh setelah kaisar menyentuhnya secara paksa. Bahkan membayangkannya saja, Lucy tidak sanggup.
Lucy sangat membenci Kaisar Leonel setelah dilecehkan begitu parah. Melihat wajah Kaisar Leonel pun, Lucy sangat muak. Dia merasa kematian jauh lebih baik daripada harus melihat wajah Kaisar Leonel.
Tubuh Lucy tersentak kaget ketika pintu kamar dibuka. Jantungnya berdebar kencang. Takut dilecehkan lagi.
"Selamat pagi, tuan putri."
Lucy menghela napas lega mengetahui bukan Kaisar Leonel yang memasuki kamarnya.
"Bangunlah, tuan putri. Kami akan membantu tuan putri membersihkan diri."
Lucy terdiam seribu bahasa, enggan menyahut ucapan pelayan.
"Tuan putri, bangunlah. Yang Mulia sudah menunggu Anda di ruang makan."
Amarah Lucy memuncak karena Kaisar Leonel tidak menunjukkan perasaan bersalah sedikitpun.
"Cepatlah bangun, tuan putri. Kami tahu bahwa tuan putri tidak tidur. Jangan biarkan Yang Mulia menunggu lebih lama atau tuan putri akan dihukum."
Tangan Lucy mengepal kesal. "Pergi!!" Usirnya nyaring.
"Tuan putri, Yang Mulia bi--"
Lucy menutup telinganya rapat-rapat. "Aku tidak peduli! Cepat pergi dari sini! Aku ingin sendiri!" Teriaknya histeris.
Para pelayan menatap Lucy kasihan. "Baiklah, tuan putri. Kami akan menyampaikan pesan Anda kepada Yang Mulia." Sebagai sesama perempuan, mereka bisa memahami perasaan Lucy. Mereka juga turut bersimpati atas kejadian yang menimpa Lucy.
Para pelayan segera pergi dari sana. Membiarkan Lucy sendirian. Memberikan Lucy waktu untuk menenangkan diri.
"Dasar jahat! Kau bahkan tidak meminta maaf setelah menyakitiku." Isak Lucy pilu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Emperor's Obsession
FantasyLelah melawan penyakit selama bertahun-tahun, Bella berdoa kepada Tuhan untuk segera mencabut nyawanya dan diberikan kehidupan baru yang lebih baik. Siapa sangka doa Bella terkabulkan. Bella hidup kembali di dalam novel sebagai Lucy, tokoh figuran...