Prolog

169 8 24
                                    

Selamat Membaca! 💕



- Prolog

: "Sampai jumpa, Arjuna."

▪︎

Kalau Naya boleh meminta satu dari sekian banyak permintaan, Naya cuma ingin bisa melepas rela sosok Arjuna Keenan Putra dari hatinya.

Karena dari semua yang telah dilalui, di sini cuma Naya yang jatuh hati. Cinta itu bertepuk sebelah tangan.

Klasik, ya? Tapi sejujurnya, semesta juga seperti tidak mengizinkan mereka untuk melebur.

Dan Naya Putri Senjani gak pernah menginginkan hal miris ini terjadi dalam hidupnya. Bahkan untuk beberapa alasan, Naya gak bisa mendeskripsikan bagaimana tulusnya perasaan dia buat Arjuna.

Dari awal masuk SMA Negeri 7 Jakarta Selatan sampai duduk di kelas dua belas, Naya masih belum bisa menemukan alasan paling tepat kenapa nama Arjuna Keenan Putra masih tersimpan rapi di hatinya.

Dan kalau Naya ditanya, memang seberapa sempurna, sih, dia? Naya bingung. Beneran, deh. Karena ujung-ujungnya yang akan keluar dari celah bibir hanya sekumpulan alasan klasik budak cinta zaman sekarang.

Pasti karena Arjuna ganteng 'kan? Gak juga. Naya tetap mau kok meski Arjuna biasa aja.

Karena Arjuna baik? Sudah pasti kalau ini.

Karena Arjuna teman sekelas? Gak juga, sih.

Karena Arjuna masih sendiri? Mungkin?

Tuh 'kan, pasti alasannya gak jauh dari sana. Tapi terkadang, bukan karena Naya gak mau menjawab jujur soal apa alasan dia masih menunggu Arjuna, cuma memang ada banyak hal yang gak bisa Naya suarakan.

Terlalu rumit sampai jadi bodoh.

Sampai akhirnya hari kelulusan tiba. Dan waktu itu hati Naya mendadak sakit. Mengingat kalau dia gak punya momen apapun sama Arjuna. Iya, selama ini dia cuma mengagumi cowok itu dari jauh tanpa memberitahu siapapun.

Bukan apa-apa, tapi Naya itu memang tipikal cewek yang sangat menjaga privasinya. Entah soal dia suka sama siapa, lagi ngejar siapa, atau lagi galauin siapa, Naya gak pernah mau buka mulut soal itu. Jadi, dia cuma diam dan diam saja selama tiga tahun terakhir.

Tapi entah kenapa, di hari kelulusan Naya merasa perlu menuntaskan soal hatinya. Hatinya tiba-tiba tergerak untuk membuka suara meski sejujurnya Naya gak pernah siap. Ya, dia gak pernah siap untuk mendengar jawaban dari cowok itu.

Dan di saat ituㅡdengan perasaan yang gak bisa dideskripsikan, Naya benar-benar berdiri menghampiri sosok tinggi memakai tuxedo hitam di tengah lapangan. Arjuna sedang menyalami satu persatu teman-teman sekelas dan teman seangkatan.

Walaupun tubuh Naya kecil, tapi salah satu teman dekat Arjuna menyadari keberadannya. "Ada Naya, tuh." kata Ruto setelah menepuk pundak Arjuna. Naya tentu kenal dia karena dari dulu mereka bertiga selalu satu kelas.

Kini atensi Arjuna beralih sepenuhnya pada Naya, setelah tadi teman-temannya pamit dan meninggalkan mereka berdua di tengah lapangan. Dengan senyum ramah seperti biasa, Arjuna memiringkan kepalanya. "Hai,"

✓Dandelions | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang