Selamat Membaca! 💕
.
.
.- Epilog
: "Pada akhirnya aku cuma bisa menyukaimu."
▪︎
Dua tahun kemudian..
Di hidupnya Naya punya dua hal yang paling dia suka. Pertama, lagu favoritnya, lagu Dandelions by Ruth B. Kedua, presensi Arjuna Keenan Putra saat masa SMAㅡdan barangkali, sampai detik ini.
Ah, tidak. Sepertinya sekarang Naya gak bisa semudah itu untuk menyimpulkan, apalagi untuk kalimat terakhir. Bahkan sejujurnya, cewek itu sama sekali gak mau memandang hal tersebut sebagai bagian kisah sedih dari hidupnya. Serius. Sama sekali tidak, malah.
Tapi, Naya punya satu pertanyaan yang sejak dulu dia selalu tanya pada Tuhanㅡyang seringkali tersapu oleh berbagai skenario aneh di kepalanya. Dan yang seringkali Naya tanyakan juga pada langit.
Kenapa ya semua orang bisa mudah dapat cinta yang mereka mau? Kenapa Tuhan gak kasih jalan yang rumit saja? Seperti dia?
Naya tahu itu pertanyaan yang terdengar cukup keterlaluan. Tapi jujur saja, eksistensinya sebagai manusia adalah alasan paling utama kenapa Naya Putri Senjani benar-benar gak ingin menjalani skenario pahit dari Tuhan itu sendirian. Bahkan (kalau bisa) dia menginginkan sebagian manusia lain ikut merasakan juga bagaimana pahitnya.
Apalagi ketika memori dua tahun lalu kembali merangsek sadis dalam kepalanya. Naya sungguh ingin keluar dari perangkap yang dia buat sendiri ini. Cewek itu sudah gak bisa menjelaskan apapun lagi ketika ternyata, semuanya sia-sia. Arjuna Keenan menolaknya lagi dan akhir dari mereka hanya; mereka yang gak pernah bisa untuk melebur. Atau mungkin semesta memang tidak pernah mengizinkan.
Karena tembok invisibel yang gak terlihat itu memang selalu nampak nyata di hidupnya.
Bahkan, Naya masih ingat detil bagaimana wangi buku dan aroma khas perpustakaan mulai meruntuhkan setengah dari pertahanan sintetisnya. Bersilang tatap dalam beberapa detik sebelum kembali ditarik pada realita membuat satu sudut hatinya seperti dicubit. Memberinya efek perih di bawah riuh rendah rasa senang. Dan sejak dari sana, Naya Putri Senjani mulai menyadari bahwa setengah dari dirinya belum bisa menerima sebagian dari takdir mereka.
Diorama hati itu masih belum sanggup untuk meruntuhkan satu nama yang terpahat kokoh di sana. Dan tentu saja sebagai pemilik hati, lagi-lagi, semua ini juga bukan kehendaknya. Naya juga gak mau kalau cuma bisa mengingat semua memori lampau itu. Dia juga ingin bisa memungut kembali beberapa kepingan yang sudah terlanjur hancur itu dan mulai kembali merangkainya. Meski rasa kecewa kini masih sering mengecap di lidah ketika nama itu disebut, tapi Naya terlalu enggan bahkan untuk sekadar mengakuinya.
"Nay? You there?"
Naya mengerjap kecil. Dia melihat ponselnya yang ternyata masih tersambung koneksi sama Ruto. "Eh, sori-sori, To. Lanjut, lanjut."
Di sana Ruto membuang napasnya. Cowok jangkung yang sekarang sudah lulus skripsi seperti Naya itu tiba-tiba saja mengirim pesan yang berhasil mengundang sedikit rasa penasaran. Dia bilang; ini rahasia penting, Nay. Dan kamu harus tau karena ini memang buatmu. Begitu katanya. Well, Naya cuma tersenyum tipis saja saat dapat pesan mendadak itu. Setengah dari otaknya cuma berpikir kalau budak Bandung itu cuma rindu, tapi malu untuk bilang. Jadi pakai embel-embel 'mau kasih tahu rahasia penting' Ck. "Sebenernya aing males banget harus jadi pembongkar rahasia batur kieu." decaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Dandelions | by thereow
Short StoryKim Junkyu [Lokal Story] Di hidupnya Naya punya dua hal yang paling dia suka. Pertama, lagu favoritnya, lagu Dandelions by Ruth B. Dan yang kedua, presensi Arjuna Keenan Putra saat masa SMAㅡdan barangkali, sampai detik ini. •• Started : Maret 2022 E...