4+°

85 5 33
                                    

Selamat Membaca! 💕



- Bab IV

: "Mau aku anter, Nay?"

▪︎

Semenjak sesi tukar nomor ponsel hari itu, Naya mengaku kalau setiap malam, dia suka halu diam-diam bisa menyambung telfon sama Arjuna.

Bahkan Naya masih ingat kelakuan absurd bin unfaedah dia yang suka berceloteh sendiri di depan kaca sambil menempelkan ponselnya di telinga kanan, ala-ala cewek di drama.

Sebetulnya dia bisa aja, sih, telfon cowok itu untuk bertanya soal bagaimana kelanjutan tugas power point yang Pak Jaja kasihㅡmeski jatuhnya modusㅡtapi biarlah, yang penting gak jadi gila gara-gara suka ngomong sendiri.

Tapi yang masih menjadi misteri dalam kepala Naya adalah; kok bisa setelah mengobrol di kelas waktu itu bersambung sampai sini?

Masalahnya, kebetulan-kebetulan seperti ini sangatlah tidak baik bagi hati. Meskipun di satu sisi Naya merasa senang bisa tukeran nomor ponsel, cuma tetap saja di sisi lain, cewek itu gak mau memakan harapan kosong.

Dan tanpa disangka, waktu kerja kelompok minggu ke dua di rumah Diana, semesta menjawab semuanya.

Lewat mulut manusia yang kadang suka bikin darah tinggi, Ruto Pradikta Jaya. Entah cowok itu sengaja atau keceplosan, Naya gak tahu. Karena setelah mendengar hal tersebut, dia gak mau apapun lagi selain pulang ke rumah.

"Selanjutnya gimana teh, Nay? Lupa euy."

Yup. Seperti yang kalian dengar. Ruto memang nyunda. Maklum, Bapaknya asli Bandung dan Ibunya orang Cianjur.

Pola yang ditanya Ruto itu pola bikin baju dari kertas origami. Tadinya dia nyoba buat sendiri setelah memperhatikan Naya melipat kertas berwarna tersebut hingga menjadi baju. Tapi baru juga mulai, Ruto malah lupa pola selanjutnya bagaimana.

Mendengar itu Naya menoleh. Dan di detik selanjutnya dia sudah gak bisa menahan tawanya yang akhirnya pecah. Penyebabnya karena lipatan kertas Ruto gak rapih dan kertas origami yang dia pilih juga entah kenapa bisa selecek itu.

Padahal kertas origami yang bagus masih banyak.

Naya menutup mulut sampai ketawanya selesai. Setelah itu dia bertanya dengan nada gemas. Antara pingin noyor kepala sama cubit tangan manusia di depannya ini. "Kenapa milih kertas yang ini, sih?"

Pertanyaan Naya barusan malah dibalas cengiran gak berdosanya seorang Ruto. "Memangnya kalo kertasnya begini gak bisa dibikin baju?"

"Bukan gak bisa, cuma hasilnya bakalan jelek. Kayak yang dipegang."

Ruto memperhatikan kembali kertas origami yang ada di tangannya. "Yaudah, buat lagi yang baru." Tangannya bergerak mengambil kertas origami baru. Kemudian tanpa ba-bi-bu menyodorkannya pada Naya dengan muka minta digaruk. "Mohon bantuannya Nyai."

Naya mendelik lalu mengambil kertas itu dengan kasar. "Dasar orang sunda nyusahin." desisnya. Lalu gak sampai sepuluh menit, baju kertas sudah jadi.

✓Dandelions | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang