5+°

72 6 37
                                    

Selamat Membaca! 💕

.
.
.

- Bab V

: "Naya Senjani, betul 'kan?"

▪︎

Lima tahun sejak hari pertama masuk SMA itu bukan waktu yang singkat. Dan Naya baru sadar kalau dia bisa selama itu menyukai orang. Ya, tanpa terkecuali. Padahal sudah ditampar banyak kenyataan, tapi hati mungilnya itu tetap saja batu.

"Naya Senjani? Alumni SMA Negeri 7 Jakarta, betul 'kan?"

Biasanya Naya Putri Senjani itu tipe yang akan menjawab iya atau tidak. Cuma di depan Arjuna cewek itu malah mendadak seperti kehilangan ekor, merotasikan mata dengan bingung dan tau-tau malah meneguk saliva gugup. "Iya, betul."

Naya benar-benar gak menyangka akan bertemu Arjuna di sini. Di Perpustakaan kota. Sumpah, Naya malah pernah berdoa untuk jangan dipertemukan lagi. Bukan apa-apa, tapi pertemuan seperti ini sangat gak baik buat hatinya. Meksipun hanya akan ada sapaan ringan seperti kebanyakan orang, sebenarnya Naya gak mau.

Tapi namanya keinginan dan harapan, terkadang cuma sebatas doa dalam hati dan kehendak Tuhan.

Pemuda itu akhirnya tersenyum. Masih nampak manis tapi lebih teduh. "Lama gak ketemu, Nay. Gimana kabarnya?"

Naya terdiam untuk beberapa saat. Di sudut hatinya, dia berharap kalau ini cuma mimpi. Tapi cowok di depannya itu malah terkekeh, kemudian tanpa alasan yang jelas mengusap pucuk kepala Naya yang terbalut pasmina coklat susu. "Arjuna Keenan, kamu betulan gak inget, ya?"

Gak dulu, gak sekarang, kerjaannya bikin berantakan hati orang terus.

"Eh? Inget, kok. Tadi loading bentar." Naya menyengir setelah bilang begitu. Entah akan dianggap aneh atau tidak. Tapi semoga impresi pertama mereka kali ini, setelah lima tahun lost contact, bisa sedikit mengesankan. Ya, hanya itu harapan Naya. "Baik, kamu gimana?"

Arjuna tampak diam seperti gak percaya melihat perubahan sikap cewek di depannya itu. Yang dulunya super jutek bin galak, sekarang malah terlihat jadi sedikit lebih easy-going. "Baik juga, btw berubah banget kamu, ya." katanya, diikuti senyuman seperti awal, lagi.

Dikasih senyuman begitu untuk kedua kalinya manusia mana yang gak tumbang? Untungnya Naya sudah jago menimpal kalimat-kalimat seperti itu. Jadi dia merasa cuma perlu menambahkan, "Bagus, dong?" sambil mengerling ramah.

Oke, kali ini biarkan Naya menjadi ramah untuk sosok teman lama. Biarkan Naya menikmati momen ini dengan pribadinya yang lebih baik. Biarkan Naya bersikap sebagaimana harusnya dia dulu. Sebagai seorang teman.

"Kamu ngopi, gak?"

Naya menggeleng. "Gak bisa ngopi, Jun." Mereka berjalan menuju sebuah coffee-shop langganan Arjuna, katanya. Cowok itu yang mengajak. Naya sendiri bukan ingin curi kesempatan, tapi dia memang ingin pergi dari sini cuma bingung mau mampir ke mana. Beruntung Arjuna mengajak, jadi Naya iyakan saja. Hitung-hitung menghargai juga.

Waktu dengar begitu, cowok itu langsung menghentikan langkahnya. "Kamu punya maag, Nay?" Tatapan mata dan suaranya jadi sedikit khawatir. Ya, Naya, sih, cuma tertawa kecil saja menanggapi itu. Konyol banget kalau dia sampai kegeeran. "Bukan, maksudnya aku gak bisa ngopi karena suka jadi begadang. Gak bisa tidur, insom."

✓Dandelions | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang