3+°

77 6 28
                                    

Selamat Membaca! 💕



- Bab III

: "Minta nomor hapemu, hehe."

▪︎

Dari semenjak suka, Naya itu gak pernah sekalipun berani untuk menyimpan kontak Arjuna. Alasannya banyak. Dua di antaranya gak nyaman sama takut.

Ha. Absurd setengah gila memang.

Tapi sejujurnya, memang sering muncul ketakutan kalau melihat kontak cowok itu. Gak tahu kenapa. Meski terkadang Naya juga merasa kalau barangkali, ini salah satu efek dari kurangnya dia berkomunikasi sama orang lainㅡespecially cowok.

Yah, fakta konkrit itu memang belum berubah dari sejak dulu.

Cuma sebetulnya, ada banyak alasan kenapa dia begitu. Pertama, dia gak suka kalau sampai dibilang cewek gatel. Dua, dia gak suka basa-basi. Tiga, cewek jutek itu memang paling malas kalau disuruh bertukar pesan atau sambung telfon.

Naya malas aja. Lagi pula, dia betulan gak pintar cari topik. Kalau telfon baru tersambung satu menit aja, biasanya Naya akan buru-buru mengalihkan topik dan memberi alasan paling biasa seperti; eh, sori. Mamaku panggil. Aku tutup, ya.

Sambungan telfon akan selalu berakhir begitu. Pun, kalau diberikan tugas kelompokㅡyang biasanya suka bikin grup chatㅡterkadang Naya suka merasa gak nyaman sendiri. Karena mau gak mau, dia harus join dan diskusi di sana.

Sementara pada faktanya, Naya Putri Senjani malas sekali untuk berkomunikasi meski cuma sekadar balas pesan.

Dan momennya Naya ingat satu. Waktu itu Pak Jaja, guru Sejarah Indonesia memberi tugas berupa power point yang harus dikerjakan secara berkelompok. Sesuai dengan nama-nama murid yang sudah dia tentukan untuk syarat kelulusan.

Dengar itu, ya, Naya auto bete. Kalau saja bisa memilih, dia tentu akan memilih untuk ngerjain sendiri daripada berkelompok. Alasannya karena Naya malas juga kalau harus berurusan sama orang yang terkadang suka gak tahu diriㅡsudahlah gak bantu apa-apa, tapi namanya pingin ditulis. Sigh.

Tapi pada momen itu yang mengagetkan adalah, nama Arjuna Keenan disebutkan setelah namanya.

"Naya Putri Senjani, Arjuna Keenan Putra, Ruto Pradikta Jaya, Diana Sekar, dan yang terakhir, Laras Maudi Kara. Itu adalah daftar nama untuk kelompok 4, ya. Kalau bisa persiapkan materinya mulai dari sekarang. Supaya saat proses pengerjaan, kalian bisa lebih santai. Terima kasih untuk perhatiannya."

Saat Pak Jaja menyelesaikan kalimatnya, Naya cuma bisa berkedip. Agak takjub dengan permainan takdirㅡwalau dia gak tahu ini takdir atau cuma kebetulanㅡtapi yang pasti, detik itu Naya betulan gak menyangka ditempatkan di satu kelompok sama Arjuna.

Hatinya perlahan menghangat. Diam-diam Naya mengulum senyum. Meski nama Laras disebutkan juga di sana, dia tetap merasa bersyukur atas satu dari sekian keajaiban Tuhan kali ini. Ya, siapa tahu 'kan dari sini mereka bisa jadi dekat?ㅡmaksudnya berteman baik.

"Yuhu! Akhirnya satu kelompok sama yang pinter-pinter!" seru Arjuna yangㅡkalau seingat Nayaㅡhampir bikin satu kelas ketawa gara-gara dia lucu banget.

Soal perkataan Arjuna; akhirnya satu kelompok sama yang pinter-pinter itu, sepertinya hanya gurauan saja, sih, buat Naya. Karena kalau dilihat berdasarkan fakta yang ada, dia masih tertinggal jauh. Naya cuma siswi langganan masuk 10 besar, sementara yang lain masuk 5 besar.

✓Dandelions | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang