Hari ini adalah hari dimana kegiatan acara dilaksanakan. Ekskul yang diikuti Diona itu identik dengan lingkungan dan alam, Diona sudah beberapa kali ikut camping di luar bersama organisasinya itu. Bisa dibilang ia sudah termasuk senior di organisasi. Namun tetap, beberapa alumni masih ikut membantu mereka.
Diona selesai pada tendanya, ia berniat untuk mengistirahatkan diri. Namun belum juga melancarkan niatnya, suara speaker terdengar mengintrupsi semua orang.
Saat ini mereka memang berada ditempat terbuka, sebuah tempat yang dekat dengan hutan. Diona menebak akan menjalani sebuah misi, karena begitulah tradisi mereka untuk membuat kenangan baru untuk para anggotanya yang akan segera lulus dari sekolah.
Diona baris memperhatikan salah satu kakak alumni yang menerangkan aturan serta tujuan dari misi yang akan dijalankan. Hanya saja, Diona tidak menyangka bila mereka tidak diberikan waktu beristirahat.
Diona mengambil bola pingpong yang berada didalam wadah, dimana bola itu sudah disediakan secara acak.
Diona menatap angka yang tertulis dibola tersebut.
"Tujuh." Ucapnya pada diri sendiri.
Karena kegiatan ini hanya diperuntukan bagi kelas 12. Jadi jumlah peserta yang mengikuti juga tidak begitu banyak. Karena sedari kelas 10 hingga saat ini Diona berada di kelas 12, ada banyak anggota yang keluar ataupun di keluarkan secara tidak terhormat karena begitu pasif. Benar-benar seolah menjadi anggota seleksi.
Mereka dibagi ke dalam kelompok, dimana satu kelompok berjumlah 4 orang.
Kemudian tidak lama dari Diona bergumam, satu lelaki menghampirinya.
"Hai, sama nih tujuh. Gue Ivan."
Diona mengangguk sembari refleks tersenyum.
"Eliana!" Sosok yang bernama Ivan itu berteriak pada seseorang yang sedang terlihat kebingungan mengabsen satu per satu orang disana.
Orang yang dimaksud pun menghampiri keduanya.
"Van, gue tujuh. Lo berapa?"
"Sama woi!" Seru Ivan sangat heboh.
Setelah berseru ria, bahkan sempat melakukan high five. Perempuan bernama Eliana itu mengalihkan pandangan pada Diona yang sedari tadi menatapnya dengan senyuman tipis.
"Lo juga?"
"Iya."
"Wah, tenang gue. Gue pikir laki semua di kelompok gue."
Diona hanya tersenyum. Ya, memang seleksi anggota menyisakan anggota laki-laki yang menjadi lebih dominan dibanding perempuan. Mungkin karena lama kelamaan, banyak murid perempuan bosan dan merasa kurang cocok dengan kegiatan organisasi. Tetapi menurut Diona acara yang diadakan selalu seru. Entahlah, selera orang berbeda-beda.
Hingga sebuah suara intruksi menerangkan mereka semua bahwa misi telah dimulai.
Diona melempar tatapannya pada dua anggotanya (Ivan dan Eliana). Setahunya satu kelompok beranggotakan 4 orang, yang artinya mereka masih kekurangan anggota.
"Satu lagi siapa ya?" Tanya Diona sembari mengedarkan pandangannya.
"Pandu?" Ivan bergumam, yang tanpa disadari suaranya terdengar oleh Diona dan Eliana.
Dua gadis itu kemudian mengikuti arah pandang Ivan. Disana, terdapat seorang laki-laki yang sedang berjalan ke arah mereka dengan tatapan yang terpaku pada bola pingpong yang berada dalam genggaman.
Hingga kemudian tubuh lelaki tersebut sudah berada didekat mereka.
"Sorry, gue telat."
"Hah? Kok bisa? Kita semua kan berangkat bareng." Ujar Eliana begitu saja, dengan tatapan heran yang ia tujukan pada Pandu. Lelaki itu bahkan masih menggantungkan tas di kedua bahu, yang mana membuktikan bahwa ia baru hadir sehingga belum sempat membuat tenda ataupun beres-beres.
"Sssttt." Ivan kemudian memberikan isyarat agar Eliana kembali bungkam.
Sementara itu Diona masih menatap Pandu, meski lelaki itu tidak menatapnya balik. Diam-diam Diona setuju dengan kalimat Eliana.
"Yaudah, yuk! Kita harus cepat selesain misinya supaya bisa cepat istirahat." Ucap Ivan mencoba menyingkirkan suasana yang mendadak jadi lebih hening dari sebelumnya.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
through by the camp
Teen FictionDiona menerima masalah yang seolah tak berujung dari awal insidennya di hari camping. ------ "Tadi gue pinjem cd lo, tiga." Pandu mendelik. Lelaki itu kemudian refleks meraih lengan Diona, sehingga mau tidak mau tubuh perempuan itu kini menghadap se...