09

16 1 0
                                    

Diona sudah memasuki hari sekolah seperti biasa. Kejadian tempo hari belum juga bisa ia lupakan, menurutnya ia tidak akan pernah bisa melupakan pengalaman buruk sekaligus memalukan itu seumur hidupnya. Hari ini Kavin sedang membantu melatih basket untuk beberapa junior. Itulah mengapa Diona juga belum pulang, ia menunggu di kantin bersama dengan sahabatnya, Riani.

Tentu saja Diona sudah menceritakan seluruh pengalamannya itu pada sahabatnya, tanpa celah tanpa ada yang tertinggal. Riani sempat heboh dan tidak percaya atas apa yang dialaminya. Tetapi, Diona meminta agar Riani merahasiakan kejadian tersebut dari Kavin. Diona tidak ingin membuatnya menjadi sebuah masalah, mengingat sikap Kavin padanya. Diona tidak ingin ada keributan diantara mereka.

"Jadi lo udah beli yang baru?"

"Hm, tapi gue masih belom berani ngasihinnya."

Riani tertawa, ia benar-benar tidak habis pikir pada Diona. Begitu banyak keunikan yang seolah menempeli gadis itu. Sebenarnya, walaupun tidak populer di sekolah. Tetapi Diona ini termasuk perempuan yang menarik. Bukan hanya parasnya saja yang cantik, ia memang sedikit dingin dan kaku dengan orang baru, namun tetap saja kemurnian dan kepolosan seolah terpancar dari sorot mata perempuan itu.

Karena sudah jam pulang sekolah, jadilah kantin tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa murid yang berlalu lalang disana, termasuk mereka berdua yang masih terduduk disalah satu tempat. Sampai kemudian kekehan Riani berhenti begitu melihat sosok lelaki yang berjalan mendekat ke arah mereka. Diona memperhatikan perubahan sikap Riani pun mengikuti arah pandangnya.

Diona tersenyum simpul, Kavin sedang berjalan ke arah mereka.

"Yuk, pulang."

Diona mengangguk kemudian menatap Riani seolah memberikan pesan tersirat.

"Hati-hati." Ujar Riani. Perempuan itu menatap punggung Diona dengan tatapan sendu.










••









Diona menunggu Kavin yang sedang mengeluarkan motor, ia menunggu didekat pintu gerbang parkiran. Sampai kemudian tatapannya menangkap sosok laki-laki yang sedang berjalan menuju ke arah parkiran bersama dengan beberapa laki-laki. Diona berinisiatif, ia tidak ingin sampai berkontak mata pada objeknya. Jadilah perempuan itu memainkan ponsel, jarinya memilih secara acak aplikasi yang dipilih.

Tubuh Diona sedikit menegang begitu sosok yang sebelumnya menjadi objeknya itu ia ketahui semakin mendekat. Bisa Diona dengar segerombolan lelaki itu sedang berbicara, namun Diona tidak fokus mendengarkan pembicaraan mereka.

"Halo? Iya mah, ini udah mau pulang kok."

Beruntung ia mendapat panggilan dari sang Ibu. Diona sengaja berbicara cepat dan sedikit mengabaikan pembicaraan Ibunya, Diona justru jadi membahas ke hal yang tidak penting. Kenapa dirinya jadi se-random ini?

"Hah? Ih mamah kenapa gak ayam upin ipin? Aku kan sukanya itu."

Kavin mana sih, lama banget.. Diona membatin.

Sambungan telfon sudah terputus, tetapi ia masih menempelkan ponselnya ditelinga.

"Cowok lo kayaknya lagi apes."

"Hah?"

Diona mendongakan sedikit kepalanya, karena sebelumnya ia sengaja menunduk untuk menghindari Pandu. Ia sedikit terkejut karena sosok yang ingin dihindarinya itu kini berada tepat didepannya.

"Bannya bocor." Pandu memberikan isyarat dengan dagu, disana terlihat Kavin yang sedang menuntun motor.

Sementara Diona sempat terpaku pada Pandu, samar-samar Diona melihat rahang lelaki itu mengeras, bahkan matanya pun lurus dan nampak tegas menatap ke arah Kavin.

Kavin pun sampai didekat mereka, lelaki itu menatap Pandu sekilas. Kemudian beralih pada Diona yang masih terdiam kaku.

"Dio, kamu pesan ojol aja ya. Aku kayaknya harus ke bengkel depan."

Diona yang tersadar pun mendekatkan diri pada Kavin.

"Aku bantu ya, aku pesennya di bengkel aja nanti."

"Maaf ya."

Keduanya mendengar Pandu mendengus. Sudut bibir lelaki itu terangkat, mendengar kalimat dari Kavin, entah mengapa itu terasa lucu sekali bagi Pandu.

"Bisa minta maaf juga." Ujarnya kemudian berlalu begitu saja, menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu memasuki tempat parkiran.

Diona terdiam melihat kepergian Pandu, ia tidak mengerti dengan maksud dari kalimat Pandu barusan.

"Kav, kamu kenal sama Pandu?"













tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

through by the campTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang